10 Perintah Tuhan dan Penjelasannya: Panduan untuk Hidup Secara Bijaksana
Dalam masyarakat modern, kita sering kali tersesat dalam godaan materi dan kesibukan duniawi. Namun, Sepuluh Perintah Tuhan adalah pelita bagi kehidupan kita yang indah, menunjukkan jalan bagi kita untuk menjalani kehidupan yang bijaksana. Baca Sepuluh Perintah Tuhan dan penjelasannya, mari kita bersama-sama menelusuri makna mendalamnya!
1. Perintah Pertama: “Akulah Yahweh, Tuhanmu yang membawa engkau keluar dari perbudakan di Mesir. Jangan ada padamu tuhan lain di hadapan-Ku.” (Ulangan 5:6-7)
Perintah ini menyatakan kepada manusia keberadaan dan posisi unik Tuhan. Di Mesir kuno, bangsa Israel hidup di bawah perbudakan, menderita penindasan dan penderitaan. Namun, Tuhan menuntun mereka keluar dari situ dan menempatkan mereka di jalan menuju kebebasan. Sejarah ini memberi tahu kita bahwa Yahweh adalah pemimpin sejati dalam kehidupan kita, penyelamat dan pembebas kita. Kita hidup di dunia yang rumit di mana segala macam hal dan orang berebut untuk mendapatkan perhatian dan kekaguman kita. Akibatnya, kita sering tersesat dalam keinginan materi, godaan ketenaran dan kekayaan, atau penyembahan berhala. Ketika kita merenungkan makna perintah ini, maka kita akan memahami bahwa hanya Tuhanlah pemilik hati kita yang paling sejati dan teguh, serta mampu memberi kita makna dan nilai dari hidup yang sesungguhnya. Di dalam Dia, kita dapat menemukan kedamaian dan kepuasan batin.
Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa kita tidak boleh mempunyai tuhan lain selain Tuhan yang unik. Mari kita mengutamakan Tuhan dalam hidup kita dan membiarkan Firman-Nya menjadi pedoman hidup kita. Dengan cara ini, apapun pilihan dan tantangan yang kita hadapi, kita dapat tetap berada di jalan yang benar dan bergerak menuju masa depan yang cerah.
2. Perintah Kedua: “Jangan membuat berhala dalam bentuk apa pun yang ada di langit di atas atau di bumi di bawah atau di dalam air di bawah. Jangan menyembahnya atau melayaninya, karena Aku, Yahweh, Tuhanmu, adalah Tuhan yang cemburu, yang membalaskan kejahatan ayah kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku; Dan menunjukkan belas kasihan kepada ribuan orang yang mengasihi Aku dan yang berpegang kepada perintah-perintah-Ku” (Ulangan 5:8-10).
Dalam ayat Alkitab ini, Tuhan dengan jelas melarang manusia membuat berhala dan memperingatkan manusia untuk tidak menyembahnya. Kita harus menyembah satu Tuhan yang benar dan tidak menyerah pada berhala manapun. Namun dalam kehidupan nyata, kita mungkin "memahat berhala" dan menganggap materi, ketenaran, kekayaan, kekuasaan, dan lain-lain sebagai hal yang terlalu penting. Kita bahkan mungkin memujanya dan menganggapnya sebagai pusat dan pengejaran hidup yang tertinggi. Ketika kita tersesat dalam penyembahan berhala, kita sering kehilangan arah hidup, kehilangan kedamaian dan ketenangan batin. Ini akan membuat kita terjerumus ke dalam perasaan negatif seperti keserakahan, kecemburuan, ketakutan, dll, dan tidak akan mampu menemukan kebahagiaan dan kepuasan sejati. Tuhan adalah Tuhan yang membenci kejahatan. Dia tidak ingin kita menaruh hati kita pada berhala kosong. Sebaliknya, Dia ingin kita memusatkan pikiran dan usaha kita pada-Nya dan menjalin hubungan yang nyata dengan-Nya. Hanya ketika kita benar-benar mengenalnya dan takut akan Tuhan, kita dapat menemukan kedamaian dan kepuasan batin serta menjauhi penyembahan berhala. Pada saat yang sama, perintah ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan itu adil dan penuh kasih setia. Tuhan melimpahkan kasih setia terhadap mereka yang benar-benar mengasihi-Nya dan menaati perintah-perintah-Nya, sampai ribuan generasi. Ini merupakan anugerah dan berkat yang tak tertandingi, yang membuat kita bisa merasakan kasih dan kepedulian Tuhan secara mendalam.
