Menu

Penjelasan Matius 6 14—Pelajari Cara Mengampuni Orang Lain?

Sebab jika engkau mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu yang di surga juga akan mengampuni engkau.

Perikop ini adalah bahwa Tuhan Yesus mengajari kita untuk belajar mengampuni dan memaafkan orang lain. Ketika kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, Tuhan Yesus juga akan mengampuni kita. Karena dalam kehidupan nyata, ketika orang lain berbicara dan melakukan sesuatu yang melanggar kepentingan pribadi kita dan menyakiti kita, kita akan dengan mudah membenci mereka dengan rasa permusuhan. Oleh karena itu, kehendak Tuhan Yesus adalah untuk meminta kita memperlakukan orang lain dengan kasih, mentolerir dan memaafkan pelanggaran orang lain. Mengenai persyaratan Tuhan, Alkitab juga mencatat "Lalu datanglah Petrus kepada-Nya dan berkata: "Tuhan, berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia bersalah kepadaku dan aku mengampuninya? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, tapi tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18: 21-22) Apa arti sebenarnya dari permintaan Tuhan dari kita dalam perikop ini? Firman Tuhan mengatakan: "Tujuan yang dicapai oleh angka dalam kiasan ini adalah untuk memungkinkan orang memahami maksud Tuhan Yesus pada saat Dia mengatakan ini. Maksud Tuhan adalah bahwa orang seharusnya mengampuni sesamanya—tidak hanya sekali dua kali, bahkan tidak hanya tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali. Gagasan macam yang terkandung dalam "tujuh puluh kali tujuh" ini? Ini bertujuan untuk membuat orang menjadikan pengampunan sebagai tanggung jawab mereka sendiri, sesuatu yang harus mereka pelajari, dan sebuah "cara" yang harus mereka patuhi. Meskipun hanya sebuah kiasan, ini berfungsi menyoroti sebuah poin yang sangat penting. Kiasan ini membantu orang untuk secara mendalam menghargai apa yang Dia maksudkan dan menemukan cara-cara penerapan dan prinsip serta standar penerapan yang tepat. Kiasan ini membantu orang untuk memahami dengan jelas dan memberi kepada mereka konsep yang tepat—yaitu bahwa mereka harus belajar tentang pengampunan dan mengampuni orang lain berapa kali pun itu tanpa syarat apa pun, melainkan dengan sikap penuh toleransi dan pengertian terhadap sesama.

Dari firman Tuhan, kita mengerti bahwa Tuhan meminta kita untuk mengampuni orang lain tanpa syarat, tanpa batasan, dan memperlakukan hal mengampuni orang sebagai tanggung jawab kita; bukannya mengampuni orang dengan bibir kita, tetapi masih membenci orang lain di dalam hati kita. Pengampunan semacam ini adalah kepura-puraan dan kemunafikan, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Memaafkan orang adalah dengan tulus mengesampingkan prasangka atau kebencian kita terhadap orang lain dari lubuk hati kita. Hanya menerapkan dengan cara ini yang berkenan di hati Tuhan.

Tinggalkan komentar