Menu

Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia
00:00/ 00:00

Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia

00:00
00:00

Sebagai anggota umat manusia dan orang Kristen yang taat, kitalah yang bertanggung jawab dan wajib untuk mempersembahkan pikiran dan tubuh kita untuk memenuhi amanat Tuhan, sebab seluruh keberadaan kita berasal dari Tuhan dan kita ada berkat kedaulatan Tuhan. Apabila pikiran dan tubuh kita bukan dipersembahkan untuk amanat Tuhan dan bukan untuk perjuangan kebenaran bagi umat manusia, maka jiwa kita tidak akan layak bagi mereka yang telah menjadi martir demi amanat Tuhan, bahkan lebih tidak layak lagi bagi Tuhan, yang telah menyediakan segalanya untuk kita.

Tuhan menciptakan dunia ini. Ialah yang menciptakan umat manusia, dan bahkan Ialah perancang kebudayaan Yunani kuno dan peradaban manusia. Hanya Tuhan yang menghibur umat manusia dan hanya Tuhan yang peduli pada umat manusia ini siang dan malam. Perkembangan dan kemajuan manusia tidak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan, dan sejarah serta masa depan umat manusia berkaitan erat dengan rancangan-rancangan Tuhan. Apabila engkau seorang Kristen sejati, engkau tentu akan percaya bahwa kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa terjadi sesuai dengan rancangan Tuhan. Hanya Tuhan sendiri yang mengetahui nasib sebuah negara atau bangsa, dan hanya Tuhan sendiri yang mengendalikan perjalanan umat manusia ini. Jika umat manusia ingin mendapatkan nasib yang baik, jika suatu negara ingin mendapatkan nasib yang baik, manusia harus sujud menyembah kepada Tuhan, bertobat dan mengaku di hadapan Tuhan. Jika tidak, nasib dan tempat tujuan manusia tak ayal lagi akan berakhir dalam malapetaka.

Lihatlah kembali ke zaman bahtera Nuh: Umat manusia sudah sangat rusak, menyimpang dari berkat Tuhan, tidak lagi dipedulikan oleh Tuhan, dan telah kehilangan janji-janji Tuhan. Mereka hidup dalam kegelapan, tanpa terang Tuhan. Sewajarnya sifat mereka menjadi tak bermoral, membiarkan diri mereka terperosok dalam kerusakan yang mengerikan. Orang-orang seperti ini tidak bisa lagi menerima janji Tuhan. Mereka tidak layak untuk menyaksikan wajah Tuhan, ataupun mendengar suara Tuhan karena mereka telah meninggalkan Tuhan, mencampakkan segala yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka, dan melupakan ajaran-ajaran Tuhan. Hati mereka semakin lama semakin melenceng dari Tuhan, dan bersamaan dengan itu, mereka menjadi sangat bobrok melampaui segala alasan dan kemanusiaan, dan mereka menjadi semakin jahat. Dengan begitu, mereka menjadi semakin dekat dengan kematian, dan jatuh ke dalam murka dan hukuman Tuhan. Hanya Nuh yang menyembah Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan karena itu dia dapat mendengar suara Tuhan, dan mendengar petunjuk-petunjuk Tuhan. Dia membangun bahtera itu berdasarkan petunjuk firman Tuhan, dan mengumpulkan segala macam makhluk hidup. Lalu, setelah semuanya siap, Tuhan melepaskan penghancuran-Nya atas dunia. Hanya Nuh dan tujuh anggota keluarganya yang selamat dari penghancuran ini, karena Nuh menyembah Yahweh dan menjauhi kejahatan.

