Saat menyebutkan pencarian pekerjaan, biasanya kita mengaitkannya dengan ijazah, keterampilan, dan pengalaman; bahkan pekerjaan yang paling buruk, juga harus mempertimbangkan kekuatan badan. Kita berpikir bahwa dengan memiliki semua aspek ini, kita dapat menemukan pekerjaan yang baik. Namun, penulis artikel ini tinggal di negara asing, tidak memahami bahasa lokal, tidak memiliki keterampilan dan pengalaman, tetapi dia masih menemukan pekerjaan yang memuaskan. Bagaimana dia melakukannya? Selanjutnya, silakan ikuti editor untuk menemukan jawabannya!
Dalam sekejap mata, saya telah tinggal di luar negri sendirian selama hampir satu tahun. Baru-baru ini, perusahaan pindah ke kota lain. Saya harus mencari pekerjaan lain. Saya berpikir: Di negara asing ini, meskipun saya tidak dapat berbicara bahasa lokal, saya tidak memiliki keterampilan dan ijazah, tapi badan saya sehat dan kuat, setidaknya dapat mencari pekerjaan di restoran.
Dalam beberapa hari berikutnya, saya mulai memperhatikan informasi rekrutmen di pintu berbagai toko, dan pada saat yang sama, saya mencari pekerjaan di Internet. Saya juga meminta teman-teman saya untuk memperhatikan dimana ada pekerjaan yang bagus. Selama periode tersebut, saudari Lin mengingatkan saya untuk lebih banyak berdoa, mengandalkan Tuhan, dan mengalami pekerjaan Tuhan dalam mencari pekerjaan. Saya tidak peduli setelah mendengarkan, dan berpikir: "Berdoa kepada Tuhan adalah satu aspek, tetapi masalah sebenarnya harus diselesaikan. Jika saya tidak bekerja keras untuk menemukannya, dan pekerjaan itu tidak akan datang mencari saya."
Kemudian, saya pergi ke beberapa toko untuk wawancara. Entah membutuhkan bahasa Inggris yang fasih dan pengalaman kerja, atau gaji yang rendah dan waktu bekerja yang panjang, itu akan mengganggu saya untuk melakukan tugas. Saya akhirnya menemukan pekerjaan yang cocok tapi membutuhkan sertifikat kualifikasi. Saya tidak punya apa-apa, jadi saya hanya bisa melihat pekerjaan yang baik melewati saya... Setelah seminggu sibuk mencari pekerjaan, saya masih belum menemukan pekerjaan, saya menjadi sangat depresi, dan saya merasa bahwa mencari pekerjaan di negara asing bukanlah hal yang mudah!
Di beberapa pagi itu, saya melihat di antara teman sekamar saya, ada yang sedang merias wajah, ada yang sedang makan sarapan, semuanya bersiap untuk bekerja. Hanya saya yang sedang khawatir tentang mencari pekerjaan. Saya merasa lebih kesepian dan berpikir: "Lihatlah orang lain. Cheng Cheng, yang telah tinggal di luar negara selama bertahun-tahun, dia dapat berbicara bahasa Inggris dengan fasih, dan dapat memilih pekerjaan yang baik. Ah Rong tidak dapat berbicara bahasa Inggris, tetapi dia memiliki sertifikat perawat senior, dia bekerja di Pusat layanan bagi lansia dan memiliki gaji yang tinggi. Selain itu, Yao Yao, yang terlibat dalam pekerjaan logistik selama bertahun-tahun, dia memiliki pengalaman yang kaya dan pekerjaan yang stabil. Tetapi dibandingkan dengan saya, bahasa saya tidak fasih, saya tidak memiliki keterampilan atau pengalaman. Kapan saya bisa mendapatkan pekerjaan?" Ketika saya memikirkan hal ini, saya merasa semakin tidak nyaman dan bingung. Saya juga tidak bermaksud untuk melakukan tugas, merasa hubungan saya dengan Tuhan menjadi jauh.
