Bagaimana Membangun Hubungan yang Benar Dengan Tuhan, Jika Pekerjaanku Begitu Sibuk

Halo saudara-saudari dari Spiritual Q&A,

Aku seorang percaya baru yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan. Meskipun aku tahu bahwa, sebagai seorang Kristen, orang harus menghadiri kebaktian gereja dan membaca firman Tuhan, dan aku ingin melakukan sesuai dengan ketentuan Tuhan, pekerjaanku sangat sibuk setiap hari pada saat ini dan aku memiliki kehidupan sosial yang aktif. Aku merasa kelelahan setiap hari. Meskipun telah menghasilkan uang selama beberapa tahun terakhir dan standar kehidupanku telah membaik, aku selalu merasa seolah-olah aku ingin menghasilkan lebih banyak uang untuk memberikan perlindungan bagi masa depan keluargaku. Oleh karena itu, aku bekerja sangat keras setiap hari untuk menghasilkan uang dan aku tidak punya waktu untuk menghadiri kebaktian gereja ataupun membaca firman Tuhan. Hatiku selalu terasa hampa dan aku merasa berutang kepada Tuhan. Bagaimana aku bisa menemukan keseimbangan antara pekerjaanku dan kepercayaanku kepada Tuhan?

Xiaodong

15 Juni 2018

Halo Xiaodong,

Masalah ini juga telah membingungkanku dalam waktu yang lama. Belakangan, dengan membaca firman Tuhan dan melalui persekutuan serta dukungan dari saudara-saudari, akhirnya aku berangsur-angsur memahami kehendak Tuhan, dan aku menemukan bahwa jika aku ingin menyeimbangkan pekerjaanku dengan kepercayaanku kepada Tuhan, maka aku harus memahami nilai dan makna mengejar kebenaran, serta untuk apa sebenarnya kita bekerja. Setelah kita benar-benar memahami kebenaran-kebenaran ini, kemudian kita dapat membuat keputusan yang tenang terkait menghadiri kebaktian dan pekerjaan kita. Di bawah ini, aku akan sedikit bersekutu tentang pengalaman dan pengetahuanku sendiri.

Sebenarnya, kita semua harus bekerja untuk hidup, tetapi jika kita tidak punya waktu untuk menghadiri kebaktian gereja atau membaca firman Tuhan karena kita terlalu sibuk dengan pekerjaan, maka itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Alasan utama untuk ini adalah karena kita telah gagal memahami makna dan pentingnya mengejar kebenaran. Jika kita memahami nilai dari kebenaran dan kita mengalami kenikmatan, pelepasan dan kebebasan yang datang dengan melakukan kebenaran, maka kita akan berkeinginan untuk menghadiri kebaktian dan membaca firman Tuhan. Tuhan Yesus berfirman: "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan" (Matius 4:4). Firman Tuhan menyatakan: "Apakah dari tampilan luarnya firman yang dinyatakan Tuhan itu sederhana ataukah sulit dimengerti, semua ini adalah kebenaran yang sangat diperlukan manusia saat ia memasuki kehidupan; firman tersebut adalah sumber air kehidupan yang memungkinkannya bertahan hidup baik secara roh maupun daging. Firman tersebut menyediakan apa yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup; dogma dan kepercayaan untuk menjalani kehidupannya sehari-hari; jalan, sasaran, dan arah yang harus ia lalui untuk mendapatkan keselamatan; setiap kebenaran yang harus ia miliki sebagai makhluk ciptaan di hadapan Tuhan; dan setiap kebenaran tentang bagaimana manusia menaati dan menyembah Tuhan. Firman tersebut adalah penjamin yang memastikan keberlangsungan hidup manusia, juga merupakan roti untuk makanan sehari-sehari manusia, serta penopang kokoh yang memampukan manusia untuk menjadi kuat dan berdiri tegak. Firman tersebut kaya akan kebenaran tentang kemanusiaan normal sebagaimana dihidupi oleh manusia ciptaan, kaya akan kebenaran yang oleh karenanya manusia bebas dari kerusakan dan terelak dari jerat Iblis, kaya akan pengajaran tanpa henti, nasihat, dorongan, dan penghiburan yang diberikan Sang Pencipta kepada manusia ciptaan. Firman tersebut adalah menara yang membimbing dan mencerahkan manusia untuk memahami segala hal yang positif, jaminan yang memastikan bahwa manusia akan hidup dan memiliki segala hal yang benar dan baik, tolak ukur yang digunakan untuk mengukur orang-orang, peristiwa-peristiwa, dan benda-benda, dan juga penanda navigasi yang memimpin manusia kepada keselamatan dan jalan terang."

