Menu

berikutnya

Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 11

164 Juni 6, 2020

Bagaimana Tuhan Menetapkan Kesudahan Manusia, dan Standar yang Dia Gunakan untuk Menetapkan Kesudahan Manusia

Sebelum memiliki apa pun pandangan atau kesimpulanmu sendiri, pertama-tama engkau harus memahami sikap Tuhan terhadapmu, apa yang Tuhan pikirkan, lalu tentukan apakah pemikiranmu itu benar atau tidak. Tuhan tidak pernah menggunakan satuan waktu untuk menetapkan kesudahan seseorang, dan Dia tidak pernah menggunakan jumlah penderitaan yang ditanggung seseorang untuk menetapkan kesudahan mereka. Lalu, apa yang Tuhan gunakan sebagai standar untuk menetapkan kesudahan manusia? Menggunakan satuan waktu untuk menetapkan kesudahan seseorang—ini adalah yang paling sesuai dengan pemahaman manusia. Dan juga ada sejumlah individu yang sering engkau semua lihat, mereka yang pada satu titik banyak mengabdikan diri, banyak berkorban, banyak membayar, banyak menderita. Semua ini adalah orang-orang yang, dalam pandanganmu, dapat diselamatkan oleh Tuhan. Semua yang orang-orang ini tunjukkan, semua yang mereka hidupi, pastinya menurut pemahaman manusia merupakan standar yang dipakai Tuhan untuk menetapkan kesudahan manusia. Apa pun yang engkau semua yakini, Aku tidak akan menyebutkan semua contoh ini satu per satu. Singkatnya, selama itu bukan standar pemikiran Tuhan sendiri, maka itu berasal dari imajinasi manusia, dan semua itu merupakan pemahaman manusia. Apakah konsekuensi memaksakan pemahaman dan imajinasimu sendiri secara buta? Jelas, konsekuensi satu-satunya adalah Tuhan akan menolakmu. Ini karena engkau selalu memamerkan kualifikasimu di hadapan Tuhan, menentang Tuhan, dan membantah Tuhan, dan engkau semua tidak mencoba untuk benar-benar memahami pikiran Tuhan, dan engkau juga tidak mencoba untuk memahami maksud Tuhan dan sikap Tuhan terhadap manusia. Bertindak seperti ini adalah menghormati dirimu di atas segala hal, bukan menghormati Tuhan. Engkau percaya kepada dirimu sendiri; engkau tidak percaya kepada Tuhan. Tuhan tidak menginginkan tipe orang seperti ini, dan Tuhan tidak akan menyelamatkan tipe orang seperti ini. Jika engkau dapat melepaskan sudut pandang semacam ini, lalu memperbaiki sudut pandang yang tidak tepat dari masa lalu ini; jika engkau bisa berlanjut sesuai dengan tuntutan Tuhan; mulai melakukan perbuatan nyata yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan dari titik ini ke depan; berusaha menghormati Tuhan sebagai yang besar dalam segala hal; tidak menggunakan khayal, sudut pandang, atau keyakinanmu sendiri untuk mendefinisikan dirimu, mendefinisikan Tuhan. Dan sebaliknya, engkau mencari maksud Tuhan dalam segala hal, engkau mencapai realisasi dan pemahaman akan sikap Tuhan terhadap manusia, dan engkau menggunakan standar Tuhan untuk memuaskan Tuhan—hal itu akan sangat luar biasa! Ini akan berarti engkau mulai mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.

Karena Tuhan tidak menggunakan bagaimana orang berpikir dengan cara ini atau itu, gagasan dan sudut pandang mereka, sebagai standar untuk menetapkan kesudahan manusia, lalu standar macam apakah yang Dia gunakan? Tuhan menggunakan ujian untuk menetapkan kesudahan manusia. Ada dua standar menggunakan ujian untuk menetapkan kesudahan manusia: Pertama adalah jumlah ujian yang orang lalui, dan kedua hasil yang didapat orang dalam ujian. Kedua indikator inilah yang menetapkan kesudahan manusia. Sekarang kita akan menjabarkan kedua standar ini.