Oleh karena itu, kita perlu merenungkan kehidupan kita untuk melihat apakah kita telah melanggar perintah ini, apakah kita terlalu terobsesi dengan hal-hal materi dan mengabaikan kebutuhan rohani, apakah kita telah melanggar ajaran Tuhan demi mengejar keuntungan pribadi, dan apakah kita telah melupakan hal yang sesungguhnya penting, yaitu hubungan kita dengan Tuhan dan ketundukan kita kepada-Nya. Hanya ketika kita menjauhi berhala dan benar-benar mencari dan mengejar Tuhan, kita dapat menemukan kebahagiaan dan kepuasan sejati, serta memulai jalan menuju penyembahan yang benar.
3. Perintah Ketiga: “Jangan menggunakan nama Yahweh Tuhanmu dengan sia-sia, karena Tuhan akan menganggap bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” (Ulangan 5:11)
Dalam perintah ini Tuhan memperingatkan kita untuk tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, dan mereka yang menyebut nama Tuhan dengan sembarangan tidak akan luput dari hukuman. Ini adalah perintah yang tampaknya sederhana namun sangat penting, karena mengingatkan kita untuk menghormati dan takut akan nama Tuhan, memperlakukan nama Tuhan dengan hati-hati dalam perkataan dan perbuatan kita, dan tidak mudah menyalahgunakan nama kudus Tuhan. Karena nama Tuhan mewakili pekerjaan yang Tuhan lakukan dan watak yang Tuhan ungkapkan ketika Dia bekerja. Kita tidak bisa menggunakan nama Tuhan untuk ejekan dan makian, atau dalam kata-kata yang diucapkan sesuka hati. Ini adalah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, yang bukan hanya tidak menghormati Tuhan, tetapi juga merupakan penghujatan terhadap nama kudus Tuhan, yang akan mendatangkan murka dan hukuman Tuhan.
Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan kita, menghindari menyebut nama Tuhan pada kesempatan dan situasi yang tidak pantas, juga jangan sembarangan mengaitkan nama Tuhan dengan hal-hal duniawi, agar tidak menodai martabat Tuhan dan mendatangkan hukuman-Nya.
Semoga kita mengingat perintah ini dalam kehidupan kita sehari-hari dan tidak meremehkan nama Tuhan. Menghormati nama Tuhan merupakan perwujudan dari penghormatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan, dan juga melambangkan ketulusan kita dalam menerima pekerjaan penyelamatan Tuhan. Marilah kita memperlakukan nama Tuhan dengan penuh rasa hormat dan kasih, sehingga hidup kita akan semakin penuh dengan berkat dan rahmat Tuhan.
4. Perintah Keempat: "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Yahweh, Tuhanmu" (Ulangan 5:12).
Di dunia yang sibuk ini, kita selalu mengejar waktu, kesuksesan, dan materi. Kita sering terganggu oleh pekerjaan, studi, dan berbagai aktivitas sosial. Kita jarang punya waktu untuk berhenti dan membaca firman Tuhan, merindukan kasih Tuhan, dan merenungkan keyakinan diri sendiri. Akibatnya, hubungan kita dengan Tuhan menjadi semakin jauh, dan bahkan tidak bisa merasakan penyertaan dan berkat Tuhan dalam hidup. Hari Sabat memberi kita kesempatan, waktu untuk berhenti dan berpikir. Namun hari Sabat bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa, melainkan memberi kita waktu untuk memperlambat langkah kita, dan merenungkan iman dan kehidupan kita. Hari Sabat mengingatkan kita bahwa hidup bukan sekadar untuk kesibukan dan pekerjaan, tetapi ada hal yang lebih penting, seperti menenangkan hati untuk membaca firman Tuhan, berbagi pengalaman dan pemahaman akan firman Tuhan kepada keluarga dan teman, menikmati pemandangan alam yang diciptakan oleh Tuhan, dan lain-lain. Kegiatan ini tidak hanya membantu kita rileks, tetapi juga membuat kita lebih bersyukur dan menghargai keindahan dalam hidup. Yang terpenting, hari Sabat adalah waktu yang penting bagi kita untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Melalui melepaskan hal-hal sepele dalam hidup dan mendengarkan Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita dapat menemukan kedamaian dan kepuasan dalam hati kita. Melalui merefleksikan keyakinan dan pengejaran kita sendiri serta memahami kelemahan dan kekurangan kita sendiri, kita dapat lebih mengejar kebenaran Tuhan dan memperkaya kehidupan rohani kita, serta lebih dekat dengan Tuhan. Pada hari ini, kita dapat menghidupkan kembali kasih dan iman kita kepada Tuhan, dan membiarkan Firman-Nya menjadi panduan dan sumber kekuatan dalam hidup kita.
