Menu

Mengapa banyak orang mengalami stres dalam hidup? Bagaimana cara mengatasi stres hidup?

Dalam masyarakat yang materialistis dan kompetitif ini, setiap orang akan menghadapi berbagai tekanan seperti studi, pekerjaan, tempat kerja dan kehidupan. Sama seperti ketika kita masih pelajar, kita belajar dengan giat dan ingin menjadi yang terbaik. Ketika kita melihat nilai dan rangking siswa lain melebihi nilai kita, kita langsung merasakan tekanan. Untuk melampaui mereka, kita belajar lebih keras lagi. Setelah bekerja di masyarakat, kita bekerja keras untuk mencapai hasil yang baik dan dipromosikan oleh pimpinan kita serta menerima kenaikan gaji. Ketika kita melihat rekan kerja kita berkinerja lebih baik dari kita, kita akan bekerja lebih keras dari apa yang kita lakukan pada waktu-waktu biasa untuk mencapai kinerja yang lebih baik dan melampaui pihak lain, namun pada saat yang sama kita juga akan berada di bawah tekanan kerja dan tekanan persaingan yang sangat besar. Banyak orang mengorbankan kehidupan keluarga mereka, kesehatan fisik dan mental, dan bahkan prinsip-prinsip dan batas minimum mereka sendiri demi mendapatkan pijakan di tempat kerja; ketika mereka melihat orang lain membeli rumah dan mobil, dan melihat orang lain menikmati hal-hal yang semakin baik, pada saat ini tekanan datang lagi. Untuk menikmati dengan baik dan bergaya seperti orang lain, kita akan mencoba segala cara untuk menghasilkan lebih banyak uang; dan sebagainya. Dalam lingkungan sosial yang mengejar ketenaran dan kekayaan, orang-orang telah kehilangan niat awal dan kedamaian batin mereka. Demi mengejar kesuksesan eksternal dan kenikmatan materi, orang-orang terjerumus ke dalam tekanan dan kesakitan yang berat. Kita juga tahu bahwa hidup seperti ini sulit dan melelahkan, dan kita ingin menghentikan kesibukan ini, tetapi kita merasa seperti ada jaringan tak kasat mata yang mengendalikan kita dengan ketat, sehingga mustahil bagi kita untuk melarikan diri.

Dari mana datangnya stres?

Kalau begitu, mari kita bicara tentang mengapa ada begitu banyak stres dalam kehidupan orang. Dari mana datangnya stres? Faktanya, stres terutama datang dari keinginan kita untuk membandingkan diri dengan orang lain dan kesombongan, dan dari keinginan kita akan ketenaran, kekayaan dan status. Setiap orang ingin menjadi yang pertama, ingin menjadi unggul, ingin menjadi yang terbaik di antara yang lain, dan tidak tidak ingin dikalahkan. Oni adalah sumber tekanan orang yang semakin hari semakin besar. Lalu, mengapa kita memiliki pemikiran seperti itu untuk mengejar ketenaran dan kekayaan? Faktanya, semua ini berasal dari kerusakan yang dilakukan Iblis terhadap kita. Pertama-tama mari kita lihat dua bagian firman Tuhan: “Apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis.

Ketenaran dan kekayaan yang orang dapatkan di dunia materiel memberi kepuasan yang sementara, kenikmatan yang segera berlalu, kemudahan yang semu; dalam prosesnya, semua itu menyebabkan orang kehilangan arah. Dan karenanya, orang-orang, saat mereka berdesakan di tengah lautan manusia, saat mendambakan kedamaian, kenyamanan, dan ketenangan hati, mereka diliputi oleh gelombang demi gelombang. Jika orang belum menemukan pertanyaan yang paling penting untuk dipahami—dari mana mereka berasal, mengapa mereka hidup, ke mana mereka akan pergi, dan lain sebagainya—mereka tergoda oleh ketenaran dan kekayaan, disesatkan dan dikendalikan oleh semua itu dan tersesat tanpa bisa kembali lagi. Waktu berlalu; bertahun-tahun lewat dalam sekejap mata dan sebelum menyadarinya, orang telah mengucapkan selamat tinggal pada masa-masa terbaik dalam hidupnya.