Pertama-tama, ketika engkau diperhadapkan dengan sebuah ujian dari Tuhan (catatan: mungkin di matamu ujian ini mudah dan tidak perlu dibahas), Tuhan akan membuatmu menyadari dengan jelas bahwa ini adalah tangan Tuhan atas dirimu, dan bahwa Tuhanlah yang telah mengatur keadaan ini untukmu. Ketika tingkat pertumbuhanmu tidak matang, Tuhan akan mengaturkan ujian guna mengujimu. Semua ujian ini akan sesuai dengan tingkat pertumbuhanmu, yang mampu engkau pahami, dan yang mampu engkau tanggung. Menguji bagian apa dari dirimu? Menguji sikapmu terhadap Tuhan. Apakah sikap ini sangat penting? Tentu saja penting! Bahkan, sangat penting! Karena sikap manusia ini adalah hasil yang Tuhan inginkan, itu adalah hal terpenting sejauh menyangkut Tuhan. Jika tidak, Tuhan tidak akan mencurahkan upaya-Nya dalam diri orang-orang dengan melakukan pekerjaan semacam ini. Tuhan ingin melihat sikapmu terhadap-Nya melalui semua ujian ini; Dia ingin melihat apakah engkau berada di jalur yang benar atau tidak; dan Dia ingin melihat apakah engkau takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan atau tidak. Oleh karena itu, terlepas dari apakah engkau memahami banyak atau sedikit kebenaran pada waktu tersebut, engkau tetap akan diperhadapkan dengan ujian dari Tuhan, dan setelah jumlah kebenaran yang engkau pahami meningkat, Tuhan akan terus mengaturkan ujian yang sesuai untukmu. Ketika engkau sekali lagi diperhadapkan dengan ujian, Tuhan ingin melihat apakah sudut pandangmu, gagasanmu, dan sikapmu terhadap Tuhan mengalami pertumbuhan selama waktu itu. Beberapa orang berkata: "Mengapa Tuhan selalu ingin melihat sikap manusia? Apakah Tuhan belum melihat bagaimana mereka melakukan kebenaran secara nyata? Mengapa Dia tetap ingin melihat sikap manusia?" Ini adalah omongan bodoh! Karena Tuhan melanjutkan dengan cara seperti ini, maka maksud Tuhan pasti terkandung di dalamnya. Tuhan senantiasa mengamati orang dari sisi mereka, memperhatikan setiap perkataan dan perbuatan mereka, setiap tindakan dan pergerakan mereka, bahkan setiap pikiran dan gagasan mereka. Segala sesuatu yang terjadi pada manusia: perbuatan baik mereka, kesalahan mereka, pelanggaran mereka, dan bahkan pemberontakan serta pengkhianatan mereka, Tuhan akan mencatat itu semua sebagai bukti dalam menetapkan kesudahan mereka. Ketika pekerjaan Tuhan meningkat langkah demi langkah, engkau pun mendengar semakin banyak kebenaran, engkau pun menerima semakin banyak hal positif, informasi positif, dan kenyataan kebenaran. Sepanjang proses ini, persyaratan Tuhan terhadapmu pun akan meningkat. Pada waktu yang sama, Tuhan akan mengaturkan bagimu ujian lebih berat. Tujuan-Nya adalah untuk memeriksa apakah sikapmu terhadap Tuhan sudah matang sementara itu. Tentu saja, selama masa ini, sudut pandang yang Tuhan tuntut darimu sesuai dengan pemahamanmu akan kenyataan kebenaran.