Oleh karena itu, marilah kita memeriksa kembali cara hidup kita, mencari habitat rohani, dan menemukan kedamaian dan ketenangan batin di hari Sabat. Di hari istimewa ini, kita beserta Tuhan, bagikan kasih Tuhan kepada keluarga dan teman kita, serta rasakan indahnya hidup dan rahmat ilahi, sehingga kita benar-benar dapat merasakan makna hari Sabat, dan di dalamnya menemukan makanan rohani dan kekuatan yang diperbarui.
5. Perintah Kelima: “Hormatilah ayah dan ibumu, seperti yang diperintahkan Yahweh, Tuhanmu, supaya lanjut usiamu di tanah yang diberikan Yahweh, Tuhanmu, kepadamu.” (Ulangan 5:16)
Ini adalah perintah kuno dan mendalam, yang mengungkapkan hubungan erat antara menghormati orang tua dan umur panjang. Menghormati orang tua bukan hanya sekadar semacam norma moral, tetapi juga merupakan semacam kelebihan dari kemanusiaan. Dalam proses menghormati orang tua, kita belajar bersyukur atas didikan mereka, merasakan kehangatan dan kekuatan dari keluarga, mendapatkan pengakuan dari orang tua, serta mendapatkan kasih dan perhatian Tuhan. Tuhan memberkati mereka yang menghormati orang tuanya, membiarkan mereka berumur panjang di bumi dan menikmati semua kebaikan yang Tuhan berikan kepada mereka. Menghormati orang tua dapat membantu kita membangun keharmonisan dan kebahagiaan keluarga, merasakan cinta dan dicintai dengan lebih baik, serta membuat hati kita tenang dan puas. Menghormati orang tua adalah salah satu kunci untuk menjadi manusia yang lebih baik dan menjadi landasan untuk menciptakan kehidupan yang indah. Menghormati orang tua bukan hanya untuk membalas kebaikan orang tua kita dalam membesarkan kita, tetapi juga untuk menaati perintah Tuhan. Dalam proses ini, kita takut akan Tuhan dan mengakui Tuhan sebagai Penguasa dan Pemberi berkat dalam hidup kita. Oleh karena itu, menghormati orang tua juga merupakan bagian dari hubungan kita dengan Tuhan dan merupakan kesaksian tentang kehidupan iman kita. Namun hal ini hanya berlaku bagi orang tua yang memiliki kemanusiaan yang baik, mendukung kita dalam menempuh jalan beriman kepada Tuhan, dan sering kali dapat mendorong kita untuk mengenal Tuhan dan takut akan Tuhan. Sementara orang tua yang membenci Tuhan, menentang Tuhan, dan berusaha sekuat tenaga mencegah kita mengambil jalan beriman kepada Tuhan, harus diperlakukan secara berbeda.
Oleh karena itu, semoga kita selalu mengingat perintah ini dengan hati yang bersyukur, menggunakan tindakan untuk peduli dengan kebutuhan orang tua kita, dan membalas anugerah pengasuhan orang tua kita dalam kasih Tuhan. Dengan cara ini, kita tidak hanya akan menerima berkat dari Tuhan, tetapi juga akan memperoleh lebih banyak kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.
6. Perintah Keenam:“Engkau tidak boleh membunuh.” (Ulangan 5:17)
Ini adalah perintah yang sederhana namun mendalam, mengandung makna dan nilai yang mendalam dalam kehidupan. Hidup itu berharga. Hidup adalah kekayaan kita yang paling berharga dan anugerah paling berharga yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap orang harus menghargainya dan memikul tanggung jawab untuk melindungi kehidupan. Namun, dalam masyarakat saat ini, kita sering mendengar berita tentang perang, kekerasan, kebencian dan konflik. Orang-orang sepertinya sudah melupakan betapa berharganya hidup dan mengabaikan perintah yang paling mendasar ini. Ketika kekerasan dan kebencian merajalela, kehidupan seringkali akan menjadi rapuh. Bukan hanya dalam peperangan saja, bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri untuk tidak meremehkan hidup. Impulsif sesaat atau hilangnya kendali sesaat dari seseorang mungkin dapat menyebabkan kerugian besar atau bahkan kematian bagi nyawa orang lain. Ada banyak kontradiksi dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus lebih sering datang ke hadapan Tuhan, membiarkan firman Tuhan membimbing perkataan dan perbuatan kita, dan belajar untuk menyelesaikannya dengan rasionalitas dan toleransi daripada kekerasan dan kebencian. Perintah ini juga mengingatkan kita untuk menjauhi tidak hanya tindakan kekerasan, tetapi juga menjauhi tindakan yang menyakiti hati orang dengan perkataan atau melukai perasaan orang lain. Kita dapat memilih untuk bertoleransi, mengerti dan peduli dengan sesama dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga setiap orang dapat merasakan kasih dan perhatian, serta menikmati martabat dan nilai hidup.
