Waktu kuliah berlalu dengan cepat, dan dengan segera sudah sampai waktunya untuk mencari pekerjaan menjelang wisuda. Aku menuliskan sepenuhnya penghargaan dan pengalaman praktis di masa lalu ke dalam resume. Aku menghadiri puluhan seminar bolak-balik dengan penuh keyakinan diri, dan mengirimkan resume ke perusahaan berskala besar di mana-mana. Namun yang di luar dugaanku adalah resume itu ditolak pada saat itu juga, ibarat batu yang tenggelam dalam laut, tidak ada beritanya. Aku merasa sedikit bingung: Apakah kerja kerasku di universitas semuanya sia-sia saja? Apakah ijazah dan semua penghargaan yang kuperoleh tidak cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus? Adegan pahit di masa lalu satu demi satu muncul di hadapan mataku...
Dalam hatiku, aku sering merasa bahwa jika ingin memiliki satu pekerjaan yang baik di masa depan, maka aku harus memiliki ijazah yang baik. Oleh karena itu, aku terus belajar keras agar bisa masuk universitas yang bagus. Namun pada tahun 2011, aku gagal dalam ujian masuk ke perguruan tinggi dan mengalami kegagalan pertama dalam kehidupanku. Aku tidak puas hati dengan kegagalan seperti ini, jadi aku memutuskan untuk pergi ke sekolah di daerah tetangga yang memiliki kualitas pengajaran baik untuk mengulangi pelajaran. Aku bangun pada jam 6 pagi, dan aku akan terus belajar di bawah selimut dengan memasang lampu senter setelah pelajaran mandiri di waktu malam. Aku telah membuat buku latihan satu demi satu, dan buku politik semuanya telah dirobek olehku ... Meskipun sangat membosankan dan lelah, aku sangat yakin bahwa usahaku akan mendatangkan hasil!
Dalam ujian masuk perguruan tinggi pada 2012, aku mendapat skor yang tinggi sebanyak 564 poin. Jadi sebagai cita-cita pertamaku, aku mengisi sebuah universitas terkenal dengan penuh keyakinan diri. Namun tanpa diduga, aku melewatkan universitas impianku hanya dengan satu poin. Saat ini, hatiku penuh dengan kekecewaan dan ketidakpuasan. Teringat kembali akan pengorbanan keras dan membandingkannya dengan hasil sekarang, kekecewaan, penyesalan dan kedendaman bercampur aduk di dalam hatiku.
Setelah ujian masuk perguruan tinggi selesai, ibu membawa aku percaya kepada Tuhan, tetapi aku tidak bersikap serius dalam hal percaya kepada Tuhan dan tidak mengikuti persekutuan secara normal. Aku masih ingin bekerja keras untuk menemukan pekerjaan yang baik di masa depan dengan kemampuanku sendiri. Kemudian, aku memasuki sebuah universitas umum, di mana aku berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, berjuang untuk mendapatkan lebih banyak sertifikat kehormatan. Dengan memiliki salinan bentuk cetak seperti ini, aku tidak khawatir untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. Di perguruan tinggi, aku hampir selalu menjadi siswa yang bangun paling awal dan adalah yang paling serius di kelas. Aku mencatat nota dengan cermat dan merenung berulang kali tentang pengetahuan profesional yang diterangkan oleh guru. Selain itu, aku sering pergi ke perpustakaan untuk memperkaya diri dengan membaca buku ekstrakurikuler. Untuk meningkatkan nilai ujian komprehensifku, aku bergabung dengan perkumpulan mahasiswa, secara aktif bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengadakan berbagai kegiatan, dan membentuk tim untuk berpartisipasi dalam kegiatan praktek sosial musim panas, dan memenangkan hadiah pertama praktek sosial musim panas melalui evaluasi sekolah. Kemudian skripsi kegiatan