Saat kita hidup di dunia ini, tidak akan cukup hanya dengan memiliki barang-barang materi—yang paling kita butuhkan adalah bimbingan dan penyediaan firman Tuhan. Barang-barang materi hanya dapat menyediakan kebutuhan dasar untuk hidup dan dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan sementara pada daging kita. Namun, hanya firman Tuhan yang dapat menyelesaikan kesulitan dan masalah yang kita hadapi dalam pekerjaan dan kehidupan kita, karena firman Tuhan adalah kebenaran dan firman Tuhan dapat menunjukkan kepada kita cara untuk menerapkannya dan juga menenangkan roh kita. Kalau tidak, meskipun kita mungkin sangat kaya dan menjalani kehidupan yang makmur, relung terdalam hati kita akan tetap merasa hampa dan menderita. Misalnya, kita bekerja keras di bumi ini untuk bertahan hidup dan kita akhirnya menyadari betapa tidak adilnya dunia ini, dan betapa jahatnya orang-orang. Dalam urusan kita dengan orang lain, kita semua menghadapi kesulitan yang tidak kita ketahui cara mengatasinya, dan kesulitan-kesulitan ini tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan uang atau barang-barang materiel. Hanya dengan datang ke hadapan Tuhan, menghadiri kebaktian, membaca firman Tuhan dan bersekutu dengan saudara-saudari, kita dapat memahami kebenaran, menjadi cerdas saat kita menghadapi masalah dan benar-benar memahami esensi dari segala macam orang yang berbeda. Kemudian, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita akan tahu bagaimana cara mendekati mereka. Lebih jauh lagi, kita berada di bawah kekuasaan racun iblis dalam bentuk semboyan, seperti "Orang-orang berjuang naik ke atas, tetapi air mengalir ke bawah," dan "Seorang pria harus bergerak maju." Kita berfokus mengejar status untuk membuat orang lain memandang kita dengan keyakinan bahwa inilah cara terbaik untuk hidup. Ketika kita tidak mempunyai status, kita bersaing dengan orang lain baik secara terbuka maupun di belakang mereka dan kita dengan jahat mencoba merebut kedudukan mereka. Dan ketika kita memperoleh status, kita waspada setiap saat terhadap orang lain, khawatir bahwa orang lain akan datang dan menggantikan kita dan kita hidup dalam penderitaan yang ekstrem. Hanya dengan membaca firman Tuhan dan menghadiri kebaktian dan bersekutu tentang kebenaran bersama saudara-saudari, kita dapat benar-benar memahami bahwa popularitas, kekayaan, dan status adalah cara-cara di mana Iblis merusak dan membahayakan kita. Kita memeras otak untuk mengejar popularitas, kekayaan, dan status dan kita akan membayar berapa pun harganya, dan pada akhirnya, kita hidup dalam kesakitan yang tak tertahankan, lelah tubuh dan pikiran. Juga, semakin kita mengejar popularitas, kekayaan, dan status, yang terjadi justru kita semakin tenggelam dalam dosa, dan hidup kita tidak lagi bernilai atau bermakna apa pun. Pada saat yang sama, kita memahami dari firman Tuhan bahwa, baik kita manusia memiliki status atau tidak, kita hanyalah makhluk ciptaan yang kecil, dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah memenuhi tugas makhluk ciptaan, mengejar kebenaran untuk memuaskan Tuhan dan menyembah Tuhan, dan mendapatkan pujian dan berkat dari Tuhan. Dengan cara ini, cara pandang iblis dalam batin kita berubah, kita tidak lagi mementingkan diri sendiri dengan keuntungan dan kerugian demi popularitas, kekayaan, dan status di tempat kerja, dan kita tidak lagi mencoba untuk menang atas orang lain dan bersekongkol melawan mereka. Ketika seseorang lebih baik daripada kita dalam sesuatu, kita kemudian dapat memperlakukan mereka dengan baik dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan hati kita tentu saja menjadi damai dan nyaman, bebas dan terbebaskan. Oleh karena itu, Tuhan berada di samping kita saat kita mengejar kebenaran dan, situasi apa pun yang kita hadapi, Tuhan selalu ada di hati kita, mendukung kita, dan kita memiliki firman Tuhan untuk mengarahkan jalan kita. Kita kemudian dapat dengan tenang menghadapi dan mematuhi pengaturan dan penataan Tuhan, dan perasaan nyaman dan damai yang kita rasakan dalam roh kita ini merupakan satu-satunya kebahagiaan yang sejati. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kebenaran memberi kepada kita begitu banyak berkat, dan mengejar kebenaran jadi lebih bermakna daripada yang lainnya. Berupaya membaca firman Tuhan dan mengejar kebenaran adalah satu-satunya hal cerdas yang dapat dilakukan!