Lalu lihatlah ke zaman sekarang ini: Orang benar seperti Nuh, yang menyembah Tuhan dan menjauhi kejahatan, tidak ada lagi. Namun, Tuhan masih bermurah hati terhadap umat manusia ini, dan meluputkan umat manusia di akhir zaman ini. Tuhan menantikan kemunculan orang-orang yang merindukan-Nya. Ia mencari orang-orang yang dapat mendengar firman-Nya, orang-orang yang tidak melupakan amanat-Nya, dan mempersembahkan hati dan tubuh mereka kepada-Nya. Ia mencari orang-orang yang begitu taat seperti orang yang lugu di hadapan-Nya, dan tidak menolak-Nya. Jika engkau dapat mengabdi kepada Tuhan tanpa dihalangi oleh kekuatan apa pun, Tuhan akan memandang engkau dan berkenan, dan akan melimpahkan berkat-Nya kepada engkau. Jika engkau termasuk orang yang terkemuka, bereputasi tinggi, mempunyai banyak pengetahuan, memiliki harta yang melimpah, dan didukung oleh banyak orang, namun semuanya ini tidak menghalangi engkau untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima panggilan-Nya dan amanat-Nya, untuk melakukan apa yang diminta-Nya dari engkau, semua yang engkau lakukan akan sangat berarti di bumi dan sungguh benar bagi umat manusia. Jika engkau menampik panggilan Tuhan karena alasan kedudukan dan tujuan engkau sendiri, semua yang engkau lakukan itu akan dikutuk dan bahkan dibenci oleh Tuhan. Mungkin engkau seorang pimpinan tertinggi, ilmuwan, pendeta, atau penatua, tetapi tak peduli betapa tinggi jabatan engkau, bila engkau mengandalkan pengetahuan dan kemampuan engkau sendiri dalam usaha engkau, engkau akan selalu menjadi orang yang gagal. Engkau akan selalu kehilangan berkat-berkat Tuhan, sebab Tuhan tidak menerima apa pun yang engkau lakukan, dan Ia tidak mengakui karier engkau sebagai pekerjaan yang benar, atau menerima bahwa engkau bekerja untuk kebaikan umat manusia. Ia akan berkata bahwa segala yang engkau lakukan itu menggunakan pengetahuan dan kekuatan umat manusia untuk merampas manusia dari perlindungan Tuhan, dan untuk memungkiri berkat-berkat Tuhan. Ia akan berkata bahwa engkau sedang membimbing umat manusia menuju kegelapan, menuju kematian, dan mengawali terbentuknya makhluk yang tidak mengenal batasan-batasan, yaitu manusia yang telah kehilangan Tuhan dan berkat-Nya.

