Kesaksian Iman yang diberikan oleh seseorang yang mengandalkan Tuhan dalam menghadapi penganiayaan dan hambatan dari kerabat di jalan percaya kepada Tuhan.
Pertama Kalinya Aku Menghadapi Halangan dari Saudariku dan Suaminya
Pada bulan Mei 2018, aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Setelah membaca firman Tuhan selama beberapa waktu, aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa memang Tuhan Yesus yang datang kembali. Dengan penuh sukacita, aku mengabarkan injil kepada kakak perempuanku.
Pada pagi hari tanggal 20 Juli, kakakku mengirim pesan kepadaku yang mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganku untuk mengobrol. Aku sangat senang, percaya bahwa kakakku akan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Namun, keadaannya tidak seperti yang telah kubayangkan. Ketika kami bertemu, aku mendengarnya memakai nada yang mengejek saat membaca firman Tuhan dan dia terus mencari-cari kesalahan dengan firman itu; intinya, dia tidak punya keinginan untuk mencari kebenaran. Selama percakapan kami, dia bersikukuh pada pemahamannya sendiri yang salah, dan menasihatiku untuk tidak percaya lagi. Bagaimana pun aku memberikan persekutuan kepadanya, dia tidak mau mendengarkan. Aku benar-benar merasa sedih melihatnya yang bersikap semacam itu, dan pembicaraan kami pun tidak mencapai hasil apa pun pada akhirnya.
Setelah makan malam pada hari itu, aku baru saja selesai membersihkan meja makan ketika tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu. Suamiku berdiri untuk membukakan pintu dan, yang membuatku sangat kaget, itu adalah kakakku dan suaminya.
Kakak iparku melangkah ke pintu dapur dan berkata kepadaku: "Kakakmu mengatakan engkau percaya pada Tuhan Yang Mahakuasa. Benarkah itu?"
Aku menjawab: "Ya."
Dia melanjutkan: "Landasan kepercayaanmu sangat dangkal, dan yang engkau pahami sedikit sekali. Aku telah belajar teologi dan aku selalu memberikan diriku sendiri dan bekerja bagi Tuhan, dan aku punya pemahaman mengenai Alkitab yang lebih baik daripada engkau. Dikatakan dalam Kisah Para Rasul 4:12: 'Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan.' Kita hanya dapat percaya pada Tuhan Yesus dalam kepercayaan kita kepada Tuhan. Selain dari pada-Nya, tidak ada Tuhan lain yang dapat kita andalkan untuk menyelamatkan kita. Mengapa engkau ingin pergi dan menerima Tuhan lain?" Pertanyaannya membuatku sangat gugup, dan aku tidak tahu bagaimana menjawabnya saat itu. Aku melirik ke arah suamiku dan dia memberi isyarat kepadaku untuk tetap tenang. Aku menghirup napas dalam-dalam dan menenangkan diriku sendiri, dan kemudian berpikir tentang satu aspek dari kebenaran yang telah saudara-saudariku persekutukan denganku sebelumnya.
Setelah beberapa saat, aku berkata: "'Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan' (Kisah Para Rasul 4:12). Ini benar, tetapi tidak membuktikan bahwa nama Tuhan hanya Yesus saja. Telah dicatat dalam Perjanjian Lama: 'Aku, Akulah Yahweh, dan selain Aku tidak ada Juruselamat lain' (Yesaya 43:11). 'Inilah nama-Ku untuk selama-lamanya dan inilah pengingat tentang Aku kepada semua generasi' (Keluaran 3:15). Jika kita menjelaskan bacaan ini menurut makna harfiahnya, manakah yang merupakan nama Tuhan—Yahwe atau Yesus?"
Kakak iparku menukas dengan tidak sabar: "Engkau mengutip di luar konteksnya dan memelintir Alkitab. Tidak peduli kapan, nama Tuhan Yesus tidak akan pernah berubah!"
Aku melanjutkan: "Tuhan pada awalnya tidak punya nama. Tuhan mengambil nama hanya karena Dia harus melakukan pekerjaan untuk menyelamatkan umat manusia. Satu nama merepresentasikan satu tahap pekerjaan, dan tiap-tiap tahap pekerjaan menyatakan bagian dari watak Tuhan. Terlepas dari bagaimana nama Tuhan bisa berubah, intisari-Nya tidak akan pernah berubah, dan tiga tahap pekerjaan dilakukan oleh satu Tuhan. Nama Tuhan kekal selamanya berarti bahwa nama-Nya tidak berubah selama zaman itu. Ini tidak berarti bahwa nama-Nya tidak pernah berubah sepanjang segenap pekerjaan pengelolaan Tuhan. Ketika zaman berubah, nama Tuhan akan berubah selaras dengannya. Nama 'Tuhan Yang Mahakuasa' dengan tepat menggenapi pasal 1 ayat 8 dalam kitab Wahyu: "Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir, firman Tuhan, yang ada sekarang, yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa". Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang lagi."
