Menu

Hubungan antara manusia sekarang sangat rapuh dan dijaga dengan hati-hati, jika tidak ada keyakinan, akan terjadi perselisihan atau permusuhan karena kepentingan, bagaimana orang bisa bergaul secara normal?

Firman Tuhan yang Relevan:

Dalam watak orang normal tidak terdapat kebengkokan atau kecurangan, orang memiliki hubungan yang normal dengan satu sama lain, mereka tidak sendirian, dan hidup mereka tidaklah biasa-biasa saja ataupun merosot. Jadi, Tuhan juga dimuliakan di antara semua orang, firman-Nya meresap di antara manusia, orang hidup dalam damai dengan satu sama lain dan dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan, bumi dipenuhi keharmonisan, tanpa campur tangan Iblis, dan kemuliaan Tuhan menjadi yang paling utama di antara manusia. Orang-orang semacam itu bagaikan malaikat: murni, bersemangat, tak pernah mengeluh tentang Tuhan, dan mengabdikan seluruh daya upaya mereka hanya untuk kemuliaan Tuhan di bumi.

Jika engkau tidak memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan, maka apa pun yang engkau lakukan untuk mempertahankan hubunganmu dengan orang lain, sekeras apa pun engkau bekerja, atau sebanyak apa pun energi yang engkau kerahkan, semua itu hanya berkaitan dengan falsafah hidup manusia. Engkau sedang mempertahankan posisimu di tengah khalayak melalui sudut pandang manusia dan falsafah manusia sehingga orang akan memujimu, tetapi engkau tidak sedang mengikuti firman Tuhan untuk membangun hubungan yang normal dengan orang lain. Jika engkau tidak berfokus pada hubunganmu dengan orang lain tetapi mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan, jika engkau bersedia memberikan hatimu kepada Tuhan dan belajar menaati-Nya, maka secara alami hubunganmu dengan semua orang akan menjadi normal. Dengan demikian, hubungan ini tidak dibangun dalam daging, melainkan di atas dasar kasih Tuhan. Hampir tidak ada interaksi daging, tetapi di dalam roh ada persekutuan dan ada saling mengasihi, saling menghibur, dan saling membekali. Semua ini dilakukan di atas dasar hati yang memuaskan Tuhan. Hubungan ini tidak dipertahankan dengan mengandalkan falsafah hidup manusia, tetapi terbentuk secara alami melalui memikul beban bagi Tuhan. Hubungan ini tidak membutuhkan upaya manusia. Engkau hanya perlu melakukan penerapan sesuai dengan firman Tuhan prinsip-prinsip. Maukah engkau mempertimbangkan kehendak Tuhan? Maukah engkau menjadi seseorang "tanpa nalar" di hadapan Tuhan? Maukah engkau menyerahkan hatimu sepenuhnya kepada Tuhan, dan mengabaikan posisimu di tengah manusia? Dari antara semua orang yang berhubungan denganmu, dengan siapakah engkau memiliki hubungan terbaik? Dengan siapakah engkau memiliki hubungan terburuk? Apakah hubunganmu dengan orang lain normal? Apakah engkau memperlakukan semua orang dengan setara? Apakah hubunganmu dengan orang lain dipertahankan sesuai dengan falsafah hidupmu, ataukah dibangun di atas dasar kasih Tuhan? Jika orang tidak memberikan hatinya kepada Tuhan, roh mereka menjadi tumpul, mati rasa, dan tidak sadar. Orang semacam ini tidak akan pernah mengerti firman Tuhan dan tidak akan pernah memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan; watak orang semacam ini tidak akan pernah berubah.