praktekku masih diterbitkan dalam koran sekolah. Pada musim panas tahun ketiga kuliahku, aku melepaskan kesempatan untuk beristirahat dan pergi ke lembaga pelatihan yang jauh dari rumah untuk melatih keterampilan kejuruan setiap hari, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas profesionalismeku. Aku berharap dengan usahaku sendiri, aku dapat memperkaya pengalamanku dan menambahkan lebih banyak poin dalam arsip kehidupanku sehingga dapat mengukuhkan dasar untuk mencari pekerjaan yang baik di masa depan. Pengorbanan kerasku telah dibalas dengan setimpalnya, aku telah berkali-kali dianugerahi biasiswa kelas satu dan dua dalam seluruh sekolah. Untuk alasan ini, aku yakin secara alami bahwa dengan usahaku sendiri, aku pasti akan menemukan pekerjaan yang baik di masa depan. Namun kenyataan memberiku tamparan keras. Meskipun aku memiliki penghargaan yang diperolehi dan pengalaman praktek yang kaya, tetapi tetap tidak dapat menemukan pekerjaan yang baik. Makanya telah benar-benar menggenapi ayat itu, impian itu indah, tetapi dalam kenyataan, ada banyak kendala yang membuat impian kita tidak terwujud. Aku merasa bingung dan kecewa dengan masa depan …
Dalam sebuah persekutuan, aku menceritakan kesulitanku dalam mencari pekerjaan kepada saudara-saudari. Saudari bersekutu denganku: "Masa depan dan nasibku dikendalikan oleh Tuhan. Pekerjaan apa yang akan kita lakukan di masa depan ditentukan oleh Tuhan dan itu tidak tergantung pada pengalaman dan sertifikat kita. Dalam hal mencari pekerjaan, kita harus sering mengandalkan Tuhan." Setelah mendengarkan nasihat saudari, meskipun aku menyetujuinya di mulutku, aku merasa tidak puas hati, dan aku berpikir: Jelas bahwa nasib manusia ada di tangan kita sendiri, tetapi kau mengatakan bahwa nasib manusia ada di tangan Tuhan, dan aku percaya bahwa dengan kemampuanku, aku akan dapat menemukan pekerjaan yang memuaskan.
Setelah kembali ke sekolah, aku pergi ke mana-mana untuk mengirimkan resume dan mengikuti bursa kerja skala besar untuk mencari pekerjaan. Aku sangat yakin bahwa aku pasti akan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan profesionalku. Tapi setelah beberapa waktu, aku masih berulang kali mengalami kegagalan, entah karena profesionalku tidak sesuai, atau karena pihak lain tidak merekrut mahasiswa biasa ... Kegagalan dalam kenyataan membuat aku merasa kecil hati dan merasa bingung tentang masa depanku. Namun ketika aku melihat ijazah dan berbagai sertifikat yang ada di tanganku, aku memberi dorongan kepada diriku sendiri: Kalau aku tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan profesionalku, maka aku akan mencari pekerjaan yang berbeda dengan profesionalku! Aku tidak percaya bahwa dengan kekuatanku, aku tidak dapat menemukan perusahaan yang baik! Jadi aku mulai mencari pekerjaan yang berbeda dengan profesionalku lagi. Suatu ketika, aku menerima pemberitahuan wawancara dari sebuah perusahaan teknologi informasi kecil. Ketika aku menghadiri wawancara, aku bertemu dengan seorang mahasiswa lulusan universitas bergengsi. Aku merasa sungguh kaget: mengapa dia datang ke sini untuk memohon pekerjaan? Bukankah dia memiliki ijazah yang baik dan apakah dia juga tidak dapat menemukan pekerjaan yang bagus? Aku tidak bisa menahan diri untuk mulai berpikir dengan dalam: Mengapa aku begitu rajin, tetapi tetap tidak dapat menemukan pekerjaan yang baik. Apakah aku benar-benar tidak bisa mengendalikan nasibku sendiri?