Percaya kepada Tuhan untuk Menyediakan Semua yang Kita Butuhkan

Tuhan Yesus berfirman, "Karena itu, Aku berkata kepadamu, Jangan mencemaskan hidupmu, apa yang akan kamu makan, atau apa yang akan kamu minum; juga untuk tubuhmu, apa yang akan kamu kenakan. Bukankah hidup ini lebih dari makanan, dan tubuh lebih dari pakaian? Lihatlah burung-burung di udara: karena mereka tidak menabur, mereka juga tidak menuai, atau mengumpulkan makanan di dalam lumbung; tetapi Bapamu yang di surga memberi mereka makan. Bukankah engkau jauh lebih baik daripada mereka?" (Matius 6:25–26). "Karena itu jangan cemas dan berkata, Apa yang akan kita makan? atau, Apa yang akan kita minum? atau, Apa yang akan kita pakai? (Karena semua ini dicari orang-orang bukan Yahudi) karena Bapamu yang di surga tahu kamu membutuhkan semua ini" (Matius 6:31–32). Kita dapat melihat dari firman Tuhan bahwa Dia tidak ingin kita mengorbankan terlalu banyak energi untuk kebutuhan dasar, tetapi Dia ingin kita datang lebih sering ke hadapan-Nya untuk membangun hubungan yang benar dengan-Nya dan berfokus pada kehidupan kita. Kita tidak perlu terlalu mementingkan diri sendiri dengan semua hal yang perlu kita jalani, karena Tuhan akan menyediakannya, dan yang perlu kita lakukan hanyalah tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan—selama kita memiliki makanan dan pakaian, maka itu sudah cukup. Ambil kisah nabi Elia dalam Alkitab sebagai contoh. Agar tidak terbunuh, dia bersembunyi di sebuah lembah gunung di mana tidak ada yang bisa dimakan, tetapi Tuhan memberinya makanan melalui burung gagak. Dalam kekeringan hebat yang berlangsung selama tiga tahun, Tuhan membuat janda miskin itu menyediakan makanan bagi Elia padahal yang dia miliki hanyalah sedikit minyak di dalam kendi dan sedikit tepung di dalam guci, tetapi mereka selamat dari kelaparan selama tiga tahun. Dan ada banyak saudara-saudari pada zaman sekarang yang mengikuti Tuhan yang sangat menghargai firman Tuhan ini. Ketika mereka menganggap pengejaran akan kebenaran dan penerapan kebenaran sebagai prioritas nomor satu mereka, dan ketika mereka memercayakan hidup mereka kepada Tuhan dan membiarkan alam berjalan apa adanya dengan pekerjaan mereka, mereka menemukan bahwa Tuhan tetap menyediakan banyak, bahkan lebih banyak daripada yang pernah mereka bayangkan.