Hubungan yang normal di antara manusia dibangun di atas dasar penyerahan hati mereka kepada Tuhan, dan bukan melalui upaya manusia. Tanpa Tuhan di dalam hati mereka, hubungan antarpribadi di antara manusia hanyalah hubungan daging. Hubungan itu tidak normal, melainkan menuruti hawa nafsu. Semua itu adalah hubungan yang dibenci Tuhan dan menjijikkan bagi Dia. Jika engkau mengatakan bahwa rohmu telah digerakkan, tetapi engkau selalu ingin bersekutu dengan orangorang yang kausukai, dengan siapa pun yang engkau kagumi, sedangkan jika ada orang yang sedang mencari tetapi engkau tidak menyukai mereka, engkau berprasangka buruk dan tidak ingin terlibat dengan mereka, ini semakin membuktikan bahwa engkau orang yang dikuasai emosimu dan engkau tidak sama sekali memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Engkau sedang berusaha membohongi Tuhan dan menutupi keburukanmu sendiri. Bahkan sekalipun engkau dapat membagikan sedikit pemahamanmu, tetapi jika niatmu salah, semua yang engkau lakukan hanya baik menurut standar manusia. Tuhan tidak akan memujimu—engkau sedang bertindak sesuai dengan keinginan daging, bukan sesuai dengan beban Tuhan. Jika engkau mampu menenangkan hatimu di hadapan Tuhan dan memiliki interaksi yang normal dengan semua orang yang mengasihi Tuhan, barulah engkau layak untuk dipakai oleh Tuhan. Dengan demikian, bagaimanapun caramu bergaul dengan orang lain, itu tidak akan berdasarkan pada falsafah kehidupan, melainkan itu berada di hadapan Tuhan, kehidupan dengan cara yang mempertimbangkan beban-Nya. Berapa banyak orang di antaramu yang seperti ini? Apakah hubunganmu dengan orang lain benar-benar normal? Atas dasar apakah hubungan itu dibangun? Berapa banyak falsafah hidup yang ada di dalam dirimu? Apakah falsafah itu sudah dibuang? Jika hatimu tidak dapat sepenuhnya berbalik kepada Tuhan, engkau bukan berasal dari Tuhan—engkau berasal dari Iblis, dan engkau akan dikembalikan kepada Iblis pada akhirnya. Engkau tidak layak menjadi salah satu umat Tuhan. Semua ini membutuhkan pertimbanganmu yang saksama.

Apabila hubunganmu dengan Tuhan telah menjadi normal, engkau juga akan memiliki hubungan yang normal dengan orang-orang. Semuanya dibangun atas dasar firman Tuhan. Dengan makan dan minum firman Tuhan, kemudian menerapkan tuntutan Tuhan, arahkanlah sudut pandangmu dengan benar, dan jangan melakukan hal-hal yang melawan Tuhan atau mengacaukan gereja. Jangan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan saudara-saudarimu, jangan mengucapkan hal-hal yang tidak berguna bagi orang lain, jangan melakukan hal-hal yang memalukan. Bersikaplah adil dan terhormat dalam segala hal yang kau lakukan, dan pastikan bahwa setiap tindakanmu layak di hadapan Tuhan. Meskipun daging terkadang lemah, engkau harus mampu mengutamakan kepentingan keluarga Tuhan, tanpa keserakahan untuk keuntungan pribadi, dan engkau harus mampu bertindak dengan benar. Apabila engkau dapat melakukan penerapan seperti ini, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi normal.

Dalam segala hal yang engkau lakukan, engkau harus memeriksa apakah niatmu sudah benar. Jika engkau mampu bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan, hubunganmu dengan Tuhan sudah normal. Inilah standar yang paling minim. Selidikilah niatmu, dan jika engkau menemukan timbulnya niat yang tidak benar, mampu meninggalkannya, dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan, maka engkau akan menjadi orang yang benar di hadapan Tuhan, yang pada gilirannya menunjukkan bahwa hubunganmu dengan Tuhan normal, dan bahwa semua yang engkau lakukan adalah demi Tuhan, dan bukan demi dirimu sendiri. Dalam segala hal yang engkau lakukan dan katakan, engkau harus mampu menetapkan hati yang lurus dan bertindak benar, dan tidak dituntun oleh emosi, maupun bertindak sesuai dengan kehendakmu sendiri. Inilah prinsip yang harus dimiliki orang-orang yang percaya kepada Tuhan dalam menjaga perilakunya.

