Menu

9 Ayat Alkitab Tentang Kekeluargaan—Menciptakan Tempat yang Aman

Di dunia yang terus berubah dan penuh tantangan ini, keluarga yang harmonis adalah surga kedamaian kita. Namun membangun keluarga yang harmonis memerlukan penyelesaian persoalan seperti bagaimana suami istri rukun, bagaimana menghormati orang tua, dan bagaimana mendidik anak. Jika Anda ingin tahu, teruslah membaca!

1. Tuhan Yahweh berfirman: “Tidak baik manusia sendirian, Aku akan menjadikan seorang penolong yang sepadan dengannya.” (Kejadian 2:18)

Dari firman Tuhan ini kita bisa merasakan kepedulian dan perhatian Tuhan terhadap manusia, Tuhan tahu hidup seseorang sepi dan membosankan tanpa ada orang yang menemaninya, maka Dia menciptakan pasangan untuknya, yang dapat menolong, mendukung dan mendampinginya. Inilah asal mula pernikahan manusia. Dapat dikatakan bahwa pernikahan manusia merupakan ketetapan Tuhan dan memiliki misi tersendiri, tidak hanya untuk menyelesaikan kesepian manusia, juga tidak hanya untuk memperbanyak keturunan, tetapi juga untuk saling mendukung dalam perjalanan hidup dan menghadapi suka dan tantangan bersama. Firman Tuhan mengatakan: "Tuhan melihat bahwa laki-laki ini terlalu kesepian sendirian, tanpa pasangan, tanpa teman bicara, atau teman untuk berbagi kebahagiaan dan pikiran; Ia melihat bahwa hidupnya akan kering, hambar, dan tidak menarik, sehingga sebuah pemikiran muncul di benak-Nya: Seorang pria agak kesepian, jadi Aku harus mencarikan pasangan untuknya. Pendamping ini akan menjadi pasangannya, yang akan menemaninya ke mana saja dan membantunya melakukan segalanya; dia akan menjadi pasangan dan pendampingnya. Tujuan dari seorang pasangan adalah untuk menemaninya menjalani hidup, untuk berjalan maju bersamanya di jalan hidupnya. Baik selama sepuluh, dua puluh, seratus, atau dua ratus tahun, pasangan ini akan menjadi orang yang berada di sisinya, orang yang bersamanya di mana pun, yang akan berbicara dengannya, berbagi kebahagiaan, kesakitan, dan setiap emosi bersamanya, dan sekaligus menemaninya dan menjaganya agar tidak sendirian atau kesepian. Pemikiran dan gagasan yang muncul dalam pikiran Tuhan inilah yang menjadi sumber pernikahan manusia.(Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, Cara Mengejar Kebenaran (9))

Teman-teman, ketika kita mengetahui latar belakang pernikahan, maka kita akan menaati pengaturan Tuhan, memperlakukan pernikahan kita dengan benar, merawat, mendampingi, dan membantu pasangan kita, saling mencintai pasangan kita, dan menyelesaikan perjalanan hidup dengan bergandengan tangan.

2. “Oleh karena itu seorang laki-laki harus meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24)

Ayat ini mengungkapkan rancangan sempurna ciptaan Tuhan—pernikahan dan keluarga manusia. Ketika seseorang menikah, mereka meninggalkan orang tuanya, yang berarti membangun sebuah keluarga baru. “Meninggalkan” dan “menjadi satu daging” di sini bukan berarti memutuskan hubungan dengan orang tua, tetapi menekankan keeratan hubungan antara suami dan istri. Persatuan semacam ini tidak hanya bersifat jasmani, tetapi juga penyatuan jiwa dan emosi, tujuannya agar suami istri saling mencintai, menyayangi, menghargai dan menghormati, bersama-sama memikul tanggung jawab hidup, berbagi suka dan duka, menciptakan kesamaan hidup dan tujuan bersama, serta bersama-sama menyelesaikan tanggung jawab dan misi yang diberikan Tuhan kepada suami dan istri dalam pernikahan. Firman Tuhan mengatakan: “Makna pernikahan sebenarnya bukan sekadar untuk memperbanyak umat manusia, namun yang lebih penting adalah agar Tuhan mengatur pasangan bagi setiap pria dan wanita, yang akan mendampingi mereka melewati setiap saat dalam hidup mereka, baik sulit maupun menyakitkan, atau mudah, gembira, dan bahagia—dalam semua itu, mereka memiliki seseorang untuk curhat, menjadi satu dengan mereka dalam hati dan pikiran, dan untuk berbagi kesedihan, kesakitan, kebahagiaan, dan kegembiraan. Inilah makna di balik Tuhan mengatur pernikahan bagi manusia, dan merupakan kebutuhan subjektif setiap individu. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia tidak ingin mereka kesepian, jadi Dia mengatur pernikahan untuk mereka. Dalam pernikahan, laki-laki dan perempuan masing-masing mengambil peran yang berbeda, dan yang terpenting adalah mereka saling mendampingi dan mendukung, menjalani setiap hari dengan baik, menjalani jalan kehidupan dengan baik. Di satu sisi, mereka bisa saling menemani, dan di sisi lain, mereka bisa saling mendukung—inilah makna pernikahan dan perlunya keberadaannya. Tentu saja, ini juga merupakan pemahaman dan sikap yang harus dimiliki orang terhadap pernikahan, dan merupakan tanggung jawab serta kewajiban yang harus mereka penuhi terhadap pernikahan.(Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, Cara Mengejar Kebenaran (9))

