Menu

Bagaiamana Mengalami Ketika Penyakit Menimpa

Saudari Tong Xin:

Hai! Saya telah percaya kepada Tuhan lebih dari sepuluh tahun. Selama ini segala sesuatu di keluarga saya mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan. Dari orang dewasa hingga anak-anak, semuanya aman dan lancar, dan hati saya penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan. Namun setahun belakangan, keluarga saya tidak semulus dulu. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir, tubuh saya mengalami banyak masalah. Saya sering mengalami sakit tangan dan kaki, dada sesak, dan sesak napas, tapi tidak tahu apa penyebab setelah pemeriksaan. Saya sangat cemas, jadi saya berdoa kepada Tuhan tentang penyakit saya. Tetapi setelah beberapa waktu, kondisi saya tidak membaik sama sekali, dan saya merasa sedikit lemah di dalam hati. Saya berpikir saya telah bekerja dan membayar harga di gereja. Mengapa hal-hal buruk ini terjadi pada saya? Saya tidak tahu bagaimana mengalami lingkungan seperti ini sekarang. Berharap untuk mendapatkan bantuan saudari. Terima kasih!

Xiao Xia

19 Mei 2019

Bagaiamana Mengalami Ketika Penyakit Menimpa

Xiao Xia:

Hai! Saya dapat memahami situasi dan suasana hatimu saat ini. Di masa lalu, ketika saya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, saya sering tidak tahu bagaimana menghadapinya. Saya hidup dalam keadaan negatif dan lemah. Setelah berdoa kepada Tuhan, lingkungan masih belum membaik, dan saya kehilangan kepercayaan kepada Tuhan tanpa sadar, sehingga hubungan saya dengan Tuhan menjadi jauh. Kemudian, firman Tuhanlah yang membantu saya mengetahui bagaimana menghadapi lingkungan seperti itu. Seterusnya saya akan berbagi sedikit pengalaman sederhana saya dan berharap dapat membantu saudari.

Pada bulan Maret 2012, saya didiagnosis oleh rumah sakit bahwa saya menderita myasthenia gravis dan tumor tiroid, dan tumor tiroid sudah mulai berubah. Dokter mengatakan bahwa sekarang belum ada teknologi medis di dunia yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Dia menyarankan saya menjalani operasi terlebih dahulu dan minum obat untuk mempertahankan nyawa. Dokter berkata bahwa kepanikan dada yang disebabkan oleh myasthenia gravis dapat menyebabkan saya mencekik kapan saja, dan akan mengancam nyawa. Dia menyuruh saya tidak bisa meninggalkan orang lain sepanjang waktu. Setelah saya mendengarnya, saya merasa sangat depresi, dan pikiran saya menjadi kosong. Saya tidak mengerti, saya percaya kepada Tuhan dan melakukan tugas, mengapa saya mendapatkan penyakit yang begitu parah? Mengapa Tuhan tidak memelihara dan melindungi saya? Ketika saya memikirkannya, saya merasa tubah saya tidak punya kekuatan lagi. Selain duka, saya berpikir yang paling penting adalah mendapatkan pengobatan dengan cepat, jadi saya meminta dokter untuk mengatur rawat inap. Tetapi dokter mengatakan bahwa tidak ada tempat tidur di rumah sakit dan saya harus menunggu 20 hari. Setelah mendengar ini, saya merasa lebih cemas. Saya memikirkan bagaimana bisa penyakit yang begitu parah tidak dirawat tepat waktu? Tetapi saya juga ingin menggunakan 20 hari ini untuk banyak bergabung dalam persekutuan dan melakukan lebih banyak tugas, mungkin Tuhan akan menghilangkan penyakit saya.

Kemudian, saya menjadi lebih aktif dalam persekutuan dan melakukan tugas, dan saya berdoa dan menyerahkan penyakit saya ke tangan Tuhan setiap hari, berharap penyakit saya akan sembuh selama periode waktu ini. Tetapi 20 hari kemudian, penyakit saya tidak membaik sama sekali, dan rumah sakit tidak mengosongkan tempat tidur. Saya berpikir jika saya tidak dirawat di rumah sakit tepat waktu, dan penyakit saya kambuh, saya akan menghadapi ancaman kematian kapan saja. Saya baru berusia 49 tahun sekarang. Apakah hidup saya akan berakhir seperti ini? Semakin saya memikirkannya, semakin banyak keluhan terhadap Tuhan di dalam hati saya: Dalam 20 hari terakhir, saya telah menanggung rasa sakit dan berkomitmen untuk berpartisipasi dalam persekutuan dan melakukan tugas, tetapi mengapa kondisi saya tidak membaik dan kehilangan tempat tidur rumah sakit yang dipesan?

Pada saat ini, saya merasa sangat menderita dan tidak berdaya, air mata saya tidak bisa berhenti mengalir. Dalam kesakitan dan keputusasaan, saya tiba-tiba berpikir bahwa ketika Ayub mengalami ujian, harta bendanya dirampok, anak-anaknya meninggal, dan tubuhnya menderita bisul busuk. Dia tidak mengeluh, sebaliknya dia dapat menaati dan bersujud serta berdoa untuk memuji nama Tuhan. Pengalaman Ayub memberi saya keyakinan, jadi saya berdoa kepada Tuhan: "Oh Tuhan, penyakit saya tidak membaik sekarang, dan saya tidak tahu apa kehendak-Mu. Semoga Tuhan menuntun saya untuk mengalami lingkungan seperti ini dan memetik pelajaran dari penyakit ini."

