Di dunia yang penuh ketidakpastian dan kesulitan ini, sering kali kita merasa cemas, takut, bahkan putus asa, tidak tahu apa yang akan terjadi besok, atau bagaimana nasib dan masa depan kita. Membaca konten berikut akan membantu Anda dan memberi Anda kesempatan untuk mendapatkan kekuatan dan harapan dari Tuhan!
1. “Sebab Aku tahu rencana-rencana yang Kumiliki untukmu,” demikianlah firman Tuhan, “rencana-rencana untuk kesejahteraan, bukan untuk kemalangan, untuk memberimu harapan dan masa depan.” (Yeremia 29:11)
Ayat Alkitab ini adalah janji setia Tuhan dan mengungkapkan kepedulian dan pemeliharaan-Nya bagi kita. Hidup di dunia yang berada dalam kekacauan ini, kita akan menghadapi berbagai kemunduran, penderitaan dan krisis, membuat kita merasa cemas, takut dan bahkan putus asa. Namun Tuhan mengatakan kepada kita dalam ayat Alkitab ini bahwa Dia tidak melupakan kita. Sebaliknya, Dia memiliki rencana untuk kesejahteraan kita dan rencana yang indah bagi kita. Rencana Tuhan bukan untuk membawa kemalangan bagi kita, tetapi untuk memberi kita berkat agar kita bisa terhibur dan penuh harapan di masa depan. Jadi kita tidak boleh terintimidasi oleh penderitaan yang ada di hadapan kita, dan kita juga tidak boleh terguncang oleh badai dunia. Kita dapat bersandar pada Tuhan dan yakin bahwa rencana-Nya lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Semoga kita selalu mengingat penghiburan ini, dengan teguh melepaskan kekhawatiran, percaya pada rencana baik Tuhan, dan melangkah maju dalam kasih-Nya.
2. “Perhatikanlah orang-orang yang tulus dan lihatlah orang-orang yang jujur, karena ada masa depan bagi orang yang suka damai.” (Mazmur 37:37)
Hidup di dunia yang bising ini, kita sering kali terjerat dalam urusan-urusan sepele yang sibuk dan rumit, serta sering mengabaikan orang-orang yang benar-benar tulus dan jujur di sekitar kita. Namun, ayat Alkitab ini memperingatkan kita untuk mengamati dengan cermat mereka yang tulus dan jujur. Orang yang tulus dan jujur bukanlah orang yang berpura-pura bermoral, melainkan orang yang murni dan tulus hatinya. Mereka adalah orang yang di dalam hatinya ada Tuhan, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mereka tidak akan goyah dalam pencobaan atau menundukkan kepala dalam kesulitan. Mereka adalah orang-orang yang dapat menjunjung tinggi jalan Tuhan dalam lingkungan apa pun. Orang-orang seperti itu layak untuk kita amati dengan cermat dan bahkan lebih layak untuk kita tiru. Sama seperti Ayub yang dicatat dalam Alkitab, dia adalah manusia yang sempurna, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dia percaya bahwa Tuhan berdaulat atas segalanya, dan dia juga bersedia menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan.