Firman Tuhan menyingkapkan sumber penderitaan yang kita alami ketika kita berada di bawah tekanan. Iblis menggunakan ketenaran dan kekayaan untuk mengendalikan manusia dengan ketat. Setelah Iblis menanamkan ketenaran dan kekayaan ke dalam manusia, manusia akan mulai menganggap ini sebagai tujuan pengejaran dan tujuan hidup mereka. Setiap orang ingin mengungguli orang lain, dan ingin menjadi lebih baik dari orang lain dalam segala aspek. Ketika orang lain melampaui mereka, mereka merasa tidak tahu malu dan rendah diri, sehingga mereka mencoba segala cara untuk mengungguli orang lain, sehingga orang merasakan semakin banyak tekanan. Jadi bagaimana Iblis membawa manusia selangkah demi selangkah ke jalan ketenaran dan kekayaan? Iblis menggunakan menggunakan perkataan setan, berbagai tokoh besar, dan selebritis seperti "Seperti pohon hidup untuk kulitnya, manusia hidup untuk martabat dan nama baiknya", "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah",”Menonjol di antara orang lain”,

“Berada di atas orang lain”, “Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain”, “Jika engkau ingin menonjol di depan orang lain, engkau harus menderita di belakang orang lain”, dll. Saat ini, orang-orang hidup dengan hukum kelangsungan hidup ini. Setiap orang ingin menjadi unggul, dan dihormati serta disembah oleh orang lain. Mereka percaya bahwa kehidupan seperti itu berharga dan bermakna. Oleh karena itu, setiap orang memutar otak dan bekerja keras.

Misalnya, ketika seseorang menjadi pelajar, dia selalu ingin menjadi yang terbaik di kelas atau bahkan di sekolah, mendapatkan rasa iri dan pemujaan dari teman-teman sekelasnya, dipuji oleh gurunya, dan dihargai oleh orang tuanya. Untuk mendapatkan hal-hal tersebut, orang-orang belajar dengan giat, mengikuti berbagai kelas bimbingan belajar, semangat untuk belajar dengan rajin, bekerja dua kali lipat lebih keras dari yang lain, dan bertahan tidak peduli betapa keras dan lelahnya dia; ketika dia bekerja, dia ingin mendapatkan hasil yang lebih baik daripada rekan-rekannya dan mendapatkan bonus yang lebih banyak; ketika bernegosiasi bisnis dengan orang lain, pikirannya terus berputar, memikirkan cara untuk memenangkan pesanan besar; sekalipun dia memenangkan pesanan besar, dia masih belum puas, dan dia masih menyibukkan diri untuk mendapatkan pesanan yang lebih besar. Akibatnya, stres yang berlebihan menyebabkan kelelahan fisik, dan dalam kasus yang lebih serius, itu bahkan dapat menyebabkan orang terbaring di tempat tidur dan tidak dapat bangun karena kelelahan yang berlebihan; setelah menikah, dia dan keluarganya memiliki makanan dan pakaian yang cukup dengan bekerja secara normal, tetapi ketika dia melihat orang lain membeli rumah dan mobil yang baru, agar bisa mengikuti trend dan tidak dipandang rendah, sekalipun dia mengambil pinjaman, dia tetap harus membeli rumah dan mobil, dan dia harus bekerja keras setiap bulan untuk melunasi hipotek dan pinjaman mobilnya. Tekanan yang berlebihan menyebabkan depresi, kehancuran, dll. Fakta-fakta ini memungkinkan kita untuk melihat bahwa meningkatnya stres dalam kehidupan manusia terutama disebabkan oleh ketenaran dan kekayaan yang ditanamkan oleh Iblis yang mengendalikan hati dan jiwa manusia, membuat manusia berjuang dan mengorbankan hidup mereka demi ketenaran dan kekayaan. Justru karena Iblis menanamkan racun-racun ini ke dalam diri manusia, manusia menjadi semakin tidak puas dan serakah, mereka menginginkan hal yang lebih banyak ketika mereka memilikinya, dan mereka harus mencari cara untuk mendapatkannya kembali ketika mereka telah kehilangannya, sehingga tekanan dalam hidup manusia semakin hari semakin besar. Setelah Iblis membawa manusia ke jalan ini, mereka semakin menjauh dari Tuhan, lambat laun mereka kehilangan kedamaian dan sukacita, dan lambat laun mereka juga kehilangan rasa kepuasan dan ketenangan. Dengan cara ini, setelah manusia jatuh ke dalam perangkap yang dipasang dengan hati-hati oleh Iblis, kehidupan mereka menjadi semakin menderita dan tidak berdaya, tanpa harapan. Tekanan semacam ini dapat menyebabkan orang hidup dalam kesulitan, pergumulan, dan penderitaan yang tak terkatakan. Dalam kasus yang serius, mereka dapat diliputi oleh stres yang berlebihan, dan banyak orang pada akhirnya memilih untuk bunuh diri. Mengingat bahwa mengejar ketenaran dan kekayaan mengandung tipu muslihat dan niat jahat Iblis, ini bukanlah jalan yang benar, melainkan jalan yang membawa manusia menuju kehancuran.

Bagaimana cara mengatasi stres?

Jadi bagaimana kita bisa melepaskan diri dari belenggu Iblis pada kita, mengatasi stres dalam hidup, dan kembali ke hadapan Tuhan untuk mendapatkan kebebasan dalam jiwa kita? Firman Tuhan mengatakan: “Ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua iu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan.