Kakak iparku menaikkan nada bicaranya dan, sembari menunjuk kepadaku, dia berkata: "Terlepas dari apa yang kau katakan, aku tidak akan menerima. Aku hanya akan menerima nama Tuhan Yesus, dan hanya dengan percaya dalam nama Tuhan Yesus, kita dapat diselamatkan. Aku menasihatkan kepadamu untuk bertobat segera."
Kakakku berdiri di sampingnya dan mengulangi apa yang telah suaminya katakan. Kakak iparku melihat bahwa aku bergeming, maka dia mulai mengubah subjek pembicaraan. Dia menghujaniku dengan pertanyaan demi pertanyaan, tetapi mereka tidak mau mendengarkan apa pun yang kukatakan, dan mereka mengatakan banyak hal yang menghujat Tuhan. Suamiku, yang menyaksikan pemandangan ini, meminta mereka untuk pulang. Mereka belum lama pergi ketika ibu mertuaku menelepon suamiku untuk bertanya mengenai kepercayaanku pada Tuhan Yang Mahakuasa. Dan, dia memanas-manasi hati suamiku dengan mengatakan: "Engkau adalah kepala keluarga. Engkau mestinya bisa sedikit lebih tegas."
Kesulitan dan Ujian adalah Berkat Tuhan
Dihadapkan dengan penganiayaan dan gangguan mereka, aku merasa sedikit terpukul. Setelah mereka pergi, aku segera menggelesot ke sebuah kursi, dan berpikir dalam hati: "Aku hanya bermaksud baik ketika mengajarkan kepada mereka injil kedatangan Tuhan yang kedua, tetapi mengapa mereka tidak memercayainya, dan alih-alih berusaha menghalangiku? Aku hanya ingin percaya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, tetapi mengapa itu begitu sulit? Jalan percaya kepada Tuhan benar-benar tidak mudah untuk dilalui!" Ketika memikirkan ini, aku merasa sedikit goyah, dan aku mulai menangis. Dengan bergegas, aku menelepon Saudari Zhang dan menceritakan kesulitan-kesulitanku kepadanya. Setelah mendengarkanku, Saudari Zhang membacakan bagiku sebuah bacaan dari firman Tuhan: "Jangan berkecil hati, jangan lemah, Aku akan mengungkapkan kepadamu. Jalan menuju kerajaan tidak semulus itu, tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkah datang dengan mudah, bukan? Zaman sekarang semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Jika tidak, hati yang penuh kasih yang engkau miliki terhadap-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki cinta sejati kepada-Ku. Walaupun itu hanya keadaan kecil, semua orang harus menjalaninya. Hanya saja ujian itu berbeda sampai taraf tertentu."
Saudari Zhang memberi persekutuan, katanya: "Situasi yang telah menimpa kita pada hari ini adalah berkat Tuhan. Tuhan memakai situasi ini untuk menguji iman kita dan kasih kita kepada-Nya. Hanya dalam keadaan yang sulit dan beratlah Dia dapat menyingkapkan apakah kasih dan iman kita kepada Tuhan sejati atau tidak. Dalam keadaan yang nyaman, kita dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan, tetapi itu tidak nyata. Jika kita dapat mengandalkan Tuhan, menyenangkan hati-Nya dan kita dapat berdiri teguh dalam kesaksian kita bagi-Nya saat situasi yang nyata timbul dan pada waktu kesulitan dan ujian muncul, inilah yang dinamakan iman dan kasih yang sejati kepada Tuhan, dan baru saat inilah kita akan menjadi orang yang secara tulus percaya kepada Tuhan. Ketika kita menghadapi aniaya di tangan keluarga kita sendiri, itu adalah pesta besar yang disiapkan oleh Tuhan untuk menguji kasih kita kepada-Nya, dan itu adalah sebuah hal yang bagus."