Beberapa hari kemudian, ketika saya sedang berkecil hati dan kecewa, teman saya mengajak saya untuk pergi bersamanya untuk mengikuti tes sertifikat kecantikan. Dia bilang mudah untuk mendapatkan sertifikat di sekolah ini. Setelah mendengar ini, saya mendapatkan secercah harapan dan berpikir: "Saya memiliki keahlian dalam kecantikan. Setelah pelatihan, seharusnya mudah untuk mendapatkan sertifikat kualifikasi. Ketika saya memiliki sertifikat kecantikan dan menjadi orang yang memiliki keterampilan, saya tidak perlu khawatir untuk mencari pekerjaan." Jadi, saya mendaftar dengan percaya diri. Selama pelatihan, saya mempelajari materi dengan cermat, menuntut diri saya secara ketat, dan berusaha memperbaiki operasi saya yang tidak akurat dan bagian yang mudah mengurangi nilai. Saya ingin lulus ujian dengan lancar dan mendapatkan sertifikat kualifikasi profesional sehingga saya bisa mencari pekerjaan. Akhirnya, kursus sudah selesai dan saya akan mengikuti ujian. Namun, saya menunggu jawaban yang lama dari pihak sekolah, dan mereka memberitahu saya bahwa pihak sekolah memiliki beberapa masalah dan siswa tidak dapat mengikuti ujian untuk sementara waktu. Mendengar kabar yang hampir membuat saya gila, saya tidak punya cara lain selain memiliki pertanyaan. Menghadapi masalah pencarian pekerjaan, saya hidup dalam kesedihan dan ketidakberdayaan. Saya berpikir dalam hati: Saya tidak punya banyak uang di tangan saya sekarang. Jika saya tidak dapat menemukan pekerjaan, bagaimana dengan kehidupan saya di masa depan? Dalam beberapa hari itu, saya tidak memiliki kekuatan untuk melakukan apa-apa. Saya merasa bahwa saya telah memasuki jalan buntu dan tidak punya jalan ke depan. Ketika berdoa, saya juga tidak memiliki kata-kata untuk disampaikan kepada Tuhan
Saudari Lin melihat bahwa saya dalam keadaan yang sangat buruk, dia sekali lagi mengingatkan saya untuk mencari kehendak Tuhan dalam mencari pekerjaan dan memperhatikan untuk memetik pelajaran. Pada saat ini, saya datang kepada Tuhan secara sadar. Setelah berdoa kepada Tuhan, saya menyalakan komputer dan membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Orang-orang menghabiskan sebagian besar dari waktu mereka untuk hidup dalam keadaan tidak sadar diri. Mereka tidak tahu apakah mereka harus mengandalkan Tuhan atau mengandalkan diri mereka sendiri. Mereka kemudian cenderung memilih untuk mengandalkan diri mereka sendiri dan mengandalkan kondisi serta lingkungan yang menguntungkan di sekitar mereka, juga mengandalkan siapa saja, peristiwa apa pun, dan hal-hal apa pun yang menguntungkan mereka. Orang paling mahir melakukan hal ini. Hal yang paling tidak mahir mereka lakukan adalah mengandalkan Tuhan dan menghormati-Nya, karena mereka merasa bahwa melakukan hal itu sangat merepotkan. Mereka merasa bahwa menghormati Tuhan itu tidak dapat dilihat dan diraba; bahwa melakukan hal itu samar dan tidak realistis. Jadi, dalam aspek pelajaran mereka ini, orang melakukannya dengan sangat buruk, dan jalan masuk mereka ke dalam hal itu paling dangkal. Jika engkau tidak belajar bagaimana menghormati Tuhan dan bersandar kepada-Nya, engkau tidak akan pernah melihat Tuhan bekerja dalam dirimu, menuntunmu, atau mencerahkanmu. Jika engkau tidak mampu melihat hal-hal ini, maka pertanyaan-pertanyaan di lubuk hatimu, seperti 'apakah Tuhan ada dan apakah Dia menuntun segala sesuatu dalam kehidupan umat manusia', akan berakhir dengan sebuah tanda tanya, bukan tanda titik atau tanda seru."
