112. Tuhan menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia mengenal daging-Nya, atau memungkinkan manusia untuk mengetahui perbedaan antara daging dari Tuhan yang berinkarnasi dengan daging manusia; Tuhan juga menjadi daging bukan untuk melatih kekuatan kemampuan manusia dalam membedakan, dan terlebih lagi, Dia menjadi daging bukan dengan maksud memungkinkan manusia untuk menyembah daging inkarnasi Tuhan, sehingga dengan demikian memperoleh kemuliaan yang besar. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan yang semula dalam menjadi daging. Tuhan juga menjadi daging bukan untuk menghukum manusia, bukan untuk secara sengaja menyingkapkan manusia, ataupun mempersulit manusia. Tidak satu pun dari hal-hal ini merupakan maksud Tuhan yang semula. Setiap kali Tuhan menjadi daging, ini adalah bentuk pekerjaan yang tak terhindarkan. Demi pekerjaan-Nya yang lebih besar dan pengelolaan-Nya yang lebih besarlah Dia bertindak sebagaimana yang Dia lakukan, dan bukan karena alasan-alasan yang manusia bayangkan. Tuhan datang ke bumi semata-mata yang diharuskan oleh pekerjaan-Nya, dan semata-mata sesuai dengan kebutuhan. Dia tidak datang ke bumi dengan maksud sekadar melihat-lihat, melainkan untuk melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Untuk apa lagi Dia menanggung beban seberat itu dan mengambil risiko sebesar itu untuk melakukan pekerjaan ini? Tuhan menjadi daging hanya saat Dia harus melakukannya, dan selalu dengan makna penting yang unik. Jika tujuan-Nya hanyalah memungkinkan orang untuk melihat diri-Nya dan untuk memperluas wawasan mereka, maka mutlak dapat dipastikan, Dia tidak akan pernah semudah itu datang di antara manusia. Dia datang ke bumi demi pengelolaan dan pekerjaan-Nya yang lebih besar, dan agar Dia bisa mendapatkan lebih banyak manusia. Dia datang untuk merepresentasikan zaman, Dia datang untuk mengalahkan Iblis, dan Dia mengenakan daging pada diri-Nya untuk mengalahkan Iblis. Bahkan lebih dari itu, Dia datang untuk menuntun seluruh umat manusia dalam menjalani hidup mereka. Semua ini menyangkut pengelolaan-Nya, dan menyangkut pekerjaan seluruh alam semesta. Jika Tuhan menjadi daging hanya untuk memungkinkan manusia mengenal daging-Nya dan membuka mata orang-orang, mengapa Dia tidak melakukan saja perjalanan ke semua negara? Bukankah ini hal yang sangat mudah? Namun, Dia tidak melakukannya, sebaliknya memilih sebuah tempat yang sesuai untuk menetap dan memulai pekerjaan yang harus Dia lakukan. Daging ini saja sudah memiliki makna yang sangat penting. Dia merepresentasikan seluruh zaman, dan juga melakukan pekerjaan seluruh zaman; Dia mengakhiri zaman yang lama serta memulai zaman yang baru. Semua ini adalah perkara penting yang menyangkut pengelolaan Tuhan, dan semua ini merupakan makna penting dari satu tahap pekerjaan yang membuat Tuhan datang ke bumi untuk melakukan-Nya.
Dikutip dari "Misteri Inkarnasi (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
113. Meskipun Kristus di bumi mampu bekerja atas nama Tuhan itu sendiri, Dia tidak datang dengan tujuan untuk menunjukkan citra-Nya dalam daging kepada seluruh manusia. Dia tidak datang supaya semua manusia melihat-Nya; Dia datang agar manusia dapat dituntun oleh tangan-Nya, sehingga manusia dapat memasuki zaman baru. Fungsi daging Kristus adalah untuk pekerjaan Tuhan itu sendiri, yaitu untuk pekerjaan Tuhan dalam daging, dan bukan untuk memungkinkan manusia memahami sepenuhnya hakikat daging-Nya. Bagaimanapun Dia bekerja, pekerjaan-Nya tidak akan melebihi apa yang mampu dicapai daging. Bagaimanapun Dia bekerja, Dia melakukannya dalam daging dengan kemanusiaan yang normal, dan tidak sepenuhnya mengungkapkan rupa Tuhan kepada manusia. Terlebih lagi, pekerjaan-Nya dalam daging tidak pernah begitu supranatural dan tak terukur sebagaimana yang manusia bayangkan. Meskipun Kristus merepresentasikan Tuhan sendiri dalam daging dan secara pribadi melaksanakan pekerjaan yang harus dilangsungkan Tuhan sendiri, Dia tidak menyangkal keberadaan Tuhan yang di surga, ataupun menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri dengan terburu-buru. Akan tetapi, Dia tetap menyembunyikan diri-Nya dalam daging dengan rendah hati. Selain Kristus, orang-orang yang mengaku sebagai Kristus tidak memiliki kualitas-kualitas-Nya. Saat disejajarkan dengan watak para Kristus palsu yang sombong dan tinggi hati itu, jelas terlihat bagaimana daging Kristus yang sejati. Semakin besar kepalsuan mereka, semakin menjadi-jadi para Kristus palsu itu memamerkan diri, dan semakin cakap juga mereka dalam melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat untuk menyesatkan manusia. Kristus-Kristus palsu tidak memiliki kualitas-kualitas Tuhan; Kristus tidak dinodai oleh unsur apa pun yang dimiliki Kristus-Kristus palsu. Tuhan menjadi daging hanya untuk menyempurnakan pekerjaan daging, bukan untuk sekadar mengizinkan manusia melihat-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan pekerjaan-Nya menegaskan identitas-Nya, dan memungkinkan apa yang diungkapkan-Nya membuktikan hakikat-Nya. Hakikat-Nya tidaklah tanpa dasar; identitas-Nya tidak diraih tangan-Nya, melainkan ditentukan oleh pekerjaan-Nya dan hakikat-Nya.
Dikutip dari "Hakikat Kristus adalah Ketaatan pada Kehendak Bapa Surgawi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"