Untuk Apa Kita Bekerja?

Mungkin kita semua berpikir seperti ini: "Semua orang harus memiliki karier untuk hidup, dan harus mendapatkan uang untuk menafkahi keluarga—bukankah ini cara yang pantas untuk hidup?" Tentu saja, tidak ada yang salah dengan mendapatkan uang dan menafkahi keluarga kita, tetapi sering kali kita tidak bekerja keras dan bersusah payah hanya untuk menafkahi keluarga, tetapi sebaliknya kita melakukannya untuk memuaskan hasrat daging kita yang berlebihan. Kita ingin mendapatkan lebih banyak uang agar dapat membeli rumah, membeli mobil, dan menikmati kehidupan yang sukses dan dengan demikian memenangkan kekaguman dan penghargaan dari orang lain. Demi kenyamanan fisik atau kekaguman dan penghargaan dari orang lain, kita bekerja sif tambahan dan bekerja lembur, sampai titik di mana kita menghabiskan seluruh waktu dan energi kita untuk menghasilkan uang. Kita tidak hanya menghancurkan tubuh kita karena kelelahan, tetapi juga tidak punya waktu sama sekali untuk datang ke hadapan Tuhan. Dengan cara ini, kita tanpa sadar kehilangan kesempatan sebagai makhluk ciptaan untuk menyembah Tuhan atas segala ciptaan.

Firman Tuhan menyatakan, "Tidak peduli betapa pun mulianya cita-cita manusia, tidak peduli betapa pun realistisnya hasrat manusia atau betapa pun baiknya semua itu, segala hal yang ingin dicapai manusia pasti terkait erat dengan dua kata. Kedua kata ini sangat penting bagi kehidupan setiap orang, dan ini adalah hal-hal yang Iblis ingin tanamkan dalam diri manusia. Dua kata apakah ini? Kedua kata ini adalah 'popularitas' dan 'keuntungan': Iblis menggunakan cara yang sangat halus, cara yang sangat sesuai dengan pemahaman manusia; ini sama sekali bukan cara yang radikal. Tanpa disadari, manusia mulai menerima cara hidup Iblis, aturan hidup Iblis, menetapkan tujuan hidup dan arah hidup mereka, dan dengan berbuat demikian mereka juga tanpa disadari memiliki cita-cita dalam kehidupan. Tidak peduli betapa mengesankan kedengarannya cita-cita ini dalam kehidupan, ini hanyalah sebuah dalih yang terkait erat dengan popularitas dan keuntungan. Setiap orang hebat atau terkenal, pada kenyataannya semua orang, apa pun yang mereka kejar dalam kehidupan hanya terkait dengan dua kata ini: 'popularitas' dan 'keuntungan'. ... Manusia mengira bahwa begitu mereka memiliki popularitas dan keuntungan, mereka dapat memanfaatkan hal itu untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Begitu mereka memiliki popularitas dan keuntungan, mereka dapat memanfaatkan hal itu untuk mencari kesenangan dan kenikmatan daging yang tak bermoral. Manusia dengan rela, meski tanpa disadari, membawa tubuh, pikiran, semua yang mereka miliki, masa depan serta nasib mereka, dan menyerahkan semuanya kepada Iblis untuk mencapai popularitas dan mendapatkan keuntungan yang mereka inginkan. Manusia sesungguhnya melakukan hal ini tanpa ragu sedikit pun, sama sekali tidak menyadari perlunya memulihkan semua itu. ... Begitu seseorang terperosok dalam popularitas dan keuntungan, mereka tidak lagi mencari apa yang terang, apa yang benar atau hal-hal yang indah dan baik. Ini karena kekuatan yang menggoda dari popularitas dan keuntungan terhadap manusia sangatlah besar, dan menjadi perkara-perkara yang dikejar oleh manusia sepanjang hidup mereka dan bahkan untuk selama-lamanya tanpa akhir. Bukankah ini benar?"