Teman-teman, ketika kita memahami misi dan makna pernikahan, kita akan melepaskan ilusi-ilusi kita yang tidak objektif tentang pernikahan, mengurangi kebencian kita terhadap pernikahan, dan memungkinkan manusia untuk menjadi pasangan hidup dalam cinta, pengertian dan dukungan.

3. “Anak-anak adalah warisan dari Tuhan, dan buah kandungan adalah pahala dari-Nya.” (Mazmur 127:3)

Dalam perjalanan hidup kita, kita telah mendapatkan warisan berharga dari Tuhan yaitu anak-anak kita, hal ini juga merupakan ekspresi kasih Tuhan yang tiada habisnya kepada orang tua kita. Setiap bayi yang tumbuh dalam kandungan ibu merupakan mahakarya Tuhan dan perjalanan ajaib yang diberikan Tuhan. Sedikit demi sedikit kehidupan yang terbentuk di dalam tubuh ibu secara bertahap hingga saat kelahirannya, hal ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan anugerah Tuhan yang istimewa kepada setiap orang tua, merupakan pahala yang sangat berharga dan bagian dari rencana Tuhan. Ketika kita melihat anak-anak kita bertumbuh dewasa dan belajar berjalan, berbicara, dan berpikir, kita akan lebih menghargai pemeliharaan Tuhan dalam perjalanan hidup kita. Namun, kita juga perlu melakukan upaya dan tanggung jawab terhadap anak-anak kita. Tuhan telah mempercayakan mereka kepada kita dan mengharapkan kita untuk membimbing mereka ke jalan hidup yang benar dengan cinta, kesabaran dan perhatian. Kita perlu menjadi panutan mereka dan menyampaikan kepada mereka pandangan hidup dan keyakinan yang benar agar mereka bisa menjadi kuat, penuh kasih sayang, dan penuh harapan dalam perjalanan hidup mereka.

Teman-teman, anak-anak adalah warisan yang diberikan Tuhan, semoga kita menyikapi anugerah berharga ini dengan rasa syukur dan tanggung jawab. Marilah kita merasakan kasih dan rahmat Tuhan yang mendalam dalam pendidikan, perhatian dan penyertaan, dan menjadi pembimbing yang sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.

4. “Para suami, kasihilah istrimu dan jangan kasar terhadapnya.” (Kolose 3:19)

Ayat Alkitab pendek ini mengandung ajaran yang mendalam tentang hubungan suami istri, menunjukkan kepada kita sebuah konsep pernikahan yang penuh cinta dan hormat. Cinta merupakan pilar terpenting dalam hubungan suami istri, namun cinta tersebut bukanlah cinta yang bersifat dorongan emosional, melainkan cinta yang dibangun atas dasar kasih Tuhan di mana dua orang saling berdedikasi, berkomitmen dan menghormati. Ketika seorang suami memiliki cinta sejati kepada istrinya, maka hubungan pernikahan akan menjadi kuat dan bertahan lama. Cinta berarti peduli terhadap kebutuhan pihak lain dan menoleransi kekurangan pihak lain. Di bawah asuhan cinta, hubungan yang diam-diam antara suami dan istri akan terus meningkat. Namun, ayat ini terlebih lagi memperingatkan para suami untuk tidak memperlakukan istrinya dengan kasar. Perlakuan kasar tidak hanya mengacu pada kesakitan fisik, tetapi juga termasuk kesakitan secara verbal dan spiritual. Memperlakukan pihak lain dengan kata-kata yang hangat merupakan bagian penting dalam membangun pernikahan yang sehat. Bekerja sama dalam situasi sulit, saling mencintai, berbagi tanggung jawab hidup, dan membangun keluarga yang penuh kepedulian dan rasa hormat.