Sampai liburan Tahun Baru Cina, aku tidak menemukan pekerjaan yang cocok. Selama musim festival, aku merasa sangat cemas. Aku mengambil ponselku untuk melihat informasi perekrutan di Internet setiap hari. Aku terus memperbaharui pesan, takut akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Aku tidak berani mengunjungi kerabat dan teman karena khawatir mereka akan bertanya tentang kondisi perburuan pekerjaan. Aku khawatir tentang pekerjaan setiap hari. Dalam keputusasaan, aku tidak punya pilihan lain selain datang ke hadapan Tuhan dan berdoa kepada Tuhan: "Oh Tuhan, aku telah mencari pekerjaan begitu lama, tetapi belum dapat menemukan yang cocok, dan aku merasa bingung di dalam hatiku dan juga tidak berdaya. Aku tidak tahu mengapa aku berulang kali menemukan kegagalan. Kiranya Tuhan menerangi dan membimbingku." Setelah berdoa, aku tiba-tiba teringat akan firman Tuhan yang pernah dikomunikasikan oleh saudari dengan aku sebelumnya: "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: meskipun manusia selalu terburu-buru dan menyibukkan diri mewakili dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau akan tetap menjadi makhluk ciptaan?" Kemudian, aku membaca perikop lain dari firman Tuhan: "Sebab ia melihat bahwa jika orang tidak memahami nasib, jika orang tidak memahami kedaulatan Tuhan, jika orang meraba-raba jalan mereka ke depan dengan keras kepala, sempoyongan dan terhuyung melalui kabut, perjalanannya itu menjadi terlalu sulit, terlalu memilukan. Jadi, ketika orang-orang mengakui kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, mereka yang pintar akan memilih untuk mengenalnya dan menerimanya, mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari pedih ketika mereka mencoba membangun kehidupan yang baik dengan kedua tangan mereka sendiri, dan berhenti bergumul melawan nasib dan mengejar apa yang mereka sebut sebagai 'tujuan hidup' dengan cara mereka sendiri."
Melihat firman Tuhan, aku merasa sangat tersentuh. Teringat bahwa kegagalanku dalam ujian masuk perguruan tinggi, tetapi aku tetap tidak ingin menyerah pada nasib, dan memilih untuk mengulangi pelajaran. Aku membaca dua kelas tiga SMA dengan susah payah, tetapi masih melewatkan universitas-universitas terkenal cuma gara-gara kekurangan satu poin. Di universitas, aku berusaha memperkaya diriku sendiri, secara aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan pelatihan keterampilan profesional. Setelah wisuda, aku mengikuti bursa kerja entah ketika angin kencang bertiup atau hujan, tetapi resumeku tidak dibaca oleh siapapun... Hal-hal di masa lalu muncul di benakku satu demi satu, dan aku mulai terbangun. Dari belajar hingga mencari pekerjaan, aku telah hidup berdasarkan pikiran dan ide yang ditanam oleh Iblis, "Nasib manusia ada di tangan diri sendiri" dan "Menciptakan masa depan yang indah dengan kedua tangan sendiri" Karena itu, aku percaya bahwa nasib berada di tanganku sendiri. Kalau aku berusaha dengan tekun, bersedia membayar harga, dan memiliki ijazah yang baik, maka aku akan dapat menemukan pekerjaan yang baik, tetapi tanpa diduga aku gagal berkali-kali pada akhirnya. Aku menghabiskan waktu yang baik di universitas dengan berjuang di "lautan studi". Belajar sepanjang siang dan malam tidak hanya melelahkan tubuhku, tetapi juga melewatkan banyak waktu untuk bergaul dengan teman-teman. Namun untuk masa depan dan impianku, aku berkomitmen untuk berusaha dengan keras tanpa takut lelah. Ketika aku berhasil dalam studiku dan memiliki "batu loncatan" untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, aku selalu ingin mencari posisi di perusahaan