Sejak manusia mulai memiliki ilmu-ilmu sosial, pikiran manusia dipenuhi dengan ilmu dan pengetahuan. Lalu, ilmu dan pengetahuan menjadi alat yang digunakan untuk memerintah umat manusia, sehingga tidak ada lagi ruang yang cukup bagi manusia untuk menyembah Tuhan, dan tidak ada lagi suasana yang mendukung penyembahan kepada Tuhan. Kedudukan Tuhan turun semakin jauh di dalam hati manusia. Dunia dalam hati manusia yang tidak memiliki tempat untuk Tuhan adalah gelap, kosong, dan tanpa pengharapan. Lalu, muncullah banyak ilmuwan sosial, ahli sejarah, dan politisi yang mengungkapkan teori-teori ilmu sosial, teori evolusi manusia, serta teori-teori lainnya yang bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk memenuhi hati dan pikiran manusia. Dengan demikian, jumlah orang yang percaya bahwa Tuhan yang menciptakan segalanya itu menjadi semakin sedikit, sementara orang yang percaya pada teori evolusi menjadi semakin banyak jumlahnya. Semakin lama semakin banyak orang yang menganggap catatan tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya pada zaman Perjanjian Lama sebagai mitos dan Dongeng. Di dalam hati mereka, orang menjadi acuh tak acuh pada martabat dan kebesaran Tuhan, pada prinsip bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas segala hal. Kelangsungan umat manusia dan nasib negara-negara serta bangsa-bangsa tidak penting lagi bagi mereka. Manusia hidup dalam dunia hampa yang hanya mengurusi makan, minum, dan mengejar kesenangan. ... Hanya sedikit orang yang menyadari kewajibannya untuk menyelidiki tempat Tuhan melakukan pekerjaan-Nya saat ini atau mencari tahu bagaimana Ia mengendalikan dan mengatur tempat tujuan manusia. Dengan demikian, tanpa diketahui manusia, peradaban manusia tanpa disadari menjadi semakin tak mampu berjalan sesuai keinginan-keinginan manusia. Bahkan banyak orang merasa bahwa, dengan hidup di dunia seperti ini, mereka tidak lebih bahagia dibandingkan orang-orang yang sudah meninggal. Orang-orang yang berasal dari negara-negara yang tadinya berperadaban tinggi pun mengutarakan keluhan seperti ini. Tanpa tuntunan Tuhan, berapa banyak pun penguasa dan ahli sosiologi yang memutar otak mereka untuk melestarikan peradaban manusia, semuanya sia-sia saja. Tidak seorang pun dapat mengisi kekosongan dalam hati manusia sebab tidak seorang pun dapat menjadi hidup manusia, dan tidak ada teori sosial yang dapat membebaskan manusia dari kekosongan yang dideritanya. Ilmu, pengetahuan, kebebasan, demokrasi, kesenangan, hiburan, semuanya ini hanyalah penundaan sementara. Bahkan dengan semuanya ini, manusia tanpa terelakkan pasti akan berdosa dan meratapi ketidakadilan yang ada di masyarakat. Hal-hal ini tidak dapat mengekang keinginan dan hasrat manusia untuk mencari, karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan pengorbanan serta pencarian manusia yang sia-sia hanya akan membawa manusia pada semakin banyak kesedihan. Manusia akan terus-menerus berada dalam ketakutan, tidak akan tahu bagaimana cara menghadapi masa depan umat manusia, atau bagaimana cara menghadapi perjalanan yang ada di depannya. Manusia akhirnya akan merasa takut terhadap ilmu dan pengetahuan, dan bahkan lebih takut lagi terhadap rasa kosong yang ada di dalam dirinya. Di dunia ini, terlepas dari engkau tinggal di negara yang menganut kebebasan ataupun negara yang tidak mengakui hak asasi manusia, engkau sama sekali tak dapat meluputkan diri dari nasib umat manusia. Baik engkau yang memerintah ataupun yang diperintah, engkau sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari keinginan untuk menyelidiki nasib, misteri, dan tempat tujuan umat manusia. Apalagi melepaskan diri engkau dari perasaan kosong yang meresahkan. Fenomena seperti ini, yang lazim dialami oleh semua umat manusia, disebut fenomena sosial oleh para ahli sosiologi, tetapi belum ada satu pun orang hebat yang mampu memecahkan masalah tersebut. Manusia, bagaimana pun juga, hanyalah manusia. Kedudukan dan kehidupan Tuhan tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Umat manusia bukan hanya memerlukan masyarakat yang adil, tempat setiap orang mendapat cukup makanan dan diperlakukan dengan setara serta mendapat kebebasan, tetapi juga keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya atas kehidupan mereka. Hanya ketika manusia menerima keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya atas kehidupan mereka, barulah kebutuhan, keinginan mencari, dan kekosongan rohani manusia dapat terpenuhi. Jika rakyat suatu negara atau suatu bangsa tidak dapat menerima keselamatan dan pemeliharaan Tuhan, maka negara atau bangsa seperti itu akan berada di jalan menuju kehancuran, menuju kegelapan, dan akan dimusnahkan oleh Tuhan.