Teman-teman, semoga kita masing-masing pasangan mengelola pernikahan dengan hati-hati berdasarkan inspirasi dari ayat Alkitab ini, dan bersama-sama bergerak menuju jalan kebahagiaan di mana kita saling mendukung dan bekerja sama, dan membiarkan pernikahan menjadi anugerah terindah dalam hidup kita.

5. “Siapa yang dapat menemukan istri yang berbudi luhur? Ia jauh lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, dan suaminya tidak kekurangan keuntungan.” (Amsal 31:10-11)

Ayat ini melukiskan gambaran seorang wanita yang penuh budi pekerti, kebijaksanaan, dan kasih sayang yang nilainya melebihi segala harta duniawi. Kepribadian, kebijaksanaan, dan kasih sayang yang ditampilkan seorang wanita baik lahiriah maupun batiniah merupakan harta yang tak ternilai harganya. Kecantikannya tidak hanya terletak pada penampilan luarnya, tetapi juga pada kecemerlangan batiniahnya. Ketika seseorang memiliki Tuhan di dalam hatinya dan firman Tuhan sebagai hidupnya, dia akan mampu bersinar dengan kecemerlangan batiniah. Ini adalah hal yang paling berharga dalam diri seseorang. Hati suaminya percaya kepada wanita yang berbudi luhur ini karena dia tahu wanita itu adalah pendamping yang dapat diandalkan dan bijaksana. Dalam hubungan dan kepercayaan diam-diam ini, keluarga menjadi stabil dan kehidupan bahagia berkembang di antara mereka. Ayat Alkitab ini membuat kita berpikir: Dalam hidup kita, apakah kita mengejar kebenaran Tuhan dan menghargai serta membina kebajikan batiniah? Sudahkah kita menjadi orang yang dipercaya dan diandalkan oleh keluarga kita?

Teman-teman, dalam tahapan kehidupan, semoga kita berusaha mengejar kebenaran Tuhan, membiarkan kebenaran berubah menjadi kebajikan batiniah, kebijaksanaan dan kepribadian kita, memancarkan kecemerlangan bagaikan mutiara yang tak ternilai harganya, dan menjadi harta yang tak tergantikan dalam keluarga, masyarakat, dan bahkan seluruh hidup Anda.

6. “Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut usiamu di tanah yang diberikan Yahweh, Tuhanmu, kepadamu.” (Keluaran 20:12).

Pengajaran ayat Alkitab ini sangat dalam dan berharga, mengungkapkan hubungan erat antara menghormati orang tua dan kehidupan abadi. Menghormati orang tua bukan hanya sekadar norma moral, tetapi juga merupakan kelebihan dari kemanusiaan, juga merupakan tanggung jawab dan kewajiban. Dalam proses menghormati orang tua, kita belajar bersyukur atas didikan mereka dan merasakan kehangatan serta kekuatan dari hubungan keluarga. Hal ini juga memungkinkan kita memikul tanggung jawab terhadap keluarga dalam hidup kita. Sikap seperti ini dapat mendatangkan kedamaian dan keteguhan batiniah, sehingga membuat hari-hari kita dapat bertahan lebih lama di bumi yang dianugerahkan oleh Tuhan. Namun panjang umur bukan berarti panjang umur, melainkan ketenangan jiwa dan keberlimpahan hidup. Menghormati orang tua memungkinkan kita menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan menciptakan lingkungan keluarga yang rukun dan tenteram. Dalam lingkungan seperti itu, kita dapat merasakan cinta dan dicintai dengan lebih baik. Lebih penting lagi, menghormati orang tua adalah semacam ekspresi dari iman. Kita menghormati orang tua kita bukan hanya karena membalas kebaikan mereka dalam membesarkan kita, tapi juga karena menaati perintah Tuhan. Dalam proses ini, kita takut akan Tuhan dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan pemberi berkat dalam hidup kita. Oleh karena itu, menghormati orang tua juga merupakan bagian dari hubungan kita dengan Tuhan dan merupakan kesaksian tentang kehidupan iman kita. Ini mengacu pada orang tua yang baik hati, mendukung kita dalam menempuh jalan beriman kepada Tuhan, dan sering mendorong kita untuk mengenal Tuhan dan takut akan Tuhan. Bagi orang tua yang membenci Tuhan, menentang Tuhan, dan berusaha sekuat tenaga mencegah kita mengambil jalan beriman kepada Tuhan, kita harus memperlakukan mereka secara berbeda.