Saya merenungkan firman Tuhan dan menenangkan hati, barulah saya menemukan bahwa firman Tuhan sedang mengungkapkan situasi saya. Biasanya, meskipun saya mengakui bahwa segala sesuatu berada di bawah kedaulatan Tuhan, dan saya juga berdoa untuk mengandalkan Tuhan di bibir, tetapi ketika saya menghadapi kesulitan praktis, saya selalu menggunakan metode dan pikiran saya sendiri untuk menyelesaikannya, berpikir bahwa saya harus mengandalkan diri untuk mengatasi masalah praktis, dan merasa bahwa mengandalkan Tuhan itu merupakan hal yang samar. Karena saya memiliki gagasan semacam ini yang keliru, saya tidak memiliki posisi Tuhan di dalam hati saya sama sekali, iman saya kepada Tuhan hanya di bibir, saya terlebih lagi tidak benar-benar mengandalkan dan memandang Tuhan, sehingga saya tidak dapat melihat perbuatan Tuhan dalam hidup saya. Ketika mencari pekerjaan, saya merasa bahwa badan saya sehat dan memiliki kekuatan, jadi saya berpikir tidak sulit mencari pekerjaan. Ketika saudari mengingatkan saya untuk mengandalkan Tuhan, saya menganggap hal mencari pekerjaan sebagai masalah praktis, dan bahkan jika saya mengandalkan Tuhan, saya juga harus mencari pekerjaan secara pribadi. Saya tidak menerima saran dari saudari itu. Ketika menghadapi kegagalan berulang kali, saya tidak mengintrospeksi diri saya sendiri, tetapi malah menaruh harapan saya pada ujian sertifikat kecantikan, dan ingin mendapatkan pekerjaan dengan memperoleh keterampilan. Akibatnya, sekolah mengalami masalah dan ujian dibatalkan. Ini membuat saya merasa bingung dan tidak berdaya. Saya hidup dalam situasi tertekan dan menderita. Saya juga kehilangan kepercayaan diri dalam mencari pekerjaan. Saat ini, saya baru menyadari bahwa penderitaan saya disebabkan karena saya terlalu percaya diri, selalu melakukan sesuatu dengan kemampuan saya sendiri dan tidak memandang kepada Tuhan. Setelah menyadari hal ini, saya memahami bahwa mengandalkan Tuhan adalah kebijaksanaan terbesar. Saya harus mengubahkan keadaan saya yang salah. Apapun yang terjadi di masa depan, saya harus bersandar dan memandang kepada Tuhan untuk mengalaminya supaya saya dapat melihat perbuatan Tuhan.
Pada saat ini, saya memikirkan satu kalimat firman Tuhan yang lain: "Pekerjaan apa pun yang dikejar seseorang, apa yang orang lakukan untuk mencari nafkah, dan berapa banyak kekayaan yang orang kumpulkan dalam hidup ini, itu tidaklah ditentukan oleh orang tua, talenta, upaya, ataupun ambisi seseorang, melainkan telah ditentukan dari semula oleh Sang Pencipta." Benar! Pekerjaan seperti apa yang kita lakukan dan berapa banyak penghasilan yang kita peroleh selama jangka waktu tertentu tidak ada hubungannya dengan kualitas dan bakat pribadi kita, tetapi semua ini ditakdirkan dan diatur oleh Tuhan. Namun, saya selalu berpikir bahwa dengan tubuh yang sehat, dan memiliki keterampilan serta pengalaman, saya bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Saya sepenuhnya menyangkal kedaulatan Tuhan. Saya melihat bahwa sudut pandang saya tentang hal sama seperti orang-orang yang tidak percaya. Setelah itu, saya menaikkan doa pertobatan dengan Tuhan: "Oh Tuhan, saya terlalu bebal dan bodoh, saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang kedaulatan Tuhan. Saya tidak mengandalkan-Mu dan memandang kepada-Mu ketika mengalami masalah. Saya telah kehilangan banyak kesempatan untuk melihat perbuatan Tuhan. Oh Tuhan, saya bersedia belajar memasuki aspek kebenaran ini. Kiranya Tuhan menuntun saya!"