Saat saya mencari, saya teringat dua perikop firman Tuhan yang pernah saya baca sebelumnya: "Tujuan dan niat mereka kelihatannya benar, karena bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka juga mengorbankan diri untuk Tuhan, mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka. Mereka meninggalkan masa muda mereka, meninggalkan keluarga dan pekerjaan, dan bahkan menghabiskan waktu bertahun-tahun menyibukkan diri jauh dari rumah. Demi tujuan akhir mereka, mereka mengubah minat mereka, pandangan mereka tentang hidup, dan bahkan mengubah arah yang mereka tempuh, tetapi mereka tidak dapat mengubah tujuan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Mereka sangat sibuk menggapai cita-cita mereka sendiri; sejauh apa pun jalannya, dan sebanyak apa pun kesulitan dan rintangan yang ada di sepanjang jalan, mereka tetap tekun dan tidak takut mati .... Selain dari keuntungan yang berhubungan sangat erat dengan mereka, mungkinkah ada alasan lain mengapa orang-orang yang tidak pernah memahami Tuhan mau berkorban begitu banyak bagi-Nya? Dalam hal ini, kita menemukan masalah yang sebelumnya tidak teridentifikasi: hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi." "Setelah dirusak Iblis, akal, hati nurani, dan kemanusiaan manusia yang semula menjadi tumpul dan dilemahkan oleh Iblis. Dengan demikian, manusia telah kehilangan ketaatan dan kasihnya kepada Tuhan .... Manusia hanya mengajukan tuntutan dan permintaan yang membabi buta kepada-Nya. Orang-orang seperti itu—orang-orang yang memiliki akal menyimpang—tidak mampu mengetahui perilaku tercela mereka sendiri ataupun menyesali pemberontakan mereka."

Setelah merenungkan firman Tuhan, saya menyadari bahwa setelah ribuan tahun dirusak oleh Iblis, kita manusia telah lama kehilangan keserupaan manusia sejati yang diciptakan Tuhan pada awalnya. Manusia menjadi tidak memiliki hati nurani dan rasionalitas, mementingkan keuntungan pribadi mereka sendiri, dan selalu memikirkan kepentingan mereka sendiri dalam segala hal. Percaya kepada Tuhan dan melakukan tugas bukan untuk membalas kasih Tuhan, tetapi untuk melakukan transaksi dengan Tuhan supaya mendapat berkat yang diinginkan. Sama seperti hubungan antara karyawan dan majikan, semua yang dilakukan karyawan untuk majikannya hanya untuk mendapatkan upah, mereka tidak memiliki pemahaman atau emosi terhadap majikan, hanya peduli apakah mereka akan mendapatkan keuntungan. Sekali Tuhan tidak melaksanakan sesuai dengan doa kita, kita akan mengeluh dan salah paham terhadap Tuhan. Bukankah hubungan antara saya dan Tuhan sama seperti itu? Ketika saya sakit, saya menuntut Tuhan, dan saya berpikir Tuhan harus melindungi saya kalau saya melakukan tugas. Dan ketika saya melihat penyakit saya tidak membaik setelah berdoa, hati saya penuh dengan kesalahpahaman dan kecurigaan terhadap Tuhan, seperti perempuan yang penuh dengan dendam, berdebat dengan Tuhan dan mengeluh, saya benar-benar tidak memiliki kemanusiaan dan rasionalitas! Saya melihat hubungan saya dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan pribadi saya, dan hanya mau mendapatkan berkat dan kedamaian dari Tuhan. Saya memikirkan Ayub lagi, walau dia menderita penyakit yang begitu parah, dia tidak pernah mengeluh kepada Tuhan, dan dia penuh dengan pujian terhadap Tuhan. Bagaimana dengan saya? Tuhan telah memberi saya begitu banyak berkat, termasuk makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Semua diberikan kepada saya oleh Tuhan, dan Tuhan juga memberi saya kebenaran. Tapi saya tidak bersyukur kepada Tuhan, dan tidak mengintrospeksi diri sendiri ketika tertimpa penyakit, sebaliknya saya mengeluh kepada Tuhan. Saat ini, saya sangat menyesal dan merasa malu dengan apa yang telah saya lakukan. Jadi, saya datang ke hadapan Tuhan dan berdoa kepada-Nya: "Oh Tuhan! Saya telah melakukan kesalahan. Engkau memberi saya kesempatan untuk percaya kepada Tuhan dan melakukan tugas sehingga saya bisa mendapatkan kebenaran dan memiliki keserupaan dengan manusia sejati. Tapi saya egois dan tercela, saya hanya ingin mendapatkan berkat dari Tuhan. Oh Tuhan, saya tidak ingin begitu memberontak melawan dan menentang-Mu. Semoga Tuhan memimpin dan membantu saya."