Oleh karena itu, hendaklah kita masing-masing mengingat perintah ini, menghargai hidup, menjauhi kekerasan dan kebencian, serta menggunakan kasih dan toleransi Tuhan untuk menyelesaikan kontradiksi dan konflik sehingga kita semua dapat menikmati keindahan dan makna hidup.
7. Perintah Ketujuh:“Engkau tidak boleh melakukan perzinahan.” (Ulangan 5:18)
Perintah ini dengan jelas memerintahkan kita untuk tidak melakukan perzinahan. Ini adalah perintah tentang kesucian dan rasa hormat. Ini mengingatkan kita untuk menjaga sikap yang murni dan sehat dalam hubungan interpersonal kita. Ini juga mengungkapkan esensi kudus Tuhan, Tuhan membenci perzinahan manusia. Namun di dunia yang gelap dan jahat ini, orang-orang mendorong terjadinya kejahatan, meninggalkan nilai-nilai moral dan etika, serta mengabaikan perintah-perintah Tuhan, sehingga menyebabkan semakin banyak kejahatan dan kebobrokan umat manusia. Perzinahan bukan hanya pengkhianatan terhadap tubuh, tetapi juga melukai jiwa. Itu telah menghancurkan keharmonisan keluarga, melukai perasaan orang lain, mengikis hati nurani diri sendiri, serta membuat Tuhan benci dan jijik. Ketika kita melanggar perintah Tuhan ini, menyimpang dari prinsip-prinsip moral yang murni, dan mengejar kenikmatan fisik, kita sering kali akan membayar harga yang mahal, yaitu telah kehilangan kebahagiaan dan kepuasan sejati. Kita harus menaati perintah Tuhan, menghargai tubuh kita, menghormati martabat orang lain, dan mempertahankan kesetiaan dalam pernikahan. Pada saat yang sama, kita juga harus waspada terhadap godaan, berpegang teguh pada prinsip-prinsip kita, dan tidak membiarkan godaan dari kerusakan moral menggerogoti jiwa kita.
Oleh karena itu, kiranya kita selalu mengingat perintah ini karena itu merupakan kehendak Tuhan dan merupakan jaminan penting bagi kita untuk menjaga keharmonisan keluarga dan hubungan kita dengan Tuhan. Marilah kita menaati perintah Tuhan, menjauhi segala perilaku yang tidak bermoral dan tidak sehat, menghadapi hubungan interpersonal dengan sikap yang ikhlas dan murni, serta menciptakan masa depan yang penuh kasih dan indah.
8. Perintah Kedelapan:“Engkau tidak boleh mencuri.” (Ulangan 5:19)
Perintah ini dengan jelas memberitahu kita untuk tidak mencuri. Ini adalah perintah kuno dan berharga, dan adalah kode moral tentang kejujuran dan integritas. Perintah ini mengingatkan kita untuk tetap berpegang pada garis dasar moral, mematuhi aturan dan hukum dalam hidup, tidak boleh merampas milik orang lain, jangan merugikan orang lain karena keinginan egois, harus menghargai hasil jerih payah orang lain, dan membangun hubungan integritas dan kepercayaan dengan orang lain. Pencurian bukan hanya melanggar harta milik orang lain, tetapi juga merusak hati nurani diri sendiri. Ketika kita menggunakan pencurian sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan pribadi, kita tidak hanya merugikan kepentingan orang lain, tetapi juga kehilangan martabat dan kebebasan kita sendiri, dan terikat oleh dosa serta tidak mampu melepaskan diri darinya.
Oleh karena itu, marilah kita selalu mengingat perintah ini, jadikan kejujuran dan integritas sebagai pedoman perilaku kita, berpegang teguh pada prinsip dalam menghadapi godaan, jauhi pencurian, dan gunakan kejujuran dan kerja keras untuk memenangkan martabatmu sendiri dan rasa hormat orang lain.