Ya! Jika aku hanya membaca firman Tuhan tetapi tidak mengalami kesulitan-kesulitan ini, itu tidak akan menguji apakah iman dan kasih-Ku kepada Tuhan nyata. Jika aku jadi lemah karena situasi kecil ini, hal itu akan menunjukkan bahwa aku tidak percaya kepada Tuhan dengan tulus. Ketika Ayub mengalami ujian, istrinya dan ketiga sahabatnya menasihatinya untuk meninggalkan kepercayaannya kepada Tuhan, tetapi Ayub berkanjang dalam devosinya kepada Tuhan dan tidak meninggalkan Tuhan—Ayub adalah seseorang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan. Bila dibandingkan dengannya, apalah artinya pengalamanku menerima aniaya kecil dari keluargaku? Tidak, pikirku. Aku harus meneladani Ayub, dan betapa pun keluargaku memaksaku, aku harus bertahan dalam iman dan kasihku kepada Tuhan!
Ketika Aku Mengalami Halangan dan Tentangan Keluargaku Lagi, Firman Tuhan Memimpinku untuk Memberi Kesaksian
Pada pagi hari tanggal 21 Juli, kakakku mengirimiku sebuah pesan yang mengatakan bahwa dia akan datang ke rumahku malam itu, dan aku setuju. Pada sekitar jam 7 malam, aku mendengar ketukan di pintu dan suamiku beranjak untuk membukanya. Tak diduga-duga, sepupu suamiku juga ada di sana. Aku sedikit ngeri dengan perkembangan mendadak ini, dan kemudian aku berdoa dalam hatiku kepada Tuhan: "Ya, Tuhan Yang Mahakuasa! Kemarin malam, aku sangat kesulitan untuk menjawab ketika dihadapkan pada mahasiswa teologi itu. Kini, sepupu suamiku tiba-tiba muncul juga. Aku takut menghadapi begitu banyak orang. Ya, Tuhan! Tolong karuniai aku dengan iman dan kekuatan, jangan biarkan aku ketakutan dan goyah, dan mampukan aku untuk menghadapi situasi ini." Setelah berdoa, aku berpikir tentang firman Tuhan: "Jangan takut, Tuhan Semesta Alam Yang Mahakuasa pasti akan bersamamu; Dia menolongmu dan Dia adalah perisaimu." Ya! Dengan Tuhan sebagai perisaiku, apakah yang perlu kutakutkan di muka bumi ini? Aku percaya bahwa Tuhan pasti akan membimbingku melalui situasi ini, dan kemudian hatiku merasa jauh lebih damai dan tenang.
Sepupu suamiku berkata dengan nada suara yang kasar: "Engkau bilang Tuhan telah kembali dan telah berinkarnasi. Bagaimana mungkin begitu? Alkitab menulis: 'Lihatlah Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia: dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia. Jadilah demikian, Amin' (Wahyu 1:7). Tuhan tak ayal lagi akan kembali dengan awan-awan dan bukan dalam rupa daging!"
Ketika mendengar nada bicara sepupu suamiku itu, aku tidak tahu bagaimana harus menanggapi, tetapi aku tidak lantas menjadi panik seperti sebelumnya. Alih-alih, aku diam di hadapan Tuhan dan aku berdoa dan mencari di dalam hatiku. Tiba-tiba, aku teringat pada sebuah aspek dari kebenaran yang saudara-saudari telah persekutukan denganku dalam sebuah pertemuan.
Setelah merasa tenang dan bisa mengendalikan diri, aku berkata kepada sepupu suamiku itu: "Kita tidak dapat menunggu kembalinya Tuhan hanya berdasarkan nubuat bahwa Tuhan akan turun dengan awan-awan. Wahyu 16:15 mengatakan: 'Lihatlah, Aku datang bagaikan pencuri.' Karena ayat ini mengatakan bahwa Tuhan akan datang seperti seorang pencuri, ini menunjuk pada kedatangan Tuhan secara rahasia dan tak seorang pun akan tahu. Lukas 17:24-25 mengatakan: 'Karena sama seperti kilat yang memancar dari satu bagian di bawah langit, bersinar sampai ke bagian lain di bawah langit; demikian juga Anak Manusia saat hari kedatangan-Nya tiba. Tetapi pertama-tama Dia harus mengalami berbagai penderitaan dan ditolak oleh generasi ini.' Mengingat bahwa Dia disebut Anak manusia, hal itu merujuk pada Tuhan dalam rupa daging. Dia tidak dapat disebut Anak manusia jika Dia adalah tubuh rohaniah. Dalam ayat ini, juga dikatakan bahwa 'Tetapi pertama-tama Dia harus mengalami berbagai penderitaan dan ditolak oleh generasi ini.' Jika Tuhan tampak dalam tubuh rohaniah-Nya, tak perlu dikatakan lagi bahwa Dia tidak akan menderita karenanya dan Dia tidak akan ditolak oleh generasi ini."