Beberapa hari kemudian, teman saya Si Si menelepon saya dan mengatakan bahwa ada satu pekerjaan sebagai inspektur supermarket. Segera setelah saya mendengar bahwa pekerjaan itu memberi perlakuan yang baik, dan tidak akan menunda persekutuan dan tugas saya, saya setuju dengan segera. Setelah menutup telepon, saya tidak bisa menahan diri untuk bersyukur dan memuji Tuhan. Tanpa diduga, pada hari Senin, ketika saya bangun pagi untuk pergi ke supermarket untuk wawancara, Si Si tiba-tiba menelepon saya dan memberitahu saya bahwa pekerjaan itu telah dilakukan oleh orang lain. Mendengar berita ini, saya tidak bisa menerimanya, dan berpikir: "Bukankah sudah berjanji kemarin? Mengapa tiba-tiba berubah? Lingkungan pekerjaan ini tenang dan waktu kerjanya singkat, yang bermanfaat bagi saya untuk mengikuti persekutuan dan melakukan tugas. Dari mana saya dapat menemukan pekerjaan yang cocok seperti ini? Dan saya tidak punya banyak uang lagi. Kalau saya tidak dapat menemukan pekerjaan lagi, saya tidak dapat membayar sewa rumah bulan ini, dan saya harus tidur di jalan. Apa yang harus saya lakukan?" Memikirkan hal ini, saya merasa sangat sedih dan depresi, saya juga memiliki beberapa kesalahpahaman tentang Tuhan. Saya berpikir: Saya telah berdoa dan mengandalkan Tuhan. Saya juga belajar memetik pelajaran. Mengapa hasilnya menjadi seperti ini? Semakin saya memikirkannya, semakin hati saya menjadi gelap, dan saya tidak dapat memahami Tuhan.
Saya menyadari bahwa keadaan saya tidak benar, jadi saya berdoa kepada Tuhan. Saat mencari jalan penerapan, saya melihat khotbah dan persekutuan yang berkata: "Apa yang dibutuhkan untuk mengandalkan Tuhan? Yang satu adalah iman dan yang satu lagi adalah ketaatan. Dua hal ini yang paling penting. Ketika orang memiliki iman dan mengenal kemahakuasaan Tuhan, dia mengetahui bahwa Tuhan dapat menuntun dia melewati kesulitan, mengetahui bahwa Tuhan bertanggung jawab atas segalanya. Dengan cara ini, kamu akan memiliki keyakinan ketika berdoa kepada Tuhan, dan bersedia untuk mengandalkan Tuhan; kamu akan dapat benar-benar mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan kepintaranmu sendiri."
Dari persekutuan tersebut, saya mengerti bahwa untuk benar-benar mengandalkan Tuhan, kita harus memiliki dua syarat yaitu iman dan ketaatan. Artinya, di atas dasar percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya, entah itu hal yang baik atau hal yang buruk, kita dapat menerimanya dari Tuhan, dan kita tetap percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan bermanfaat untuk kita, dan kemudian mencari kehendak Tuhan dan menunggu pengaturan Tuhan. Namun, saya hanya berdoa dan mengandalkan Tuhan di bibir. Ketika menemukan pekerjaan yang cocok, saya merasa sangat gembira dan terus bersyukur kepada Tuhan. Tetapi ketika saya kehilangan pekerjaan, saya hidup dalam keadaan negatif dan mengeluh kepada Tuhan. Dari sini saya melihat bahwa saya tidak memiliki iman yang benar kepada Tuhan! Selain itu, Tuhan adalah Tuhan atas ciptaan, dan saya adalah makhluk ciptaan. Dalam pencarian pekerjaan, saya memiliki tuntutan yang tidak masuk akal terhadap Tuhan. Bukankah ini adalah memberontak terhadap Tuhan? Sama sekali tidak rasional! Menyadari hal ini, saya merasa ditegur dalam hati dan berhutang banyak kepada Tuhan, jadi saya berdoa kepada Tuhan: "Oh Tuhan, saya benar-benar tidak rasional. Saya bersyukur kepada Tuhan ketika lingkungan sesuai dengan keinginan saya, tetapi ketika lingkungan tidak sesuai dengan keinginan saya, saya malah mengeluh kepada-Mu. Iman saya terlalu kecil, tidak dapat bertahan dalam pemeriksaan waktu dan lingkungan. Ini menyingkapkan bahwa saya adalah orang yang tidak percaya. Oh Tuhan, saya bersedia untuk benar-benar mengandalkan-Mu. Tidak peduli kapan pun, saya dapat menemukan pekerjaan. Saya bersedia menaati-Mu!" Setelah berdoa, saya merasa sedikit bebas dalam hati.
