Menu

Apakah iman sejati itu? Bagaimana cara menguatkan iman terhadap Tuhan?

Navigasi cepat
1.Apa itu iman? Bagaimana menghasilkan iman yang sejati?
2.Apakah iman sejati itu
3.Bagaimana Menghasilkan Iman yang Sejati

Apakah iman sejati itu

Apa itu iman? Bagaimana menghasilkan iman yang sejati?

Berbicara tentang apa itu iman, beberapa orang berpikir bahwa meninggalkan rumah dan karir kita, bekerja keras untuk Tuhan, menyebarkan injil ke berbagai tempat dan mendirikan gereja adalah perwujudan dari iman yang sejati kepada Tuhan. Namun apakah memiliki hal-hal ini berarti bahwa kita memiliki iman yang sejati kepada Tuhan? Jika inilah imam yang sejati, mengapa kita masih menjadi lemah dan negatif, dan salah paham dan mengadu kepada Tuhan? Beberapa orang bahkan menjadi putus asa dan kecewa terhadap Tuhan serta meninggalkan-Nya ketika kita mengalami bencana alam dan bencana buatan manusia, atau ada kesulitan dalam keluarga, mengalami penderitaan fisik dan seterusnya. Ini menunjukkan bekerja dan berkorban demi Tuhan dengan antusias, menanggung penderitaan serta membayar harga untuk Tuhan tidak berarti kita memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan iman?

Apakah iman sejati itu

Mari kita lihat apa yang dikatakan dalam firman Tuhan. Firman Tuhan berkata: "Apa maksud kata 'iman'? Iman adalah kepercayaan yang murni dan hati yang tulus yang harus manusia miliki ketika mereka tidak bisa melihat atau menyentuh sesuatu, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, ketika itu di luar jangkauan manusia. Inilah iman yang Aku maksudkan. Manusia membutuhkan iman selama masa-masa sulit dan selama pemurnian, dan iman adalah sesuatu yang diikuti oleh pemurnian; pemurnian dan iman tidak bisa terpisahkan. Bagaimana pun cara Tuhan bekerja, dan dalam lingkungan seperti apa pun engkau, engkau mampu mengejar kehidupan, dan mencari kebenaran, serta mencari pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, dan memiliki pemahaman tentang tindakan-tindakan-Nya, dan engkau mampu bertindak sesuai kebenaran. Melakukan semua itu adalah arti memiliki iman yang sejati, dan menunjukkan bahwa engkau belum kehilangan iman kepada Tuhan. Engkau hanya dapat memiliki iman yang sejati kepada Tuhan jika engkau mampu untuk teguh mengejar kebenaran melalui pemurnian, jika engkau mampu benar-benar mengasihi Tuhan dan tidak mengembangkan keraguan tentang Dia, jika apa pun yang Dia lakukan, engkau tetap melakukan kebenaran untuk memuaskan-Nya, dan jika engkau mampu mencari kehendak-Nya secara mendalam dan memikirkan kehendak-Nya."

"Ketika menghadapi penderitaan, engkau harus mampu untuk tidak memedulikan daging dan tidak mengeluh kepada Tuhan. Ketika Tuhan menyembunyikan diri-Nya darimu, engkau harus mampu memiliki iman untuk mengikuti-Nya, menjaga kasihmu kepada-Nya tanpa membiarkan kasih itu hilang atau berkurang. Apa pun yang Tuhan lakukan, engkau harus tunduk pada rancangan-Nya, dan siap untuk mengutuki dagingmu sendiri daripada mengeluh kepada-Nya. Ketika dihadapkan pada ujian, engkau harus memuaskan Tuhan, meskipun engkau mungkin menangis getir atau merasa enggan berpisah dengan beberapa objek yang engkau kasihi. Hanya inilah kasih dan iman yang sejati."

Dari firman Tuhan, kita dapat melihat bahwa iman yang sejati bukan mengacu pada kita dapat bekerja dan berkorban dengan antusias ketika menikmati kasih karunia Tuhan, tetapi mengacu pada ketika kita menghadapi lingkungan yang tidak sesuai dengan konsep kita sendiri; entah itu penderitaan dan pemurnian, atau bencana alam dan bencana buatan manusia, atau frustrasi dan kegagalan; tidak peduli berapa banyak penderitaan fisik yang kita alami, kita tetap dapat berdiri di posisi makhluk ciptaan dengan baik, tidak mengeluh kepada Tuhan, mencari kebenaran dengan hati yang taat, mencapai pemahaman mengenai kehendak Tuhan, mengkhianati daging, mempertahankan pengabdian kepada Tuhan, rela melepaskan kepentingan pribadi dan menerapkan kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Hanya ini yang disebut iman yang sejati.

Sama seperti Ayub, dia telah kehilangan semua harta benda keluarganya dan putra-putrinya, dan tubuhnya dipenuhi bisul ketika dia dicobai dan diserang oleh Iblis. Ketika Ayub mengalami penderitaan yang luar biasa ini, teman-teman dan istrinya tidak memahaminya, malah menghakimi dan menyerangnya, tetapi Ayub tidak mengucapkan sepatah kata pun keluhan. Dia memiliki iman yang sejati kepada Tuhan dan percaya bahwa semua hal yang menimpanya atas izin Tuhan, jadi dia sujud di hadapan Tuhan dan berdoa untuk mencari kehendak Tuhan. Dengan mencari, dia mengerti bahwa semua yang dia miliki adalah pemberian Tuhan, adalah wajar dan benar bagi Tuhan untuk mengambil semua ini, dan bahwa dia harus menaati Tuhan sebagai makhluk ciptaan tanpa syarat. Makanya, ketika Ayub mengalami penderitaan yang luar biasa, dia berkata: "Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dengan telanjang aku juga akan kembali ke situ: Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). "Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?" (Ayub 2:10). Dari sini, kita melihat bahwa ketika Ayub mengalami ujian dan penderitaan, dia tidak kehilangan iman dan tidak berbuat dosa dengan bibirnya, dia dapat mencari kehendak Tuhan, memilih untuk menanggung penderitaan fisik demi mempertahankan iman, pengabdian dan ketaatannya kepada Tuhan, dan dengan demikian mempermalukan Iblis dan memberikan kesaksian yang bergema dan indah bagi Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan iman sejati.