Teman-teman, di dunia yang penuh dengan perubahan dan tantangan ini, semoga kita selalu memiliki hati yang bersyukur dan menggunakan tindakan menghormati orang tua kita untuk memperlama hari-hari kita di bumi yang diberikan Tuhan, dan mencapai perjalanan hidup yang penuh kehangatan dan berkat.

7. “Kutukan Tuhan ada pada rumah orang fasik, tetapi Ia memberkati tempat tinggal orang benar” (Amsal 3:33)

Ayat Alkitab ini secara mendalam menggambarkan bagaimana Tuhan memperlakukan keluarga yang benar dan yang jahat, dan juga menunjukkan jalan yang jelas untuk diberkati. Tuhan mengutuk keluarga orang-orang jahat, bukan karena Dia tanpa ampun, tetapi karena rasa muak-Nya terhadap perilaku jahat, juga untuk mengajar orang-orang agar memahami konsekuensi dari melakukan kejahatan. Rumah orang fasik dipenuhi dengan perselisihan dan ketidakadilan karena orang fasik menyangkal Tuhan, menentang Tuhan, dan membenci Tuhan. Tempat tinggal orang benar adalah tempat yang dipelihara dan diberkati oleh Tuhan, yang tidak hanya mengacu pada kesejahteraan materi, tetapi juga keharmonisan dan kasih sayang antar anggota keluarga. Dalam keluarga orang benar, rasa takut akan Tuhan merasuki setiap aspek kehidupan, menjadikan keluarga ini tempat yang benar-benar diberkati. Di sini, cinta dan perhatian adalah ikatan keluarga, dan takut akan Tuhan serta menaati Tuhan adalah prinsip kehidupan.

Teman-teman, semoga kita melihat kehidupan kita sendiri dan memikirkan jalan yang telah kita pilih: apakah kita sedang mengejar keadilan? Apakah kita takut akan Tuhan? Apakah kita membangun fondasi yang kokoh dalam keluarga kita di atas kasih Tuhan? Ketika kita berjalan di jalan yang benar, maka keluarga kita akan menjadi tempat tinggal yang dipelihara dan diberkati oleh Tuhan.

8. “Tetapi karena adanya percabulan, maka setiap laki-laki harus mempunyai istrinya sendiri, dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” (1 Korintus 7:2)

Ayat Alkitab ini mengungkapkan kesucian dan keluhuran pernikahan, serta mengajarkan kita untuk menjaga kesucian pernikahan dalam hubungan antara suami dan istri. Tuhan menetapkan pernikahan bagi kita agar kedua pihak suami dan istri dapat mendukung, menghormati, dan peduli satu sama lain dalam hubungan yang saleh dan berkomitmen, serta bersama-sama membangun keluarga yang rohani dan kuat. Ini adalah tempat kemurnian yang ditetapkan oleh Tuhan, dan adalah dedikasi total emosi, tubuh dan jiwa. Setiap pria memiliki istrinya sendiri, dan setiap wanita memiliki suaminya sendiri. Ini telah menekankan keunikan dan eksklusivitas pernikahan. Ini bukan pembatasan kebebasan individu, tapi pemeliharaan kemurnian pernikahan. Baik suami maupun istri harus menjaga kepolosan dalam pernikahan mereka dan menghindari perbuatan zina. Melalui pernikahan yang murni, kita mengalami hubungan seksual yang sempurna, yang dirancang oleh Tuhan. Ini adalah sebuah pengalaman yang murni dan indah. Ini juga merupakan ekspresi rasa hormat kepada Tuhan dan rasa hormat terhadap pernikahan.