Sepupu suamiku memotongku dan memukulkan tangannya ke atas meja. "Aku pikir 'ditolak oleh generasi ini' di sini, menunjuk kepada zaman Tuhan Yesus," katanya.
Aku melanjutkan perkataanku: "Tuhan Yesus mengalami banyak penderitaan dan ditolak oleh generasi dari zaman ketika Dia datang. Di sini, itu berarti bahwa ketika Tuhan kembali, Dia akan berinkarnasi dalam daging dan ditolak oleh generasinya. Mari berpikir tentang hal itu. Jika Tuhan akan menampakkan diri kepada semua umat manusia secara terbuka dengan awan-awan, hal itu akan sangat luar biasa dan mengejutkan dunia. Semua orang akan berlutut di tanah dan tak seorang pun akan berani menentang. Bila demikian, akankah Tuhan Yesus yang kembali masih menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh generasi ini? Aku mengerti sedikit kebenaran, jadi akan sangat bagus bila aku menunjukkan padamu firman Tuhan!"
Sepupu suamiku mengaum: "Tak usah! Kami tidak akan menerimanya tak peduli apa pun yang engkau katakan. Kami akan menunggu Tuhan Yesus datang dengan awan-awan untuk membawa kami! Aku menasihatimu untuk mengubah jalanmu secepatnya." Kakakku dan suaminya juga unjuk suara. Mereka kemudian terus menasihatiku untuk meninggalkan kepercayaanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan, demi melihat bahwa aku bergeming, mereka mengucapkan doa dan pergi.
Setelah Kesulitan dan Ujian, Aku Melihat Perbuatan-Perbuatan Tuhan
Sesaat sebelum dia pergi, kakakku mengatakan bahwa dia akan memberitahu orangtua kami mengenai kepercayaanku pada Tuhan Yang Mahakuasa, dan aku tak kuasa untuk tidak merasa cemas: Di Tiongkok daratan, Partai Komunis Tiongkok membuat berbagai desas-desus tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga ketika mereka mendengar mengenai kepercayaanku, akankah orangtuaku seketika itu juga menghalangi kepercayaanku kepada Tuhan? Aku sangat mengasihi orangtuaku, sehingga jika mereka datang, aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku akan menghadapi mereka. Aku merasa semakin goyah dan sangat tertekan. Dalam rasa sakit, aku datang kepada Tuhan untuk berdoa: "Ya, Tuhan, aku merasa sangat lemah saat ini dan sangat takut. Aku mohon agar Engkau membantuku dan membuatku mengandalkan-Mu untuk berdiri teguh. Amin!" Setelah berdoa, aku berpikir tentang firman Tuhan yang mengatakan: "Engkau harus memiliki keberanian-Ku di dalam dirimu dan mempunyai prinsip ketika menghadapi kerabat yang tidak percaya. Tetapi demi Aku, engkau juga tidak boleh menyerah pada kekuatan gelap apa pun. Andalkan hikmat-Ku untuk berjalan dengan cara yang sempurna; jangan biarkan konspirasi Iblis menguasai. Kerahkan segala usahamu untuk menempatkan hatimu di hadapan-Ku, maka Aku akan menghiburmu dan memberimu kedamaian dan kebahagiaan di hatimu. Engkau tidak boleh mencari perkenanan manusia; bukankah lebih berharga dan berbobot untuk memuaskan-Ku?" Firman Tuhan menunjukkan jalan kepadaku. Karena aku telah menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, maka aku mesti berpegang teguh pada hal ini dan tetap setia kepada Tuhan. Bahkan jika orangtuaku menentangku, aku tidak boleh mengkhianati Tuhan. Ketika berpikir demikian, hatiku merasa jauh lebih merdeka.
Dua hari kemudian, sepupu suamiku dan bibi datang lagi. Walaupun bibi suamiku juga merupakan seorang mahasiswa teologi dan berkeliling untuk berkhotbah di gereja-gereja, menghadapi mereka kali ini aku tidak merasakan gentar sedikit pun. Sebaliknya, aku merasa dipenuhi dengan iman dan sukacita. Pengalamanku selama beberapa hari terakhir telah membuatku benar-benar menyadari bahwa kebenaran dapat mengalahkan semua kesalahan dan bahwa, sejauh aku mengandalkan Tuhan, Tuhan akan menuntunku dan memimpinku menangkis orang-orang ini dengan kebenaran. Aku tidak mengharapkan mereka jadi merasa begitu sedih, hingga mereka hanya bisa duduk di kursi mereka sembari melihatku dengan tatapan kosong, dan berkata: "Tidak tahu kenapa, tetapi kami selalu merasa tak berdaya ketika sampai ke masalah ini. Kami benar-benar tidak tahu harus berkata apa." Demi mendengar ini, aku dalam hati bersyukur kepada Tuhan. Ketika aku menyadari bahwa imanku sedang diuji, Iblis ditempatkan dalam suatu kesulitan. Orang-orang ini sungguh tidak tahu harus berkata apa, sehingga mereka pun pergi. Mereka kemudian menggerakan orang-orang lain dalam keluarga untuk datang dan menggangguku satu demi satu, tetapi aku tak bergeser sedikit pun.