Firman Tuhan sudah sangat jelas! Sejak saat kita masih kecil, kita diindoktrinasi dengan semboyan hidup dari Iblis, seperti "Uang bukanlah segalanya, tetapi tanpa uang, engkau tidak dapat melakukan apa-apa," "Seorang pria harus bergerak maju," dan "Seorang pria meninggalkan namanya di mana pun dia tinggal, sama seperti angsa yang memekik di mana pun ia terbang." Di bawah pengaruh semboyan-semboyan ini, hati kita menganjurkan uang, kita mendambakan kesenangan fisik dan berusaha menjadi yang terbaik, dalam hal popularitas, kekayaan, dan status sebagai hal yang lebih penting daripada apa pun. Di bawah kekuasaan gagasan-gagasan keliru ini, kita tidak lagi bekerja murni untuk dapat menafkahi keluarga kita, tetapi sebaliknya kita berupaya mencari karier yang dengannya kita bisa memenangkan kekaguman dan penghargaan dari orang lain. Untuk alasan ini, satu demi satu kita menjadi mesin penghasil uang, kita hidup kelelahan dan kesakitan, dan beberapa orang bahkan merusak tubuh mereka sendiri dan pada akhirnya membayar dengan nyawa mereka. Meskipun kita dapat menghasilkan uang, tetapi di dalam diri kita, kita sering merasa hampa dan tak berdaya, tanpa sedikit pun kedamaian atau sukacita dalam roh kita. Lebih jauh lagi, jika kita hidup berdasarkan semboyan Iblis dan terus-menerus mengejar popularitas dan kekayaan, hati kita semakin lama semakin menjauh dari Tuhan dan minat kita untuk memenuhi tugas makhluk ciptaan—yakni percaya kepada Tuhan dan menyembah Tuhan—semakin lama semakin berkurang. Beberapa orang bahkan sampai berpikir bahwa menghadiri kebaktian gereja dan membaca firman Tuhan mengganggu kemampuan mereka untuk mendapatkan uang, dan karena itu mereka berhenti pergi ke kebaktian dan berhenti membaca firman Tuhan, dan tanpa mereka sadari, mereka kehilangan hubungan yang benar dengan Tuhan. Dari sini, kita dapat melihat bahwa Iblis menggunakan pengejaran popularitas dan kekayaan kita untuk menjauhkan kita dari Tuhan, untuk membawa kita sepenuhnya di bawah kendali dan pendudukannya dan agar kita tenggelam semakin dalam ke dalam rawa dosa. Oleh karena itu, kita harus memahami bahwa popularitas dan kekayaan adalah cara-cara Iblis untuk menipu, membahayakan, dan melahap kita, dan mengejar popularitas dan kekayaan adalah jalan yang salah untuk diambil. Begitu kita bisa memahami dan melihat pandangan salah kita tentang pengejaran, kita bisa mengambil pendekatan yang benar terhadap pekerjaan kita.

Sebenarnya, tidak ada benturan antara pekerjaan kita dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Jadi, bagaimana seharusnya kita menjalin hubungan yang benar dengan Tuhan dalam pekerjaan kita?

Engkau Dapat Mengalami Pekerjaan Tuhan dalam Pekerjaanmu

Tuhan Yesus berfirman, "Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24). Tuhan adalah Roh dan kita dapat menyembah-Nya dan membangun hubungan yang benar dengan-Nya di mana saja dan kapan saja. Selagi kita sedang bekerja, meskipun kita mungkin sibuk dengan pekerjaan yang ada, kita tetap bisa menenangkan hati kita di hadapan Tuhan, memikirkan kasih dan keselamatan Tuhan, merenungkan kebenaran dalam firman Tuhan, dan belajar menerapkan dan mengalami firman Tuhan. Tuhan kemudian akan bersama kita, membantu kita menyelesaikan kesulitan kita dan membimbing kita tentang bagaimana berperilaku sebagai manusia. Ketika kita menjalin hubungan yang normal dengan Tuhan dan mendapatkan pekerjaan Roh Kudus, hati kita memperoleh penghiburan dan akan merasakan kedamaian dan sukacita. Dengan cara ini, meskipun kita mungkin lelah karena pekerjaan kita dan mungkin kita merasa kesulitan untuk meluangkan waktu, kita tetap bisa menghadapi semuanya dengan sikap positif.