tingkat tinggi dengan ijazah dan sertifikat yang kuperoleh. Ketika usahaku tidak tidak mendatangkan hasil yang kuinginkan, aku menolak pengaturan nasib. AKu selalu ingin melepaskan diri dari kedaulatan Tuhan, hidup dalam penderitaan dan .berjuang dengan kesakitan. Tuhan tidak tega melihat aku diseksa oleh Iblis, maka Dia mengatur saudari bersekutu denganku sehingga aku dapat mengandalkan dan menaati kedaulatan serta pengaturan Tuhan. Tetapi aku terlalu dibingungkan oleh omongan kosong Iblis sehingga aku tetap tidak percaya meskipun telah mendengar Firman Tuhan. Aku tetap secara membabi buta mematuhi Iblis dan dengan harapan sia-sia mengubah nasib dengan kemampuanku sendiri. Akibatnya, aku membuat diriku sulit untuk melepaskan diri dari kehidupan yang penuh kesakitan. Sekarang aku baru tahu bahwa pikiran dan pandangan yang aku andalkan untuk bertahan hidup adalah semua metode yang digunakan oleh Iblis untuk merusak dan memperbudak manusia. semua itu adalah hal negatif yang membuatku mengkhianati Tuhan dan menjauh diri dari Tuhan. Jika aku terus berpegang pada pandangan ini dan melawan Tuhan, aku hanya akan hidup dalam kesakitan.
Kemudian aku membaca firman Tuhan lagi: "Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua iu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan." Ketika aku tidak mengenal kedaulatan Tuhan, aku selalu ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan kedua tanganku sendiri, ingin mengubah nasibku sendiri, dan hidup dalam kebodohan dan penderitaan Iblis. Sekarang, firman Tuhan telah menunjukkan kepadaku jalan dan arah yang benar, yaitu mengesampingkan pandangan yang salah tentang pengejaran di masa lalu dan hidup tanpa filosofi Iblis itu. Di posisi apa kita bekerja, dan seberapa banyak kekayaan yang kita miliki, semua ini bergantung pada kedaulatan dan ketetapan Tuhan, kita tidak memiliki keputusan akhir, juga tidak bergantung pada ijazah dan pengalaman kerja kita. Kita adalah makhluk ciptaan. Tuhan harus menjadi tuan dalam hidupku. Hanya dengan menaati kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta, barulah dapat melepaskan dari pergelutan dan penderitaan yang disebabkan oleh kerja kerasku sendiri, mendapatkan berkat Tuhan, dan menjalani hidup yang santai dan bahagia!
Setelah itu, aku tidak lagi mengandalkan kemampuan sendiri ketika mencari pekerjaan, tetapi belajar untuk mengandalkan Tuhan dan menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Saya berdoa kepada Tuhan: "Oh Tuhan, masa depan dan nasibku ada di tangan-Mu. Pekerjaan seperti apa yang bisa kutemukan juga ada di tangan-Mu. Aku bersedia untuk menaati pengaturan dan penataan-Mu, dan bertindak berdasarkan firman-Mu." Ketika aku benar-benar mempercayakan hal pekerjaan kepada Tuhan, aku telah melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa.
Setelah Festival Musim Semi, aku memposting satu resume online, kemudian aku menerima undangan wawancara, dan telah lulus wawancara dengan lancar. Selain itu, perusahaan ini sangat dekat dengan rumahku dan bekerja di sini tidak mempengaruhi kepercayaanku kepada Tuhan dan tugasku. Kemudian ketika aku berangkat untuk bekerja, aku baru mengetahui bahwa perusahaan tidak pernah merekrut mahasiswa yang baru wisuda dan aku adalah pertama. Di wawancara kali ini juga ada seorang lulusan dari perguruan tinggi yang terkenal, namun perusahaan memilihku. Ketika aku mengetahui hal ini, hatiku sungguh tersentuh. Hal ini membuatku benar-benar melihat kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan yang mahakuasa. Ketika aku bersedia menaati kedaulatan Tuhan, aku telah melihat berkat Tuhan.