Setelah memutarbalikkan keadaan semacam ini, saya memperbaiki motif dan terus mencari pekerjaan dengan mengandalkan Tuhan. Beberapa hari sebelum saya membayar sewa, mantan rekan kerja saya membantu saya mendapatkan kembali gaji lima hari dari pekerjaan terakhir. Pada saat saya mengambil uang itu, saya sangat senang dan terharu! Saya senang bahwa sewa bulan ini dapat dibayar, dan saya terharu karena ternyata Tuhan selalu menjaga di sisi saya dan tidak pernah meninggalkan saya. Kasih Tuhan begitu nyata! Pada saat ini, iman saya kepada Tuhan secara bertahap meningkat.
Selanjutnya, setelah saya berdoa kepada Tuhan dan menyerahkan masalah tentang pencarian pekerjaan kepada Tuhan, saya tidak lagi khawatir karena tidak dapat menemukan pekerjaan. Saya menenangkan pikiran saya, saya secara normal mengikuti persekutuan dengan saudara-saudari dan melakukan tugas. Pada saat yang sama, saya terus mencari pekerjaan yang cocok. Lambat laun, keadaan saya membaik, dan hubungan saya dengan Tuhan semakin dekat. Suatu hari ketika sedang melakukan renungan rohani, saya membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Segala sesuatu di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan menaati hukum-hukum alam, dan jika engkau bertekad untuk membiarkan Tuhan mengatur dan menentukan segala sesuatu bagimu, engkau harus belajar menunggu, engkau harus belajar mencari, dan engkau harus belajar tunduk. Inilah sikap yang harus dimiliki setiap orang yang ingin tunduk pada otoritas Tuhan, inilah kualitas dasar yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Untuk memiliki sikap seperti itu, memiliki kualitas seperti itu, engkau harus bekerja lebih keras. Inilah satu-satunya cara engkau dapat masuk ke dalam realitas yang sebenarnya." Dari firman Tuhan, saya mengerti bahwa segala sesuatu berada di bawah kekuasaan Tuhan, dan semuanya berkembang secara alami sesuai dengan kehendak Tuhan. Kapan saya dapat menemukan pekerjaan, pekerjaan seperti apa yang dapat saya temukan, dan berapa lama saya dapat bekerja di sana, semua ini sudah diaturkan oleh Tuhan. Karena saya mempercayakan hal pencarian pekerjaan kepada Tuhan, saya harus memiliki sikap yang benar dan memiliki iman kepada Tuhan. Saya belajar untuk menunggu waktu Tuhan, dan percaya bahwa semua yang Tuhan atur adalah yang terbaik. Ini adalah apa yang harus dilakukan orang yang menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Saat merenungkan firman Tuhan, hati saya menjadi lebih cerah, dan saya mendapatkan jalan penerapan.