9. Perintah Kesembilan:“Engkau tidak boleh mengatakan kesaksian palsu tentang sesamamu.” (Ulangan 5:20)
Di dunia yang bising ini, kejujuran dan integritas tampaknya sudah menjadi kualitas yang langka. Namun, perintah ini mengingatkan kita untuk berterus terang dan jujur dalam perkataan dan perbuatan kita, menjaga kesaksian kita yang benar, dan menjunjung keadilan dan kebenaran. Inilah tuntutan Tuhan agar kita memperlakukan orang lain dengan sikap yang benar dan jujur, tidak menyembunyikan kebenaran sesungguhnya, dan tidak merugikan reputasi dan kepentingan orang lain. Ini bukan hanya rasa hormat dan kepercayaan yang seharusnya dimiliki manusia, tetapi juga rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan. Memberikan kesaksian palsu untuk menjebak seseorang mengacu pada tindakan yang sengaja mengarang fakta di pengadilan, dalam kehidupan sehari-hari, atau di jejaring sosial untuk mencapai tujuan pribadi. Perilaku seperti ini bukan hanya merupakan ketidakadilan dan merugikan orang lain, tetapi juga merupakan kerusakan serius pada karakter diri sendiri, dan juga merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan. Jika engkau memberikan kesaksian palsu tentang Tuhan, itu merupakan penghinaan serius terhadap Tuhan dan penghujatan terhadap Tuhan, dan engkau pasti akan dihukum oleh Tuhan. Sama seperti ketika Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan dua ribu tahun yang lalu, para imam kepala, ahli Taurat, dan orang Farisi Yahudi melihat banyak orang mengikuti Tuhan Yesus, mereka tidak berusaha menyelidiki perkataan dan pekerjaan Tuhan Yesus, tetapi untuk mempertahankan status mereka sendiri, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah orang-orang percaya Yahudi mengikuti Tuhan Yesus, dan pada akhirnya bersatu dengan pemerintah Romawi untuk menyalibkan Tuhan Yesus. Setelah Tuhan Yesus bangkit dari kematian, mereka tahu benar bahwa Tuhan Yesus telah bangkit, dan mereka menyuap para prajurit untuk memberikan kesaksian palsu bahwa murid-murid Tuhan Yesus telah mencuri tubuh Tuhan Yesus. Ini adalah tindakan yang mengarang rumor secara terbuka untuk menutupi kebenaran dan fakta tentang kebangkitan Yesus.
Akibat dari mereka yang memberikan kesaksian palsu adalah mereka dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Mereka yang percaya pada kesaksian palsu tetapi tidak mempercayai firman dan pekerjaan Tuhan Yesus juga dihukum oleh Tuhan. Kesudahan orang-orang Farisi yang memberikan kesaksian palsu dan orang-orang percaya Yahudi yang mempercayai kesaksian palsu, juga telah memberikan kita peringatan yang sangat besar, karena yang kita hadapi adalah kedatangan kembali Tuhan Yesus; ketika kita mendengar seseorang bersaksi bahwa Tuhan telah datang kembali dan mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia, apakah kita dengan rendah hati mencari, menyelidiki, dan menyambut Tuhan, atau kita mendengarkan rumor dan mengutuk firman dan pekerjaan Tuhan yang datang kembali? Hal ini berkaitan dengan kesudahan kita dan sungguh layak untuk kita renungkan secara mendalam.
Oleh karena itu, marilah kita mengingat perintah ini dan mengingatkan diri kita sendiri untuk menjaga kejujuran dan integritas. Apa pun godaan dan kesulitan yang kita hadapi, hendaknya kita tetap menjunjung tinggi kebenaran dengan hati yang takut akan Tuhan dan tidak mempercayai kesaksian palsu, apalagi memberikan kesaksian palsu untuk menjebak orang lain. Dengan cara ini, kita bisa menjadi orang yang layak dihormati dan dipercaya, dan kita juga bisa mendapatkan berkat Tuhan.