Mereka yang percaya kepada Tuhan hanya perlu mengejar kebenaran dan menempuh jalan-Nya, dan pada akhirnya mereka akan diselamatkan. Inilah misimu, dan merupakan harapan dan pengharapan terbesar Tuhan bagimu. Tuhan yang mengatur sisanya, jadi engkau tidak perlu cemas atau khawatir. Ketika saatnya tiba, engkau akan menikmati semua yang seharusnya kaunikmati, memakan semua yang seharusnya kaumakan, dan menggunakan semua yang seharusnya kaugunakan. Semuanya akan melampaui imajinasi dan harapanmu, dan akan berlimpah. Tuhan tidak akan membiarkanmu hidup berkekurangan, atau menjadi miskin. Ada ayat dalam Alkitab yang mengatakan bahwa beban Tuhan itu ringan. Apa bunyinya? ("Karena kuk-Ku itu mudah dan beban-Ku pun ringan" (Matius 11:30).) Bukankah itu arti dari ayat tersebut? (Ya.) Mengharuskanmu untuk melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginanmu sendiri bukan bertujuan untuk menjadikanmu orang yang biasa-biasa saja, atau membuatmu malas, atau tanpa pengejaran, dan juga tidak membuatmu menjadi mayat berjalan, orang yang tidak berjiwa; melainkan, ini dimaksudkan untuk mengubah arah dan tujuan yang salah dari pengejaranmu. Engkau dimaksudkan untuk melepaskan pengejaran, cita-cita, dan keinginan yang tidak seharusnya kaumiliki, dan untuk menetapkan pengejaran, cita-cita, dan keinginan yang benar. Hanya dengan cara seperti inilah engkau dapat menempuh jalan hidup yang benar.

Faktanya, Tuhanlah yang mengatur nasib manusia. Kaya atau miskinnya seseorang sepanjang hidupnya ditentukan oleh Tuhan. Seperti apa pekerjaan seseorang dan bagaimana kondisi kehidupannya, semuanya ada di tangan Tuhan, kita tidak perlu mengandalkan kemampuan kita sendiri untuk mendapatkannya atau bekerja keras untuknya. Apa pun yang Tuhan tidak berikan kepada kita, kita tidak akan mendapatkannya sekeras apa pun kita bekerja. Apa yang Tuhan berkati kepada kita akan diperoleh tanpa kerja keras dan upaya keras kita, kita hanya perlu belajar menaati pengaturan Tuhan dan menjalani kehidupan serta bekerja secara normal. Sebenarnya, dalam kehidupan yang Tuhan persiapkan bagi manusia, selama kita bekerja dengan normal dan uang yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dan kita menggunakan sisa waktu kita untuk hidup di hadapan Tuhan, menyembah Tuhan, mengejar kebenaran, mengejar untuk memahami Tuhan, dan menempuh jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, maka kita akan hidup di bawah pemeliharaan, perlindungan, dan berkat Tuhan sepanjang hidup kita. Tuhan akan memberi mereka yang benar-benar menyembah-Nya lebih dari yang mereka minta atau pikirkan. Sama seperti Ayub, dia adalah yang terbesar di antara orang-orang di Timur. Kekayaan yang dimiliki Ayub saat itu berada di luar jangkauan banyak orang. Ayub takut akan Tuhan Yahweh dan menjauhi kejahatan. Tuhan memberkati dia dengan banyak berkat. Ayub bukan mengandalkan kemampuannya sendiri untuk mendapatkannya. Dia menyadari bahwa semua yang dimilikinya adalah berkat dari Tuhan. Kemudian, Tuhan menguji Ayub dan mengambil segala sesuatu darinya. Namun, Ayub tidak mengeluh, tetap bisa memuji nama Tuhan, dan telah berdiri teguh dalam kesaksian. Kemudian Tuhan memberkati Ayub dengan memberi Ayub lebih dari apa yang dia dapatkan sebelumnya. Dan Abraham, dia benar-benar menyembah Tuhan dan taat kepada Tuhan, dan Tuhan memberkati keturunannya menjadi bangsa yang besar. Selain itu, tidak ada satu pun orang benar yang menyembah Tuhan yang tercatat dalam Alkitab menderita kemiskinan, berkat yang Tuhan berikan kepada mereka lebih dari cukup, mereka hidup dalam pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, serta hidup dengan damai dan bahagia. Dari fakta-fakta ini, kita dapat melihat bagaimana manusia dapat menjalani kehidupan yang penuh damai dan sukacita, serta bagaimana menjalani kehidupan yang bernilai dan bermakna.

Melalui persekutuan di atas, sudahkah kita menemukan cara untuk mengatasi stres? Yaitu dengan mengucapkan selamat tinggal pada pandangan hidup kita sebelumnya dan pengejaran kita sebelumnya, menyerahkan nasib kita kepada Tuhan, membiarkan Tuhan mengambil keputusan untuk kita, menyembah Tuhan, mengejar kebenaran, dan menempuh jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dengan cara ini, hati kita akan dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita. Terima kasih Tuhan!

Tinggalkan komentar