Menghadapi cobaan kehilangan harta benda, anak-anaj, bahkan mempertaruhkan nyawa, Ayub tetap berpegang teguh pada jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan tanpa mengeluh kepada Tuhan. Ia masih mampu memuji Tuhan dari lubuk hatinya dan memberikan kesaksian yang indah dan bergema bagi Tuhan. Kehidupan Ayub adalah kehidupan yang berharga dan bermakna. Seperti yang Tuhan katakan: “Apakah Ayub menjalani kehidupan yang bernilai? Di manakah nilainya? Mengapa dikatakan dia menjalani kehidupan yang bernilai? Bagi manusia, apakah nilai dirinya? Dari sudut pandang manusia, Ayub merepresentasikan umat manusia yang ingin Tuhan selamatkan, dalam menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan di hadapan Iblis dan orang-orang di dunia. Ayub memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi oleh makhluk ciptaan Tuhan, dan menjadikan dirinya teladan dan bertindak sebagai model, bagi semua orang yang ingin Tuhan selamatkan, memungkinkan orang untuk melihat bahwa sangatlah mungkin untuk menang atas Iblis dengan mengandalkan Tuhan. Apa nilai Ayub bagi Tuhan? Bagi Tuhan, nilai kehidupan Ayub terletak pada kemampuannya untuk takut akan Tuhan, menyembah Tuhan, bersaksi tentang perbuatan Tuhan, dan memuji perbuatan Tuhan, memberi penghiburan kepada Tuhan dan sesuatu untuk dinikmati; bagi Tuhan, nilai kehidupan Ayub juga adalah dalam hal bagaimana, sebelum kematiannya, Ayub mengalami ujian dan menang atas Iblis, dan menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan di hadapan Iblis dan orang-orang di dunia sehingga Tuhan memperoleh kemuliaan di antara umat manusia, menghibur hati-Nya, dan memungkinkan hati-Nya yang berhasrat untuk menyaksikan hasilnya dan melihat harapan. Kesaksiannya itu menjadi teladan tentang adanya kemampuan untuk berdiri teguh dalam kesaksian orang bagi Tuhan, dan kemampuan mempermalukan Iblis atas nama Tuhan, di dalam pekerjaan Tuhan mengelola umat manusia. Bukankah ini nilai kehidupan Ayub? Ayub membawa penghiburan bagi hati Tuhan, dia memberi Tuhan pendahuluan akan kenikmatan memperoleh kemuliaan, dan memberikan awal yang indah bagi rencana pengelolaan Tuhan. Sejak saat itu dan seterusnya, nama Ayub menjadi simbol tentang Tuhan memperoleh kemuliaan, dan tanda kemenangan umat manusia atas Iblis. Apa yang dihidupi Ayub selama masa hidupnya, serta kemenangannya yang luar biasa atas Iblis akan selamanya dihargai oleh Tuhan, dan hidupnya yang tak bercela, kejujuran, dan sikapnya yang takut akan Tuhan akan dihormati dan ditiru oleh generasi yang akan datang. Dia akan selamanya dihargai oleh Tuhan seperti mutiara yang sempurna dan berkilau, dan demikian pula dia layak dihargai oleh manusia!” (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II)
Semoga kita dengan cermat mengamati apakah ada orang-orang yang tak bercela dan jujur seperti Ayub di sekitar kita dalam perjalanan kehidupan, dan meneladani mereka serta tetap bersama mereka, sehingga kita akan memiliki harapan untuk menjadi orang yang tak bercela yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, serta mengantarkan akhir yang bahagia.
3. “Serahkan perbuatanmu kepada Tuhan, dan rencanamu akan berhasil” (Amsal 16:3)
Dalam hidup yang kompleks, kita sering kali memiliki banyak tanggung jawab dan harapan, yang untuknya kita bekerja keras, membuat rencana, dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
Namun ayat Alkitab ini mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh berusaha hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, yang terpenting adalah mempercayakan segala sesuatu yang kita lakukan kepada Tuhan yang melampaui segalanya. Namun mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan bukanlah penyangkalan terhadap usaha dan rencana kita, melainkan semacam kepercayaan terhadap kuasa, hikmat dan bimbingan Tuhan, serta semacam sikap yang rendah hati dan teguh. Dalam proses berusaha, kita harus menjaga kemurnian motif dan tujuan kita, mengintegrasikan rencana dan tujuan kita dengan kehendak Tuhan, dan memastikan bahwa tindakan kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah menerima rahmat dan dukungan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita lakukan.
Saat kita memulai perjalanan perjuangan, semoga kita menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati, serta yakin akan kedaulatan dan bimbingan-Nya, apa yang kita rencanakan pasti akan berhasil, dan perjalanan hidup kita akan menjadi semakin kaya dan bermakna.