10. Perintah Kesepuluh:“Jangan mengingini isteri sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu, ladangnya, hambanya laki-laki atau perempuan, lembutnya, keledainya, atau apa pun yang dimiliki sesamamu.” (Ulangan 5:21)
Di dunia yang materialistis dan selalu berubah ini, kita sering kali didorong oleh keinginan, keinginan untuk memiliki lebih banyak kekayaan, kekuasaan, dan status, namun mengabaikan kemurnian batin dan garis dasar moral, dan terlebih lagi mengabaikan pengejaran yang sejati dalam kehidupan manusia. Perintah ini memperingatkan kita untuk tidak mengingini pasangan atau harta milik orang lain. Ini adalah perintah tentang berpuas dengan apa yang dimiliki dan disiplin diri. Ini mengingatkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki, dan mengejar kelimpahan dan kepuasan batin. Mengingini pasangan dan harta milik orang lain merupakan pelanggaran terhadap hak dan martabat orang lain. Ketika kita mendambakan kekayaan dan status orang lain, kita cenderung kehilangan martabat dan kebebasan kita sendiri, dan terjerumus ke dalam pusaran keinginan yang tidak ada habisnya. Faktanya, kebutuhan jiwa manusia yang sebenarnya bukanlah materi, kekuasaan, dan status, karena hal-hal tersebut tidak dapat memuaskan jiwa manusia, tetapi membawa kekosongan dan penderitaan kepada manusia. Kebutuhan jiwa manusia yang sebenarnya adalah mengejar kebenaran. Ketika kita menerima kebenaran yang disediakan oleh Tuhan, penderitaan yang disebabkan oleh kekosongan dalam jiwa kita akan dapat teratasi, dan kita dapat memperoleh kepuasan dan sukacita yang sejati. Sebagaimana firman Tuhan katakan: “Di dunia ini, terlepas dari apakah engkau tinggal di negara yang menganut kebebasan atau di negara yang tidak mengakui hak asasi manusia, engkau sama sekali tak dapat meluputkan diri dari nasib umat manusia. Apakah engkau adalah yang memerintah atau yang diperintah, engkau sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari keinginan untuk menyelidiki nasib, misteri, dan tempat tujuan umat manusia, apalagi melepaskan dirimu dari perasaan hampa yang membingungkan. Fenomena seperti ini, yang lazim dialami oleh semua umat manusia, disebut fenomena sosial oleh para ahli sosiologi, tetapi belum ada satu pun orang hebat yang mampu memecahkan masalah tersebut. Manusia, bagaimanapun juga, hanyalah manusia, dan kedudukan serta kehidupan Tuhan tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Umat manusia tidak hanya membutuhkan masyarakat yang adil, tempat di mana setiap orang mendapat cukup makanan dan diperlakukan dengan setara serta mendapat kebebasan, yang dibutuhkan umat manusia adalah keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka. Ketika manusia menerima keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka, barulah kerinduan untuk mencari, dan kehampaan rohani manusia dapat terpenuhi.”(Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia)
Oleh karena itu, dalam perjalanan hidup kita harus tetap berpikiran jernih, tidak tersesat oleh keserakahan dan keinginan, belajar menghormati keluarga dan harta milik orang lain, dan sekaligus menghargai keluarga sendiri dan segala sesuatu yang kita miliki. Yang paling penting adalah mengejar kebenaran dan kehidupan, mendapatkan perbekalan dan keselamatan Tuhan. Hanya dengan cara inilah jiwa kita bisa terpuaskan, dan benar-benar memiliki ketenangan dan kebahagiaan batin.
Penutup
Sepuluh Perintah Tuhan adalah jalan kebijaksanaan yang diberikan Tuhan kepada umat manusia. Sepuluh Perintah Tuhan tidak hanya memandu hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, namun juga berfungsi sebagai pelita dalam kehidupan kita. Sepuluh Perintah Tuhan telah memainkan peran penting dalam peradaban dan perkembangan seluruh umat manusia. Karena ini adalah landasan sistem hukum manusia, hukum saat ini untuk menghentikan kejahatan seperti pembunuhan yang disengaja, pemerkosaan, pencurian, dan pencemaran nama baik, semuanya bersumber dari Sepuluh Perintah Tuhan. Melalui Sepuluh Perintah Tuhan, kita dapat melihat perbuatan Tuhan di balik kehidupan umat manusia yang stabil, dan kehendak Tuhan yang sungguh-sungguh di mana Tuhan berharap kita manusia menjalani kehidupan yang bahagia di bawah perlindungan-Nya, membuat kita merasakan kasih dan kepedulian Tuhan terhadap umat manusia.
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang makna hukum dan perintah Tuhan, silakan hubungi kami melalui jendela obrolan online di bagian bawah situs web. Kita bersama-sama membagikan firman Tuhan dan berkomunikasi secara online.