Setelah bekerja selama setahun, karena perusahaan mengambil alih proyek di luar kota, aku diutus ke sana untuk menjaga proyek selama 3 hari dalam seminggu. Luar kota ini sangat jauh dan membutuhkan satu hari waktu perjalanan untuk bolak-balik sehingga aku tidak bisa mengikuti persekutuan secara normal. Keluargaku juga khawatir tentang keselamatanku karena aku perempuan seorang diri bekerja keras di luar kota, makanya mereka tidak menyetujui aku untuk terus bekerja di sini. Menghadapi lingkungan di depan mataku, aku merasa sangat bingung dalam hati: bukan gampang menemukan pekerjaan yang memuaskan ini, apakah aku masih dapat menemukan pekerjaan sebaik itu jika berhenti? Tetapi jika aku tidak meletakkan jabatan, lama-kelamaan aku akan terbebani oleh perjalanan yang begitu lama sehingga aku tidak dapat mengikuti persekutuan secara normal. Apa yang harus kulakukan?
Saat aku ragu-ragu, aku telah membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Manusia hanya memiliki satu hasrat: dapat hidup bahagia dan damai di hadapan Tuhan, dipimpin oleh Tuhan, menaati kedaulatan Tuhan, dan menaati lingkungan yang telah Tuhan atur untuknya setiap hari dan kehidupan yang Tuhan berikan kepadanya setiap hari. Jika engkau memiliki mentalitas seperti ini, tanpa sadar engkau akan melihat bahwa segala sesuatu di bawah kedaulatan Tuhan."
Setelah merenung firman Tuhan, aku sudah mengerti bahwa meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah aku berhenti dari pekerjaan ini. Aku harus benar-benar mengandalkan Tuhan dan mempercayakan kepada Tuhan mengenai pencarian pekerjaan yang cocok di masa depan, dan membiarkan Tuhan yang berdaulat dan mengatur. Jika Tuhan menetapkan bawa aku memiliki sebuah pekerjaan yang baik, maka aku akan menemukannya. Jika itu bukan ketetapan Tuhan, aku tidak dapat memaksa Tuhan memberiku. Aku bersedia tunduk pada pengaturan Tuhan. Jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Oh Tuhan, nasibku ada di tangan Engkau. Aku bersedia memercayakan hal pekerjaaan kepada tangan-Mu. Aku berharap Engkau dapat memimpinku, tidak peduli apapun jenis pekerjaan yang aku temukan, aku bersedia tunduk pada penataan dan pengaturan-Mu." Jadi aku memilih untuk meletakkan jabatan.
Setelah beberapa hari kemudian, aku sekali lagi melihat kasih Tuhan. Kedua hari setelah aku mengirimkan resumeku, aku menerima pemberitahuan wawancara dari perusahaan terkenal lainnya. Aku pergi ke wawancara dengan sikap mencoba. Namun di luar dugaanku, aku diberitahu bahwa aku telah diterima pada sore hari wawancara. Selain itu, perusahaan ini punya dua hari libur di akhir pekan, jadi aku masih bisa mengikuti persekutuan secara normal. Setelah bekerja, pemimpin di perusahaan itu berkata kepadaku: "Kami biasanya hanya merekrut laki-laki. Hari itu, kami telah mewawancarai seorang laki-laki. Kali ini, kami memilih Anda. Anda harus bekerja keras ..."
Dalam pengalaman ini, aku melihat bahwa memang Tuhan yang berdaulat atas segalanya, dan pikiran pemimpinku juga ada di tangan Tuhan. Aku dapat menemukan pekerjaan dan ini juga adalah kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Syukur kepada Tuhan karena telah membukakan jalan bagiku, memungkinkan aku menemukan pekerjaan yang cocok, dan merasakan kemanisan karena tunduk pada kedaulatan Tuhan.