Mungkin negara engkau saat ini makmur, tetapi bila engkau biarkan rakyat engkau menyimpang dari Tuhan, negara engkau dengan sendirinya akan semakin kehilangan berkat-berkat Tuhan. Peradaban negara engkau akan semakin terinjak-injak, dan tak lama kemudian, rakyat akan bangkit melawan Tuhan dan mengutuk Surga. Demikianlah, nasib suatu negara tanpa sadar akan dibawa pada kehancuran. Tuhan akan membangkitkan negara-negara yang berkuasa untuk menangani negara-negara yang telah dikutuk Tuhan, dan bahkan mungkin menghapuskan mereka dari muka bumi. Kebangkitan dan kejatuhan suatu negara atau bangsa dilandaskan pada apakah penguasanya menyembah Tuhan, dan apakah mereka mengarahkan rakyatnya untuk mendekat kepada Tuhan dan menyembah-Nya. Namun, di akhir zaman ini, karena orang yang sungguh-sungguh mencari dan menyembah Tuhan semakin jarang, Tuhan melimpahkan perkenanan khusus pada negara-negara yang menjadikan Kristen sebagai agama negara. Ia mengumpulkan mereka untuk membentuk kumpulan yang relatif benar di dunia, sementara negara-negara ateis atau orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang benar menjadi lawan terhadap kumpulan yang benar ini. Dengan demikian, Tuhan bukan hanya mendapat tempat di tengah-tengah umat manusia untuk melakukan pekerjaan-Nya, tetapi juga mendapatkan negara-negara yang dapat menjalankan otoritas benar untuk menjatuhkan sanksi dan pembatasan pada negara-negara yang menentang Tuhan. Namun demikian, orang yang datang menghadap untuk menyembah Tuhan tetap tidak bertambah banyak, karena manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari-Nya, dan Tuhan sudah terlalu lama tidak hadir dalam pikiran manusia. Jadi, yang tersisa di bumi hanyalah negara-negara yang mengerjakan kebenaran dan menentang ketidakbenaran. Namun, hal ini jauh dari keinginan Tuhan, sebab tidak ada penguasa negara yang akan mengizinkan Tuhan memimpin atas rakyatnya, dan tidak ada partai politik yang akan mengumpulkan rakyatnya untuk menyembah Tuhan. Tuhan telah kehilangan tempatnya yang sah di hati setiap negara, bangsa, kelompok yang memerintah, dan bahkan di hati setiap orang. Meskipun kekuatan benar memang ada di dunia ini, pemerintahan yang tidak memberi tempat bagi Tuhan di hati manusia sifatnya rapuh. Tanpa berkat Tuhan, arena politik akan masuk ke dalam kehancuran dan menjadi rentan terhadap serangan. Bagi umat manusia, berada dalam keadaan tanpa berkat Tuhan sama seperti tidak mendapat sinar matahari. Tak peduli betapa tekun pemerintah berusaha memberikan kontribusi kepada rakyatnya, terlepas dari berapa banyak pertemuan untuk kebenaran diadakan oleh umat manusia, tidak satu pun upaya ini akan membalikkan atau mengubah nasib umat manusia. Manusia beranggapan bahwa sebuah negara yang rakyatnya mendapat cukup makanan dan pakaian, yang hidup bersama dengan damai, adalah negara yang baik dan memiliki kepemimpinan yang baik. Namun, Tuhan tidak berpikir demikian. Ia beranggapan bahwa sebuah negara yang di dalamnya tidak ada satu orang pun yang menyembah Dia adalah negara yang akan dimusnahkan-Nya. Cara berpikir manusia sangat bertentangan dengan cara berpikir Tuhan. Bila seorang kepala negara tidak menyembah Tuhan, nasib negaranya akan tragis, dan negara itu tidak akan memiliki tempat tujuan.

Tuhan tidak ikut campur dalam politik manusia, namun nasib suatu negara atau bangsa dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan mengendalikan dunia ini dan seluruh alam semesta. Nasib manusia dan rencana Tuhan sangat erat berkaitan, dan tidak ada manusia, negara, atau bangsa yang terlepas dari kedaulatan Tuhan. Jika manusia ingin mengetahui nasibnya, dia harus datang ke hadapan Tuhan. Tuhan akan membuat orang-orang yang mengikuti dan menyembah-Nya menjadi berhasil, dan akan membuat orang-orang yang menentang dan menolak-Nya menjadi mundur dan binasa.