Aku Mengembangkan Pengertian melalui Ujian Ini
Pada suatu hari, aku melihat firman Tuhan ini: "Bukankah banyak orang yang menentang Tuhan dan merintangi pekerjaan Roh Kudus karena mereka tidak mengetahui berbagai jenis pekerjaan Tuhan, dan lebih jauh lagi, karena mereka memiliki pengetahuan dan doktrin yang sangat sedikit untuk mengukur pekerjaan Roh Kudus? Meski pengalaman mereka dangkal, mereka bersikap angkuh dan memuaskan diri, dan mereka menyepelekan pekerjaan Roh Kudus, mengabaikan disiplin Roh Kudus dan terlebih lagi, menggunakan argumen yang remeh untuk meneguhkan pekerjaan Roh Kudus. Mereka juga berlagak, dan sepenuhnya yakin akan pembelajaran dan pendidikannya sendiri, dan bahwa mereka bisa menjelajahi dunia. Bukankah orang-orang seperti ini yang disingkirkan dan ditolak oleh Roh Kudus, dan bukankah mereka akan disingkirkan oleh zaman yang baru? Bukankah mereka manusia berpandangan sempit yang menghadap Tuhan dan menentangnya secara terbuka, yang hanya ingin menunjukkan kepintarannya? Hanya dengan pengetahuan yang amat kurang tentang Kitab Suci, mereka berusaha menguasai 'ilmu' dunia, dengan doktrin yang dangkal untuk mengajar orang, mereka berusaha memundurkan pekerjaan Roh Kudus, dan berupaya membuatnya berkisar hanya di sekitar proses pikirnya sendiri, dan meski berpandangan sempit, mereka berusaha melihat 6000 tahun pekerjaan Tuhan dalam sekilas pandang saja. Orang-orang ini punya alasan untuk bicara!" Melalui gangguan yang berulang kali dari keluarga dan penyingkapan firman Tuhan, aku dengan jelas melihat bahwa para mahasiswa teologi dan pengkhotbah inilah orang yang pada hakikatnya congkak dan lamban, dan yang memandang pekerjaan Roh Kudus dengan rasa jijik, sebagaimana dinyatakan dalam firman Tuhan. Mereka tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, tetapi semata-mata mengukur pekerjaan baru Tuhan dengan sedikit sekali pengetahuan alkitabiah yang mereka punyai, dan mereka mengecam pekerjaan Tuhan. Apakah ada bedanya antara mereka dan imam-imam kepala, ahli-ahli kitab, dan orang Farisi? Imam-imam kepala, ahli-ahli kitab, dan orang Farisi pada masa lalu adalah kalangan yang fasih dalam Perjanjian Lama, tetapi ketika Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, mereka mengandalkan pemahaman harfiah terhadap Alkitab dan mengecam pekerjaan Tuhan, dan akhirnya, mereka memaku Tuhan Yesus di kayu salib. Keluarga sama saja. Ketika mereka menghadapi pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, mereka tidak punya keinginan untuk mencari kebenaran apa pun, tetapi alih-alih bergayut pada makna harfiah dalam Alkitab, dan mereka menolak serta mengecam pekerjaan Tuhan—mereka begitu congkak dan berpuas diri! Aku bersyukur kepada Tuhan karena membuatku mampu mengembangkan pemahaman dalam situasi ini, dan aku jadi mengerti sedikit tentang pekerjaan Tuhan.
Syukur kepada Tuhan karena memilihku dari sangat banyak umat manusia dan membawaku kembali kepada-Nya. Walaupun aku mengalami kelemahan dan sikap negatif selama ujian ini, Tuhan selalu bersamaku, memakai firman-Nya untuk menyokong, menyediakan dan membimbingku, dan, dengan demikian, membuatku mampu berdiri teguh. Aku tidak lagi merasa sendiri atau gentar, sebab aku tahu Tuhan selalu ada di sisiku di jalan menuju kerajaan. Selama aku mengandalkan Tuhan dan melangkah maju dengan berani, aku dapat menghalau semua penghalang dan mengikuti Tuhan sampai pada akhirnya.