Sama seperti Abraham, ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan satu-satunya putra kepada Tuhan, meskipun ini tidak sesuai dengan gagasannya dan dia merasa menderita serta enggan berpisah dengan putranya, dia masih dapat mempertahankan imannya kepada Tuhan dan memilih untuk taat kepada Tuhan tanpa syarat, menanggung rasa sakit supaya bisa berpisah dari apa yang dikasihinya, dan mengembalikan putra satu-satunya yang dia cintai kepada Tuhan. Karena dia tahu bahwa Ishak dianugerahkan oleh Tuhan, dan dia tahu bahwa dia harus mematuhi Sang Pencipta ketika Tuhan ingin mengambil kembali Ishak. Ini adalah perwujudan nyata dari iman sejati kepada Tuhan.

Bagaimana Menghasilkan Iman yang Sejati

Sekarang kita telah memahami apa itu iman yang sejati, bagaimana kita dapat menghasilkan iman yang sejati kepada Tuhan? Ini membutuhkan kita untuk berfokus mengalami pekerjaan Tuhan di dalam semua lingkungan yang Tuhan atur bagi kita. Dalam lingkungan apa pun, kita harus memiliki pemahaman tentang otoritas dan kedaulatan Tuhan, berdiri di posisi yang benar sebagai makhluk ciptaan, dan mencari kehendak Tuhan dengan hati yang taat. Tidak peduli seberapa besar penderitaan dan pemurnian yang kita alami, kita tidak boleh menyalahkan atau mengkhianati Tuhan, tetapi harus teguh berdiri di sisi Tuhan dan mematuhi kedaulatan dan pengaturan Tuhan tanpa syarat. Hanya dengan cara ini, kita akan menghasilkan iman yang sejati kepada Tuhan dan menjadi kesaksian bagi Tuhan.

Misalnya, ketika kita menghadapi penderitaan atau penyakit dan menjadi lemah dan negatif, pertama-tama kita harus tahu bahwa Tuhan mengizinkan hal-hal ini terjadi pada kita. Kita tidak bisa salah memahami atau menyalahkan Tuhan, melainkan harus mencari kehendak Tuhan di posisi makhluk ciptaan. Ketika kita menenangkan diri di hadapan Tuhan untuk mencari kehendak Tuhan seperti ini, kita akan menyadari bahwa ketika kita percaya kepada Tuhan dan berkorban untuk-Nya, dan ketika semuanya berjalan dengan lancar dan damai, kita memiliki iman yang penuh terhadap Tuhan, tetapi pada saat bencana alam dan bencana buatan manusia menimpa, kita menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi kita, dan kehilangan iman kepada-Nya, sehingga tidak lagi termotivasi untuk berkorban bagi-Nya, dan bahkan menjauhi dan mengkhianati-Nya. Ini menunjukkan bahwa pengorbanan kita untuk Tuhan terkontaminasi dengan niat dan ketidakmurnian, bukan demi mengasihi dan memuaskan Tuhan, tetapi demi mendapatkan berkat dan kasih karunia—kita bertransaksi dengan Tuhan dengan menggunakan kedok berkorban untuk Tuhan. Tuhan Yesus telah memberitahu kita: "Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu. Inilah perintah pertama dan yang terutama" (Matius 22:37-38). Ketika kita percaya kepada Tuhan dan berkorban untuk Dia, kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan pikiran kita. Tidak peduli seberapa banyak pekerjaan yang kita lakukan, atau seberapa banyak penderitaan yang kita tanggung, kita tidak boleh memiliki keinginan dan ambisi pribadi serta ketidakmurnian, dan apa yang kita lakukan hanya untuk menaati dan memuaskan Tuhan tanpa meminta imbalan. Bahkan jika kita dihadapkan dengan ujian dan kesengsaraan besar, kita tidak mengeluh kepada Tuhan, juga tidak mengkhianati-Nya, dapat mematuhi pengaturan dan penataan Tuhan, serta memberikan kesaksian yang indah dan bergema bagi Tuhan. Hanya dengan demikian, kita akan menjadi orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita. Setelah kita memahami kehendak dan tuntutan Tuhan dan mengetahui kekurangan kita sendiri, kita akan menjadi rela untuk meninggalkan kedagingan, menyembah dan menaati Tuhan tanpa syarat, dan bersedia berdiri teguh dalam kesaksian untuk memuaskan Tuhan. Dengan cara ini, kita akan menghasilkan iman yang sejati kepada Tuhan dan menjadi kesaksian untuk memuaskan Tuhan.

Catatan Editor

Setelah membaca artikel ini, tahukah Anda apakah iman itu? Sudahkah Anda menemukan cara untuk menghasilkan iman yang sejati? Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat bagimu, silakan membagikannya dengan lebih banyak orang. Jika memiliki pertanyaan atau kebingungan lain, Anda bisa menghubungi kami melalui obrolan online atau Messenger. Kami bersedia menjawab pertanyaan apa pun untuk Anda kapan saja.

Tinggalkan komentar