Coba ingatlah peristiwa di dalam Alkitab ketika Tuhan melakukan penghancuran atas Sodom, dan renungkan juga bagaimana istri Lot menjadi tiang garam. Coba ingat kembali bagaimana orang Niniwe bertobat dari dosa-dosa mereka dengan mengenakan kain kabung dan abu, dan ingatlah peristiwa apa yang terjadi setelah orang Yahudi memakukan Yesus di kayu salib 2.000 tahun yang lalu. Orang Yahudi dibuang dari Israel dan melarikan diri ke berbagai negara di seluruh dunia. Banyak yang terbunuh, dan seluruh bangsa Yahudi dihadapkan pada penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka telah memakukan Tuhan di kayu salib—melakukan dosa yang sangat keji—dan memprovokasi watak Tuhan. Mereka harus membayar apa yang telah mereka lakukan, harus menanggung akibat perbuatan mereka. Mereka mengutuk Tuhan, menolak Tuhan, dan karena itu mereka hanya dapat memiliki satu nasib: dihukum oleh Tuhan. Inilah akibat pahit dan bencana yang dibuat penguasa mereka atas negara dan bangsa mereka.

Saat ini, Tuhan telah kembali ke dunia untuk melakukan pekerjaan-Nya. Perhentian pertamanya adalah perhimpunan besar para penguasa diktator: Tiongkok, benteng ateisme yang kokoh. Tuhan telah mendapatkan sekelompok orang melalui hikmat dan kuasa-Nya. Selama jangka waktu itu, Ia diburu oleh partai yang memerintah Tiongkok dengan segala cara dan dihadapkan pada penderitaan besar, tanpa tempat untuk meletakkan kepala-Nya dan tanpa tempat untuk berteduh. Meskipun demikian, Tuhan masih terus melanjutkan pekerjaan yang ingin dilakukan-Nya: Ia memperdengarkan suara-Nya dan menyebarkan kabar baik. Tak ada yang bisa menyelami kemahakuasaan Tuhan. Di Tiongkok, negara yang menganggap Tuhan sebagai musuh, Tuhan tak pernah berhenti bekerja. Sebaliknya, semakin banyak orang menerima pekerjaan dan firman-Nya, sebab Tuhan melakukan segala yang dapat diperbuat-Nya untuk menyelamatkan setiap anggota umat manusia. Kita percaya bahwa tidak ada negara atau kuasa apa pun yang dapat menghalangi tujuan yang ingin dicapai Tuhan. Orang-orang yang menghalangi pekerjaan Tuhan, menentang firman Tuhan, mengganggu dan mengacaukan rencana Tuhan pada akhirnya akan dihukum oleh Tuhan. Dia yang menentang pekerjaan Tuhan pasti akan dikirim ke neraka; setiap negara yang menentang pekerjaan Tuhan akan dihancurkan; setiap bangsa yang bangkit untuk menentang pekerjaan Tuhan akan dihapuskan dari bumi ini, dan akan lenyap. Aku mendorong orang dari segala bangsa, negara, dan bahkan industri untuk mendengarkan suara Tuhan, untuk mengamati pekerjaan Tuhan, untuk memperhatikan nasib umat manusia. Dengan demikian Tuhan menjadi yang paling kudus, paling terhormat, paling tinggi, dan satu-satunya Tuhan yang disembah di tengah-tengah umat manusia, dan membuat seluruh umat manusia dapat hidup dalam berkat Tuhan, seperti keturunan Abraham hidup dalam janji Yahweh, dan seperti Adam dan Hawa, yang pada mulanya diciptakan oleh Tuhan, hidup di dalam Taman Eden.

Pekerjaan Tuhan itu bagaikan gelombang yang membubung dengan dahsyatnya. Tak ada seorang pun yang dapat menahan-Nya, dan tak ada seorang pun yang dapat menghentikan gerak langkah-Nya. Hanya orang yang baik-baik mendengarkan firman-Nya, mencari dan haus akan Ia, yang dapat mengikuti gerak langkah-Nya dan menerima janji-Nya. Orang-orang yang tidak melakukannya akan dihadapkan pada bencana yang dahsyat dan hukuman yang pantas.

Tinggalkan komentar