Suatu hari, saudari Su merekomendasikan satu situs web bagi saya untuk mencari pekerjaan. Saya berdoa sambil membaca informasi. Saya ingin mengikuti petunjuk Tuhan untuk mencari pekerjaan. Saya melihat ada satu pekerjaan yang relatif cocok, tetapi jaraknya jauh, jadi saya menelepon pemilik toko itu. Persyaratannya adalah: dapat berkomunikasi bahasa Inggris dasar, memiliki pengalaman kasir, pikiran fleksibel, dan ketekunan. Setelah saya mendengarnya, saya tidak memiliki kepercayaan diri dan berkata: "Maaf! Bahasa Inggris saya tidak sampai ke komunikasi dasar, saya minta maaf!" Setelah menutup telepon, saya berpikir: Orang yang seperti saya yang tidak memiliki apa-apa memang sulit untuk mencari pekerjaan. Saat ini, saya menyadari bahwa saya berbicara tentang modal lagi, dan tidak percaya pada kedaulatan Tuhan, jadi saya segera berdoa kepada Tuhan untuk memperbaiki motif saya. Saya bersedia mengandalkan Tuhan dan memandang kepada Tuhan, dan percaya bahwa semuanya diatur oleh Tuhan. Setelah berdoa, hati saya menjadi jauh lebih tenang. Di malam hari, saya tidak menyangka pemilik toko tiba-tiba membalas pesan, dia mengatakan bahwa saya bisa bekerja di tokonya, dan dia bisa mengajari saya bahasa Inggris dasar, dia juga mengatakan bahwa dia tinggal dekat dengan saya dan bisa mengantar saya pergi dan pulang. Mendengar kata-kata ini, saya tidak percaya itu benar, dan saya merasa perbuatan Tuhan begitu indah! Saya terus-menerus bersyukur kepada Tuhan dalam kegembiraan.
Selama periode percobaan, saya mengetahui bahwa pekerjaan ini jauh lebih rumit daripada yang saya bayangkan, karena tokonya tidak besar, karyawan di toko harus mengetahui semua pekerjaan, dan mayoritas tamu berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Saya tidak mengerti sama sekali, tetapi saya tahu pekerjaan ini diperoleh dengan susah payah dan tidak bisa menyerah dengan mudah. Saya mengandalkan Tuhan untuk belajar. Bos serta rekan kerja saya juga dengan sabar mengajari saya. Setelah beberapa waktu, kemampuan saya dalam mendengarkan bahasa Inggris telah meningkat pesat, dan saya secara bertahap menguasai pekerjaan ini. Bos memuji saya beberapa kali: "Kamu tampaknya sangat berbakat dalam mempelajari hal-hal ini dan menguasainya dengan cepat!" "Layanan kamu sangat menyeluruh, pelanggan sangat puas, kamu harus bekerja keras!" Mendengarkan pujian ini, saya tahu dalam hati bahwa semua ini adalah hasil yang dicapai dengan mengandalkan Tuhan dan memandang kepada Tuhan, terima kasih Tuhan!
Belakangan, saat mengobrol dengan bos, saya mengetahui bahwa bos juga seorang Kristen, dan ketika saya bergaul dengan dia, saya merasa bahwa kemanusiaannya baik dan dia adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Jadi, saya memberitakan pekerjaan Tuhan di akhir zaman kepadanya. Setelah beberapa penyelidikan, bos dengan senang hati menerimanya. Baru saat itulah aku mengerti bahwa pekerjaan yang sulit didapatkan ini memang memiliki kehendak Tuhan, ternyata ada amanat Tuhan yang menunggu saya.
Testimonial
Sampai saat ini, melihat kembali pengalaman mencari pekerjaan ini, saya pernah tersandung, dan jatuh bangun; saya pernah memiliki kepercayaan diri, pernah kecewa, pernah mengeluh dan salah paham terhadap Tuhan, tetapi tidak peduli seberapa bebalnya saya dan seberapa banyak kecurigaan yang saya miliki, Tuhan tidak pernah menyerah pada saya. Selama ini, Tuhan dengan saksama mengatur lingkungan untuk membawa saya ke dalam kebenaran, membuat saya mengenal kerusakan saya sendiri, dan dapat benar-benar mengandalkan Tuhan, sehingga saya dapat melihat perbuatan Tuhan. Hati Tuhan terlalu indah, Tuhan itu terlalu setia! Pada saat yang sama, Dia membuat saya menyadari secara mendalam bahwa mengandalkan Tuhan dan memandang kepada Tuhan dalam segala hal adalah kebijaksanaan terbesar, bahwa menunggu, mencari, dan menaati Tuhan adalah pilihan yang paling bijaksana! Amin!