Izinkan aku menceritakan sedikit pengalamanku sendiri. Ketika baru saja mulai percaya kepada Tuhan, aku percaya bahwa pekerjaan adalah pekerjaan dan iman kepada Tuhan adalah iman kepada Tuhan. Aku percaya bahwa menghadiri kebaktian adalah satu-satunya cara yang tepat untuk menyembah Tuhan dan aku sama sekali tidak tahu bahwa aku bisa menerapkan firman Tuhan saat sedang bekerja. Saat itu, aku bekerja di sebuah restoran dan sangat sibuk. Ada beberapa kebaktian gereja yang harus kuhadiri per minggu dan aku tidak pernah merasa punya cukup waktu untuk menghadirinya. Aku merasa seperti tidak punya waktu untuk membaca firman Tuhan, juga tidak punya kesempatan untuk mengalami firman-Nya. Selagi di tempat kerja, aku merasa seolah-olah waktu berlalu dan sangat membosankan. Kemudian di sebuah kebaktian gereja, seorang saudari membacakan kepadaku satu bagian firman Tuhan yang berkaitan dengan masalahku: “Karena agar dapat berjalan di jalan Tuhan, kita tidak diperkenankan mengabaikan apa pun yang terjadi pada diri kita, atau di sekeliling kita, sekalipun itu adalah hal kecil yang remeh-temeh. Tidak peduli apakah kita berpikir harus memberi perhatian pada hal tersebut atau tidak, selama perkara apa pun ada di hadapan kita, kita tidak boleh melepaskannya. Semua itu harus dipandang sebagai ujian dari Tuhan bagi kita. Bagaimanakah sikap semacam ini? Jika engkau memiliki sikap semacam ini, maka itu menegaskan satu fakta: Hatimu takut akan Tuhan, dan hatimu bersedia menjauhi kejahatan. Jika engkau memiliki hasrat ini untuk memuaskan Tuhan, maka apa yang engkau lakukan tidak jauh dari standar takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Sering kali ada orang yang percaya bahwa perkara yang tidak banyak diperhatikan orang, perkara yang tidak biasanya dibahas—semua ini hanyalah hal remeh, dan tidak ada kaitan dengan melakukan kebenaran secara nyata. Ketika orang-orang ini dihadapkan dengan perkara demikian, mereka tidak banyak memusingkannya dan membiarkannya berlalu. Namun, dalam kenyataan sebenarnya, ini adalah sebuah pelajaran yang harus engkau pelajari, sebuah pelajaran tentang bagaimana takut akan Tuhan, bagaimana menjauhi kejahatan. Selain itu, apa yang harus lebih engkau pikirkan adalah mengetahui apa yang Tuhan lakukan saat perkara ini muncul untuk dihadapi olehmu. Tuhan berada tepat di sisimu, mengamati setiap kata dan perbuatanmu, mengamati tindakanmu, perubahan pikiranmu—ini adalah pekerjaan Tuhan”.Dengan membaca firman Tuhan, aku mengetahui bahwa orang-orang, peristiwa dan hal-hal yang kita temui setiap hari, baik besar maupun kecil, semuanya diatur dengan cermat oleh Tuhan demi kita. Tuhan ingin menguji dan mengetes kita melalui orang-orang, peristiwa-peristiwa, dan hal-hal ini untuk melihat apakah kita menghormati-Nya atau tidak, apakah kita dapat menerapkan sesuai dengan firman-Nya dalam segala hal atau tidak, dan apakah kita telah memasuki semua jenis kebenaran atau tidak. Aku tidak pernah menyadari sebelumnya bahwa aku dapat mengalami firman Tuhan melalui orang-orang, peristiwa-peristiwa, dan hal-hal di sekitarku dan karenanya aku kehilangan banyak peluang untuk mendapatkan kebenaran. Aku memutuskan bahwa aku harus berfokus membawa firman Tuhan ke dalam kehidupan nyataku, aku harus mengalami dan menerapkan firman Tuhan di tempat kerja dan aku harus mengejar kebenaran di lingkungan yang Tuhan aturkan sehingga hidupku berangsur-angsur menjadi matang.