Di kelompok mana pun engkau berada, jika engkau mampu mengatasi iri hati, perselisihan, cemooh, dan meremehkan yang ada di antara orang-orang, serta berbagai jenis rasa sakit hati dan cara yang digunakan orang dalam memperlakukan satu sama lain, jika engkau mampu mengenali semua ini dan tidak dikendalikan oleh hal-hal ini, serta memperlakukan orang-orang tersebut dengan benar tanpa kembali pada sikapmu yang cepat marah, natur, atau watak jahatmu yang rusak, hubunganmu dengan orang lain akan menjadi normal dan engkau akan mampu, secara keseluruhan, untuk rukun secara harmonis dengan orang lain. Jika engkau dapat rukun secara harmonis dengan orang kebanyakan, dan tidak dikendalikan atau diganggu oleh orang, masalah, atau hal-hal apa pun saat engkau bersama orang lain, itu berarti keadaanmu akan menjadi normal dan engkau akan hidup di hadapan Tuhan. Di mana pun ada orang, akan ada perselisihan. Jika engkau tidak hidup berdasarkan kebenaran ketika ada perselisihan, engkau akan ditarik ke dalamnya. Apa saja yang termasuk perselisihan? Pertentangan, iri hati, kebencian, penghinaan, persaingan, saling menghakimi, bersaing satu sama lain untuk kedudukan tinggi, membandingkan karunia, kemampuan, rupa, kecantikan, kualitas, status, reputasi, peran, siapa yang bicaranya lebih berbobot, siapa yang lebih berguna, dan siapa yang lebih kuat. Engkau menghabiskan sepanjang hari membandingkan dirimu dengan orang lain dalam hal-hal ini, terjebak dalam perselisihan ini, tidak mampu menjalani kehidupan rohani yang normal dan berada dalam kedamaian yang normal di hadapan Tuhan. Dalam hatimu, engkau akan sering terjebak dalam perselisihan, pertengkaran, dan percekcokan ini, yang tidak hanya akan menyakitimu, tetapi juga menyakiti orang lain, dan dengan demikian engkau tidak akan pernah bisa datang ke hadapan Tuhan. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak baik kepadamu, engkau akan menjadi negatif; jika seseorang lebih berkarunia daripada dirimu, memiliki kualitas yang lebih tinggi darimu, dan memiliki pikiran yang lebih cepat daripada dirimu, engkau merasa tidak nyaman dan engkau ingin bersaing dengan mereka. Sungguh cara hidup yang menyakitkan, melelahkan, dan menyedihkan, selalu terjerat dalam semua keadaan ini. Dan bukankah ini mengganggu kehidupan rohani? Jika engkau tidak dapat menemukan jalan keluarnya, hidupmu akan sering menderita kerugian.

Jika dua orang ingin bergaul dengan baik, mereka harus membuka hati mereka satu sama lain; hal ini bahkan semakin diperlukan di antara orang-orang yang ingin bekerjasama secara harmonis. Terkadang, ketika dua orang berinteraksi, kepribadian mereka berbenturan, atau lingkungan, latar belakang atau kondisi ekonomi keluarga mereka tidak sesuai. Namun jika kedua orang itu dapat membuka hati mereka satu sama lain dan sepenuhnya terbuka tentang masalah mereka, dan berkomunikasi tanpa kebohongan atau kecurangan apa pun, serta mampu mengungkapkan isi hati mereka satu sama lain, maka dengan cara ini mereka akan bisa menjadi teman sejati, yang berarti menjadi sahabat karib. Mungkin, ketika orang yang satu mengalami kesulitan, mereka akan mencarimu dan bukan mencari yang lain. Bahkan sekalipun engkau menegur mereka dengan keras, mereka tahu bahwa engkau tulus, karena mereka tahu bahwa engkau adalah orang jujur yang memiliki hati yang tulus dan jujur. Bisakah engkau semua menjadi orang seperti itu? Apakah engkau semua adalah orang-orang seperti itu? Jika tidak, engkau bukanlah orang yang jujur. Ketika engkau berinteraksi dengan orang lain, engkau harus terlebih dahulu membuat mereka memahami hatimu dan ketulusanmu yang sungguh-sungguh. Jika dalam berbicara dan melakukan kontak serta bekerja sama dengan orang lain, perkataan seseorang asal-asalan, muluk-muluk, penuh basa-basi, penuh sanjungan, tidak bertanggung jawab, dan penuh khayalan, atau jika mereka berbicara semata-mata untuk menyenangkan hati pihak lain, berarti kata-kata mereka kurang dapat dipercaya, dan mereka sama sekali tidak tulus. Inilah cara mereka berinteraksi dengan orang lain, siapa pun orang yang lain itu. Apakah orang seperti itu memiliki hati yang jujur? Ini bukanlah orang yang jujur.

