Menu

berikutnya

Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 128

130 September 22, 2020

Hanya Mereka yang Tunduk Kepada Kedaulatan Sang Pencipta Bisa Mendapatkan Kebebasan Sejati

Karena orang-orang tidak mengakui pengaturan dan kedaulatan Tuhan, mereka selalu menghadapi nasib dengan perlawanan, dengan sikap memberontak, dan selalu ingin menyingkirkan otoritas dan kedaulatan Tuhan dan hal-hal yang telah diatur oleh nasib bagi mereka, berharap dengan sia-sia untuk mengubah keadaan dan nasib mereka. Tetapi mereka tidak akan berhasil; mereka digagalkan pada setiap tikungan. Pergumulan ini, yang terjadi jauh di dalam jiwa seseorang, adalah hal yang menyakitkan; pedihnya tak terlupakan; dan hanya mengikis masa hidupnya. Apa sebab dari kepedihan ini? Apakah karena kedaulatan Tuhan, ataukah karena seseorang dilahirkan tidak beruntung? Sudah jelas keduanya tidak benar. Pada dasarnya, ini dikarenakan jalan yang diambil setiap orang, cara yang mereka pakai untuk menjalani kehidupan mereka. Sebagian orang mungkin tidak menyadari hal-hal tersebut. Tetapi ketika engkau sungguh-sungguh mengenal, mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia, apabila engkau sungguh-sungguh mengerti bahwa semua yang telah direncanakan dan diputuskan Tuhan terhadapmu itu memberikan manfaat yang besar, memberikan perlindungan yang besar, kemudian engkau merasakan kepedihanmu secara perlahan reda, dan seluruh dirimu menjadi kendur, bebas, merdeka. Menilik keadaan kebanyakan orang, walaupun pada tingkatan yang subjektif mereka tidak ingin hidup seperti cara hidup mereka dahulu, meskipun mereka ingin meredakan kepedihan mereka, secara objektif mereka tidak bisa benar-benar menerima nilai praktis dan arti dari kedaulatan Sang Pencipta atas nasib manusia; mereka tidak bisa benar-benar mengakui dan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta, apalagi mengetahui bagaimana mencari dan menerima pengaturan dan penataan Sang Pencipta. Jadi, apabila orang tidak dapat benar-benar menyadari fakta bahwa Sang Pencipta berdaulat atas nasib manusia dan atas segala hal yang berkenaan dengan manusia, jika mereka tidak dapat benar-benar tunduk kepada kuasa Sang Pencipta, akan sulit bagi mereka untuk tidak terbawa, atau terjerat oleh gagasan bahwa "nasib seseorang ada di tangannya sendiri," akan sulit bagi mereka untuk menyingkirkan kepedihan dari pergumulan hebat mereka melawan nasib dan otoritas Sang Pencipta, dan sudah jelas akan sulit bagi mereka untuk menjadi benar-benar bebas, menjadi orang-orang yang menyembah Tuhan. Ada cara yang paling sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini: berpisah dengan cara hidupnya yang lama, berpisah dengan tujuan hidupnya yang lama, merangkum dan meneliti gaya hidupnya, falsafah hidup, pengejaran, hasrat, dan impian mereka yang lama, kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan kehendak dan tuntutan Tuhan bagi manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan, apakah ada satu di antara hal-hal tersebut yang memberikan nilai-nilai yang benar akan hidup, membawa seseorang kepada pengertian yang lebih baik akan kebenaran, dan membuat seseorang bisa hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan manusia. Ketika engkau berulang kali memeriksa dan dengan hati-hati membedah berbagai tujuan hidup yang ingin dicapai orang, beserta cara-cara hidup mereka yang berbeda-beda, engkau akan menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuan itu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Ia menciptakan umat manusia. Semua hal tadi malahan menjauhkan orang-orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua hal tadi adalah lubang yang memerangkap manusia, yang membawa orang-orang ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat penataan bagimu, semata-mata tunduk kepada pengaturan dan bimbingan Tuhan, tidak punya pilihan, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan. Ini kedengaran mudah, tetapi sebenarnya hal yang sulit dilakukan. Ada yang mampu memikul pedihnya, dan ada yang tidak. Ada yang berkeinginan untuk taat, ada juga yang tidak. Mereka yang tidak berkeinginan, tidak memiliki hasrat dan tekad untuk melakukannya; mereka sesungguhnya sadar akan kedaulatan Tuhan, mengetahui dengan baik bahwa Tuhanlah yang merencanakan dan mengatur nasib manusia, dan mereka masih memprotes dan bergumul, tidak merasa tenang jika meletakkan nasib mereka dalam tangan Tuhan dan tunduk kepada kedaulatan Tuhan. Mereka membenci pengaturan dan penataan Tuhan. Jadi akan selalu ada sekumpulan orang yang ingin melihat sendiri apa yang mampu mereka lakukan; mereka ingin mengubah nasib dengan kedua tangan mereka, atau mencapai kebahagiaan dengan usaha mereka sendiri, melihat apakah mereka bisa melanggar batas otoritas Tuhan dan melampaui kedaulatan Tuhan. Kesedihan manusia tidak datang karena ia mencari hidup yang bahagia, bukan karena ia mengejar ketenaran dan kekayaan atau memberontak terhadap nasibnya melewati kabut, tetapi karena setelah ia melihat keberadaan Sang Pencipta, setelah mengetahui fakta akan kedaulatan Sang Pencipta atas nasib manusia, ia masih saja tidak bisa memperbaiki cara hidupnya, tetap tidak bisa menarik kakinya dari dalam lumpur, malahan mengeraskan hati dan bertahan dalam kesalahannya. Ia lebih suka terus meronta-ronta di dalam lumpur, berupaya dengan keras kepala melawan kedaulatan Tuhan, menolaknya sampai akhir yang pahit, tanpa sedikit pun penyesalan, dan hanya ketika ia telah terkapar hancur dan berdarah barulah ia memutuskan menyerah dan berbalik arah. Inilah kepiluan manusia yang sebenarnya. Jadi Aku berkata, mereka yang memilih tunduk adalah orang-orang bijaksana, sedangkan yang memilih kabur adalah orang-orang bodoh.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III”

Tinggalkan komentar