Ketika tingkat pertumbuhanmu secara bertahap meningkat, standar yang Tuhan tuntut daripadamu juga akan meningkat secara bertahap. Jika engkau tidak matang, Tuhan akan memberimu standar yang sangat rendah; ketika tingkat pertumbuhanmu sedikit lebih besar, Tuhan akan memberimu standar yang sedikit lebih tinggi. Namun akan seperti apakah Tuhan setelah engkau memahami seluruh kebenaran? Tuhan akan membuatmu menghadapi ujian yang bahkan lebih besar lagi. Di tengah ujian ini, yang Tuhan ingin peroleh, yang Tuhan ingin lihat, adalah pengetahuanmu yang lebih mendalam dan rasa takutmu yang sejati akan Tuhan. Selama masa ini, tuntutan Tuhan terhadapmu akan lebih tinggi dan "lebih keras" daripada ketika tingkat pertumbuhanmu lebih tidak matang (catatan: Orang memandangnya sebagai keras, namun Tuhan sebenarnya memandangnya wajar). Ketika Tuhan memberikan ujian kepada orang, kenyataan seperti apakah yang Tuhan ingin ciptakan? Tuhan terus-menerus meminta agar orang memberikan hati mereka kepada-Nya. Beberapa orang akan berkata: "Bagaimana cara orang memberikan hati mereka? Aku melakukan tugasku, aku meninggalkan rumah dan mata pencaharianku, aku berkorban demi Tuhan. Bukankah semua ini adalah contoh memberikan hatiku kepada Tuhan? Bagaimana lagi aku bisa memberikan hatiku kepada Tuhan? Mungkinkah ini semua bukan contoh memberikan hatiku kepada Tuhan? Apakah persyaratan spesifik Tuhan?" Persyaratan ini sangat sederhana. Pada kenyataannya, ada beberapa orang yang sudah memberikan hati mereka kepada Tuhan dalam berbagai tingkat pada berbagai tahap ujian mereka. Namun sebagian besar orang tidak pernah memberikan hati mereka kepada Tuhan. Ketika Tuhan memberimu sebuah ujian, Tuhan melihat apakah hatimu bersama Tuhan, bersama daging, ataukah bersama Iblis. Ketika Tuhan memberimu sebuah ujian, Tuhan melihat apakah engkau berdiri menentang Tuhan atau apakah engkau berdiri dalam posisi yang sesuai dengan-Nya, dan Dia melihat apakah hatimu berada pada sisi yang sama seperti Dia. Ketika engkau tidak matang dan engkau menghadapi ujian, kepercayaan dirimu sangat rendah, dan engkau tidak dapat mengetahui dengan jelas apa yang perlu engkau lakukan guna memuaskan maksud Tuhan karena engkau memiliki pemahaman yang terbatas akan kebenaran. Terlepas dari semua ini, engkau tetap bisa berdoa secara tulus dan ikhlas kepada Tuhan, bersedia memberikan hatimu kepada Tuhan, menjadikan Tuhan yang berdaulat atasmu, dan bersedia menyerahkan kepada Tuhan semua hal yang engkau yakini paling berharga. Seperti inilah yang dimaksud sudah memberikan hatimu kepada Tuhan. Ketika engkau mendengar semakin banyak khotbah, dan engkau memahami semakin banyak kebenaran, tingkat pertumbuhanmu juga akan menjadi matang secara bertahap. Standar yang Tuhan tuntut daripadamu pada waktu ini tidak sama dengan ketika engkau belum matang; Dia menuntut standar lebih tinggi dari itu. Ketika hati manusia diberikan kepada Tuhan secara bertahap, hati manusia semakin dekat dan dekat lagi kepada Tuhan; ketika manusia bisa benar-benar berada dekat Tuhan, mereka semakin memiliki hati yang takut akan Dia. Tuhan menginginkan hati semacam ini.