Manusia telah dirusak sangat dalam oleh Iblis dan mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman akan kebenaran, jadi adalah penting untuk menerapkan toleransi terhadap berbagai jenis orang—dan apa kerugian dari toleransi-Ku selama bertahun-tahun? Aku menoleransi semua orang; Aku bersikap toleran terhadap semua orang dan tidak pernah bersikap kasar; Aku berbicara dan bersekutu dengan orang-orang, dengan lembut mengarahkan percakapan, membuat mereka sadar, membuat mereka memahami alasan di balik berbagai hal, dan Aku berperilaku demikian terhadap semua orang. Jika tidak ada yang berhasil, apa pun yang Kukatakan, Aku membiarkan mereka pergi. Jangan menganggap dirimu sedemikian tinggi sehingga ketika orang lain tidak mengindahkanmu, engkau merasa dihina dan merasa telah menderita penghinaan yang besar. Hal itu bukanlah masalah. Yang terpenting adalah apa pun yang kaulakukan, engkau melakukannya di hadapan Tuhan; engkau harus mempertanggungjawabkan dirimu sendiri kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kaulakukan harus bermanfaat bagi orang lain. Bagi engkau semua, ini mungkin tampak sebagai tuntutan yang sedikit berat, tetapi itu karena orang-orang tidak memiliki kemanusiaan dan tingkat pertumbuhan. Di atas segalanya, engkau harus memikirkan bagaimana mempertahankan keadaan normal saat engkau hidup di hadapan Tuhan. Apa yang harus kaulakukan ketika natur dan sikapmu yang cepat marah akan meledak? Cepatlah datang ke hadapan Tuhan dan panggil nama-Nya. Ketika engkau memanggil nama-Nya, engkau akan merasakan kemarahan dan kebencianmu lenyap dan hilang. Ke mana itu pergi? Mengapa engkau tiba-tiba tidak dapat mengingat pemikiran dan teori aneh dari pikiranmu itu? Apa yang sedang terjadi? Tuhan membersihkan hal-hal yang Iblis lakukan, serta pembenaran dan sikap cepat marah dalam pikiran manusia, memberimu kedamaian dan sukacita, menenangkan hatimu sedikit demi sedikit, dan engkau berkata kepada dirimu sendiri: "Mengapa tadi aku bisa begitu impulsif? Mengapa aku bisa begitu bodoh? Sangat bodoh? Apa artinya ini? Aku sangat marah—untunglah aku berseru kepada Tuhan dan Dia membantuku dan memberiku kekuatan; Tuhan benar-benar ada di sana mendukungku. Dia melindungiku dan menghentikanku dari berbuat dosa terhadap Dia. Aku benar-benar dapat merasakan kasih karunia-Nya." Kesabaran, kasih, dan belas kasihan Tuhan tidak terbatas, dan orang harus belajar untuk datang ke hadapan Tuhan untuk memintanya dan menerimanya. Asalkan engkau memiliki iman dan ketulusan, Tuhan akan memberikan hal-hal ini kepadamu dan membantumu memperoleh semuanya. Seorang manusia tidak bisa melakukan hal-hal semacam itu, tetapi Tuhan bisa. Jadi, sebelum melakukan apa pun, engkau harus berpikir terlebih dahulu apakah itu benar-benar perlu atau tidak. Jika engkau belum memikirkannya masak-masak, pastikan engkau berada dalam keadaan damai. Sebelum engkau melakukan apa pun, sebelum sikapmu yang cepat marah meledak, engkau harus menenangkan dirimu, memanggil nama Tuhan, dan merenungkan apakah yang sedang kaulakukan sesuai dengan kehendak-Nya; jika apa yang sedang kaulakukan tidak memuaskan Tuhan, Dia akan membantumu menjinakkan sikapmu yang cepat marah itu, sedikit demi sedikit, dan menyelesaikan situasi tersebut. Apakah ini akan bermanfaat bagimu? Jika orang-orang terlalu keras kepala saat mereka berkumpul bersama, akan sulit bagi mereka untuk kembali ke keadaan paling awal dari hubungan mereka, jadi, ketika engkau akan melampiaskan amarah, ketika natur dan sikapmu yang cepat marah itu akan meledak darimu, dan ketika natur dan sikapmu yang cepat marah ini kemungkinan besar melukai orang lain, sebaiknya engkau berpikir sejenak, dan pastikan untuk lebih banyak berdoa kepada Tuhan. Saudara-saudari di gereja, atau anggota keluargamu—engkau harus rukun dengan mereka semua. Ini adalah tuntutan minimum. Ketika orang telah menangani hubungan ini dengan baik, tingkat pertumbuhan mereka akan menjadi dewasa dan mereka akan benar-benar mampu melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawab, dan mereka akan mampu menerima amanat Tuhan.

Tinggalkan komentar