Suatu hari, aku berada di restoran sedang menulis menu ketika manajer memintaku untuk menambahkan lebih banyak hidangan ke dalam tagihan pelanggan agar kami dapat membebankan biaya lebih banyak kepada mereka. Aku tahu bahwa Tuhan berfirman: "Tetapi hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena semua yang di luar itu datangnya dari si jahat" (Matius 5:37). Tuhan meminta agar kita jujur ​​dan berbicara terus terang apa adanya. Jika kita berbohong demi keuntungan, kita akan terlibat dalam penipuan dan tidak akan mendapatkan pujian dari Tuhan. Aku tahu bahwa aku tidak boleh berbohong untuk menipu pelanggan, tetapi aku khawatir akan membuat manajer tidak senang sehingga dia akan mempersulitku atau memotong gajiku, dan jika aku tidak mengatasinya dengan baik, aku bahkan bisa kehilangan pekerjaanku. Ketika aku berusaha melewati dilema ini, tiba-tiba aku menyadari bahwa Tuhan telah mengizinkan masalah ini menimpaku dan bahwa Tuhan ada di sampingku, memperhatikan apa yang akan aku lakukan dengan kebenaran dan memperhatikan apakah aku akan menerapkan firman Tuhan atau tidak dan menjadi seorang yang jujur. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan rela meninggalkan dagingku dan melakukan kebenaran. Aku tidak peduli bagaimana orang akan memperlakukanku atau apakah aku akan kehilangan pekerjaanku atau tidak, tetapi sebaliknya aku ingin berfokus untuk hidup di hadapan Tuhan dan membangun hubungan yang benar dengan Tuhan. Setelah berdoa, hatiku terasa jauh lebih tenang dan aku menemukan tekad untuk melakukan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Tanpa diduga, tepat ketika aku dengan jujur ​​menulis menu untuk para pelanggan, meskipun manajer tidak mengatakan apa-apa, dia kemudian pergi dan memberi tahu pemilik restoran bahwa aku orang yang jujur ​​dan dapat dipercaya. Aku menyaksikan perbuatan Tuhan yang menakjubkan dan mengalami perasaan damai dan aman, perasaan lepas dan bebas yang muncul karena melakukan kebenaran, dan semua itu adalah perasaan yang tidak dapat dibeli dengan uang sebanyak apa pun. Dalam pekerjaanku setelah itu, aku selalu memperhatikan orang-orang, peristiwa-peristiwa, dan hal-hal di sekitarku dan berfokus untuk mengalami dan menerapkan firman Tuhan, dan berangsur-angsur hubunganku dengan Tuhan menjadi normal dan aku merasa jauh lebih santai di tempat kerja.

Saudara Xiaodong, setelah memberikan persekutuan tentang bagaimana menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kepercayaan kepada Tuhan, aku percaya bahwa engkau sekarang akan memiliki beberapa jalan yang dapat diikuti. Dalam pekerjaan, kita harus membiarkan alam berjalan apa adanya dan tidak berjuang demi popularitas dan kekayaan kita sendiri—memiliki makanan dan pakaian saja sudah cukup. Pada saat yang sama, kita harus menetapkan hati kita untuk membaca firman Tuhan dan mengejar kebenaran, kita harus mempersenjatai diri kita dengan lebih banyak kebenaran, berlatih dan menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan kita dan membiarkan firman Tuhan menjadi prinsip hidup dan perilaku kita. Dengan cara ini, secara bertahap kita akan dapat memahami kebenaran dan semakin mengenal Tuhan. Pada saat yang sama, kita akan memperoleh pembebasan dan kekebasan batin serta sukacita karena ada Tuhan di samping kita. Semoga Tuhan memberkatimu!!

Xiaoming dari Spiritual Q&A

17 Juni 2018

Share
Read more!
Read more!