Kemudian, saya memikirkan firman Tuhan yang mengatakan: "Jika ada banyak hal yang terjadi pada dirimu tidak sesuai dengan gagasanmu tetapi engkau bisa mengesampingkannya dan memperoleh pengetahuan tentang tindakan Tuhan dari hal-hal ini, dan jika di tengah pemurnian engkau menyatakan hatimu yang mengasihi Tuhan, ini berarti engkau menjadi kesaksian bagi-Nya. Jika rumahmu damai, engkau menikmati kenyamanan daging, tidak ada yang menganiayamu, dan saudara-saudari di gereja menaatimu, bisakah engkau memperlihatkan hati yang mengasihi Tuhan? Dapatkah situasi ini memurnikanmu? Hanya melalui pemurnianlah kasihmu kepada Tuhan bisa diperlihatkan, dan hanya melalui terjadinya hal-hal yang tidak sesuai dengan gagasanmu, engkau bisa disempurnakan." Dari firman Tuhan, saya mengerti bahwa Tuhan mengizinkan kita menghadapi beberapa frustrasi dan penyakit dalam hidup kita, semua ini memiliki kehendak Tuhan. Meskipun kedagingan kita menanggung beberapa penderitaan, ini semua adalah lingkungan yang Tuhan siapkan untuk menyucikan kita, sehingga kita dapat mengenal kerusakan kita sendiri selama pemurnian, dan untuk membalikkan pandangan kita yang salah tentang percaya kepada Tuhan. Pada saat ini, saya mengerti sedikit tentang kehendak Tuhan. Ketika mengalami lingkungan seperti ini, Tuhan bukan menyulitkan saya, tetapi untuk membalikkan tujuan pengejaran saya yang salah. Jika bukan karena datangnya penyakit ini, kesalahpahaman dan keluhan saya tentang Tuhan tidak akan terungkap, dan saya tidak akan mengintrospeksi niat saya untuk mengejar berkat. Saya akan berpikir bahwa saya memiliki iman kepada Tuhan dan saya adalah orang yang mengasihi Tuhan. Dengan demikian, saya tidak akan mengenal diri saya sendiri, dan saya tidak akan mengejar perubahan, sehingga saya percaya kepada Tuhan tetapi tidak akan benar-benar didapatkan Tuhan pada akhirnya. Apa yang saya alami adalah perkenanan istimewa. Pada saat yang sama, saya merasa bahwa pemurnian dan penyakit telah mendorong diri saya untuk mengejar kebenaran serta perubahan watak. Setelah memahami ini, hati saya menjadi ceria, saya tidak lagi merasa sakit, dan saya bersedia untuk menaati lingkungan ini. Tidak peduli apa hasil akhirnya, saya tidak ingin menyalahkan Tuhan lagi. Setelah itu, saya berdoa kepada Tuhan lagi: "Oh Tuhan, saya mengerti bahwa semua yang Engkau lakukan adalah untuk mengubah dan memurnikan saya, serta membalikkan tujuan pengejaran saya yang salah dalam kepercayaan kepada Tuhan. Tidak peduli apakah ada tempat tidur di rumah sakit atau tidak, dan tidak peduli bagaimana kondisi penyakit saya di masa depan, saya bersedia untuk menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan."

Ketika saya benar-benar menaati Tuhan di dalam hati, saya melihat keajaiban perbuatan Tuhan. Tidak lama kemudian, rumah sakit mengatur tempat tidur untuk saya, saya telah menerima operasi, dan operasi itu sangat sukses. Saya sangat jelas dalam hati bahwa ini adalah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan atas saya. Ketika saya keluar dari rumah sakit, dokter menyuruh saya untuk minum obat myasthenia gravis seumur hidup dan pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan setiap bulan. Setelah saya keluar dari rumah sakit, saya sering bergabung dalam persekutuan dengan saudara-saudari. Luka saya pulih dengan sangat baik. Setelah minum obat selama lebih dari setengah tahun, saya tidak perlu minum obat lagi. Sudah 5 tahun sekarang, hasil pemeriksaan badan menunjukkan saya berada dalam keadaan baik. Sekarang saya melakukan tugas saya lagi. Setelah mengalami pekerjaan Tuhan dan mendapatkan pencerahan ini, saya merasa sangat senang di dalam hati saya.

Xiao Xia, dari pengalaman saya, saya yakin Anda juga tahu bagaimana mengalami lingkungan ini. Tuhan mengizinkan lingkungan seperti itu datang kepada kita, tujuannya adalah untuk menyucikan watak kita yang dirusak oleh Iblis dan membalikkan sudut pandang kita yang salah tentang kepercayaan kepada Tuhan. Ketika kita memahami kehendak Tuhan dan bersedia untuk menerapkan sesuai dengan tuntutan Tuhan, iman dan kasih kita kepada Tuhan akan bertambah. Ini adalah kekayaan paling berharga yang saya peroleh dari mengalami pekerjaan Tuhan.

Saya berharap pembagian ini dapat memberi Anda sedikit bantuan!

Tong Xin

21 Mei 2019

Tinggalkan komentar