Teman-teman, semoga kita menghargai martabat pernikahan, membangun pernikahan yang kokoh dan indah melalui rahmat dan bimbingan Tuhan, serta mampu lebih memahami kasih Tuhan dan sangat menghargai berkat Tuhan atas pernikahan kita yang murni.

9. “Didiklah seorang anak pada jalan yang seharusnya ia tempuh, agar ketika ia sudah tua, ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” (Amsal 22:6)

Perikop yang singkat namun mendalam ini menggambarkan kekuatan mengasuh anak dan tanggung jawab untuk mendidik anak-anak di jalan yang benar. Mendidik anak-anak adalah tanggung jawab kita terhadap mereka dan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita. Ini bukan hanya tentang masa kini, tapi juga tentang arah hidup mereka secara keseluruhan. Pola asuh yang baik dapat memberikan landasan yang kokoh bagi kehidupan seorang anak. Ibarat menanam benih, ia akan berakar, bertunas, dan tumbuh subur di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, dalam proses mendidik anak-anak, kita tidak hanya perlu memberikan ilmu yang bermanfaat kepada mereka, tetapi juga secara halus membimbing mereka ke jalan yang benar. Hal ini mengharuskan kita untuk mendidik anak-anak kita dalam kehendak Tuhan dan kebenaran Tuhan, sehingga anak-anak kita dapat mengenal Tuhan dan memahami kasih dan bimbingan Tuhan. Meski kita tidak bisa bersama mereka sepanjang waktu, mereka bisa menemukan arah yang benar dalam kebenaran dan kasih karunia Tuhan. Namun mendidik dan membesarkan anak-anak bukanlah proses yang bisa dilakukan dalam semalam. Hal ini membutuhkan kesabaran dan perhatian, juga membutuhkan upaya kita sendiri. Hal ini mengharuskan kita untuk memahami kehendak Tuhan dalam firman Tuhan dan menggunakan firman Tuhan sebagai pedoman perilaku dan tindakan kita. Dengan cara ini, kita bisa menjadi teladan bagi anak-anak kita, membimbing mereka dengan menggunakan kasih sayang, toleransi, dan firman Tuhan, sehingga mereka dapat menempuh jalan Tuhan sepanjang hidup mereka.

Teman-teman, semoga kita menggunakan kebenaran, kasih, dan hikmat Tuhan untuk menaburkan benih-benih indah di hati mereka dalam perjalanan mendidik anak-anak kita, agar mereka dapat bertumbuh dalam firman Tuhan dan tidak pernah menyimpang dari jalan Tuhan sepanjang hidupnya.

Di dunia yang terus-menerus berubah ini, keluarga yang harmonis adalah tempat berlindung yang aman. Terbentuknya sebuah keluarga bukan hanya sekadar penyatuan dua insan, tetapi juga berkat Tuhan bagi kita. Membangun keluarga yang harmonis mengharuskan kita untuk membina hubungan suami istri dengan menggunakan cinta dan kesabaran. Dalam kasih dan kebenaran Tuhan, kita dapat menemukan nilai dan keunikan satu sama lain, belajar bertoleransi dan menghormati satu sama lain, berbagi tanggung jawab, dan memperlakukan satu sama lain dengan hati yang bersyukur. Biarkan kasih Tuhan meliputi keluarga melalui doa dan renungan Firman Tuhan. Selain itu, mendidik anak-anak juga merupakan tanggung jawab yang tidak dapat ditolak dalam memelihara hubungan kekeluargaan. Ini juga merupakan misi yang diberikan Tuhan kepada kita. Di bawah bimbingan Tuhan, kita bisa menjadi pembimbing kehidupan rohani anak-anak kita. Melalui mengajarkan kebenaran Tuhan, kita membantu mereka membangun landasan iman yang kokoh sehingga mereka dapat bertumbuh di jalan Tuhan.

Teman-teman, semoga kita bersama-sama mengejar kebenaran Tuhan, mengukir firman Tuhan dalam hati kita, dan menjadikannya pedoman hidup kita. Di bawah bimbingan kebenaran dan kasih karunia Tuhan, marilah kita menggunakan kasih, kesabaran dan iman untuk menjaga keindahan keluarga kita. Jika Anda ingin mempelajari kebenaran tentang pernikahan dan keluarga, silakan hubungi kami melalui jendela obrolan online di bagian bawah situs web. Kami akan membagikan firman Tuhan kepada Anda dan berkomunikasi secara online!

Tinggalkan komentar