Ketika Tuhan ingin mendapatkan hati seseorang, Dia akan memberi kepada mereka sejumlah ujian. Selama ujian-ujian ini, jika Tuhan tidak mendapatkan hati orang ini dan Dia tidak melihat bahwa orang ini memiliki sikap—yang berarti Dia tidak melihat bahwa orang ini mulai melakukan sesuatu atau berperilaku dengan sikap takut akan Tuhan, dan Dia tidak melihat suatu sikap dan keputusan yang menjauhi kejahatan dari orang ini. Jika keadaannya seperti ini, maka setelah sejumlah ujian, kesabaran Tuhan terhadap individu ini akan ditarik, dan Dia tidak akan menoleransi orang ini lagi. Dia tidak akan memberi ujian lagi kepada mereka, dan Dia tidak akan lagi bekerja dalam diri mereka. Lalu apa artinya itu bagi kesudahan orang ini? Ini berarti mereka tidak akan memiliki kesudahan. Mungkin saja orang ini tidak melakukan hal jahat. Juga mungkin saja mereka tidak melakukan apa pun untuk mengganggu atau mengacaukan. Juga mungkin saja mereka tidak menentang Tuhan secara terbuka. Namun, hati orang ini tersembunyi dari Tuhan. Mereka tidak pernah memiliki sikap dan sudut pandang yang jelas terhadap Tuhan, dan Tuhan tidak bisa melihat dengan jelas bahwa hati mereka telah diberikan kepada-Nya, dan Dia tidak dapat melihat dengan jelas bahwa orang ini berusaha untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan tidak lagi memiliki kesabaran untuk orang-orang ini, Dia tidak akan lagi membayar harga apa pun, Dia tidak akan lagi mengulurkan belas kasih, dan Dia tidak akan lagi bekerja dalam diri mereka. Kehidupan percaya orang ini kepada Tuhan telah usai. Ini dikarenakan dalam semua ujian yang sudah Tuhan berikan kepada orang ini, Tuhan tidak memperoleh hasil yang Dia inginkan. Jadi, ada sejumlah orang yang di dalam diri mereka Aku belum pernah melihat pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Bagaimana mungkin melihat hal ini? Orang semacam ini mungkin telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan di permukaan mereka sangat aktif. Mereka telah membaca banyak buku, menangani banyak urusan, memenuhi lebih dari 10 buku dengan catatan, dan menguasai banyak huruf-huruf tertulis dan doktrin. Akan tetapi, sama sekali tidak terlihat adanya pertumbuhan, dan sama sekali tidak terlihat adanya sudut pandang terhadap Tuhan dari orang ini, juga tidak terlihat adanya sikap yang jelas. Yang berarti bahwa engkau tidak dapat melihat hati orang ini. Hati mereka selalu terbungkus, hati mereka tertutup—tertutup untuk Tuhan, sehingga Tuhan belum melihat hati orang ini yang sesungguhnya, Dia belum melihat rasa takut orang ini yang sesungguhnya terhadap Tuhan, dan bahkan, Dia belum melihat bagaimana orang ini berjalan dalam jalan Tuhan. Jika hingga sekarang Tuhan belum mendapatkan orang sejenis ini, bisakah Dia mendapatkan mereka di masa depan? Dia tidak bisa! Akankah Tuhan terus berusaha mendapatkan hal yang tidak bisa didapatkan? Dia tidak akan melakukannya! Lalu, seperti apakah sikap Tuhan saat ini terhadap semua orang ini? (Dia menolak mereka, Dia tidak memedulikan mereka.) Dia tidak memedulikan mereka! Tuhan tidak memedulikan orang semacam ini; Dia menolak mereka. Engkau semua telah menghafal semua perkataan ini dengan sangat cepat dan sangat akurat. Tampaknya engkau semua telah memahami apa yang sudah engkau semua dengar!

Ada beberapa orang yang, pada awal mengikuti Tuhan, tidak matang dan bodoh; mereka tidak memahami maksud Tuhan; mereka juga tidak mengetahui apa artinya percaya kepada Tuhan, mereka mengadopsi jalan buatan manusia dan salah dalam cara mereka percaya kepada Tuhan, dan mengikuti Tuhan. Ketika orang semacam ini diperhadapkan dengan sebuah ujian, mereka tidak menyadarinya, dan mati rasa terhadap petunjuk dan pencerahan dari Tuhan. Mereka tidak mengetahui apa artinya memberikan hati mereka kepada Tuhan, dan apa artinya berdiri teguh selama menghadapi ujian. Tuhan akan memberikan kepada orang ini jumlah waktu yang terbatas, dan selama waktu ini, Dia akan membiarkan mereka memahami apa yang dimaksud dengan ujian Tuhan dan apa maksud Tuhan. Setelah itu, orang ini perlu menunjukkan sudut pandang mereka. Mengenai orang yang berada pada tahap ini, Tuhan masih menunggu. Mengenai orang yang memiliki beberapa pandangan namun masih terombang-ambing, yang mau memberi hati mereka kepada Tuhan namun tidak merasa nyaman melakukannya, yang, meski mereka telah melakukan kebenaran dasar secara nyata, ketika diperhadapkan dengan ujian besar, mereka menghindar dan ingin menyerah—seperti apakah sikap Tuhan terhadap orang-orang ini? Tuhan masih memiliki sedikit harapan terhadap orang-orang ini. Hasilnya bergantung pada sikap dan kinerja mereka. Bagaimana respons Tuhan jika orang tidak aktif membuat kemajuan? Dia menyerah. Ini karena sebelum Tuhan berhenti berharap kepadamu, engkau sudah berhenti berharap pada dirimu sendiri. Jadi, engkau tidak dapat menyalahkan Tuhan karena bertindak demikian, betul? Apakah ini adil? (Itu adil.)

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya”

Tinggalkan komentar