4. “Jiwa kita menantikan Tuhan; Dialah penolong dan perisai kita.” (Mazmur 33:20)
Ayat Alkitab ini menyampaikan kepercayaan kepada Tuhan dan keinginan yang mendalam untuk menantikan bimbingan dan perlindungan Tuhan dalam hidup. Setiap saat dalam hidup kita adalah saat untuk menantikan Tuhan. Ini bukan penantian secara membabi buta, namun pencarian terus-menerus akan kehendak dan bimbingan Tuhan dalam iman. Dalam pasang surut kehidupan, ketika menghadapi tantangan dan kesulitan tak terduga yang membuat kita merasa tidak berdaya, kita perlu mengandalkan kekuatan dan dukungan Tuhan, mencari kehendak-Nya, dan menunggu bimbingan dan pertolongan-Nya. Dalam proses menantikan Tuhan, kita tidak hanya mencari bimbingan-Nya, tetapi juga mengandalkan perlindungan-Nya untuk menghadapi setiap tantangan. Percayalah bahwa perlindungan Tuhan ibarat perisai kuat yang melindungi kita dari segala kemungkinan bahaya.
Semoga kita setia menantikan Tuhan setiap saat. Dalam penantian, kita mengarahkan pandangan kita kepada Yang Maha Tinggi yang menolong dan melindungi kita. Dengan demikian, meskipun perjalanan hidup kita penuh dengan ketidakpastian, kita penuh kedamaian dan keteguhan hati karena menantikan dan memercayai Tuhan.
5. “Jangan engkau mengejar uang, dan puaslah dengan apa yang engkau miliki, karena Dia telah berfirman, “Aku tidak akan membiarkanmu atau meninggalkanmu.”” (Ibrani 13:5)
Ayat Alkitab ini mengajak kita untuk tidak serakah akan uang, tetapi merasa puas dengan apa yang kita miliki, dan mengajarkan kita bagaimana memandang uang, kekayaan, dan iman dengan benar. Kita hidup di dunia yang penuh dengan keinginan dan godaan materialistis. Mengejar kekayaan dan materi telah menjadi tujuan utama kehidupan banyak orang. Banyak orang percaya bahwa hanya dengan memiliki uang dan materi yang berlimpah barulah dapat menjamin kehidupan masa depan mereka. Dan ayat Alkitab ini mengingatkan kita untuk tidak membiarkan keserakahan dan pengejaran akan harta mempengaruhi rasa puas diri kita terhadap apa yang kita miliki dan kepercayaan kita kepada Tuhan, karena Tuhan adalah sandaran abadi kita, dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita kapan pun dan di mana pun.
Selama kita memiliki iman dan ketergantungan yang cukup kepada Tuhan, serta menerima perbekalan hidup dan keselamatan dari Tuhan, maka kita akan mampu memperoleh kekayaan batin yang sejati. Hanya inilah jaminan sesungguhnya bagi masa depan kita. Ketika kita berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan, menerima kedaulatan Tuhan, dan menaati semua pengaturan Tuhan, kita akan mengalami kelimpahan sejati yang melampaui kekayaan materi. Semoga kita selalu ingat bahwa kekayaan materi tidak dapat menggantikan tempat Tuhan dalam hidup kita. Kelimpahan sejati berasal dari hadirat Tuhan, janji Tuhan, dan kepercayaan serta ketaatan kita kepada Tuhan.
6. “Marilah kita berpegang teguh pada pengharapan yang kita akui, karena Dia yang berjanji adalah setia.” (Ibrani 10:23)
Ayat Alkitab ini mengingatkan kita untuk tetap teguh dalam perjalanan iman kita karena pengharapan kita datang dari Tuhan yang setia selamanya. Dalam perjalanan hidup, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, dan harapan iman adalah pilar kokoh kita. Jalan iman bukanlah jalan yang mulus, namun dalam perjalanan yang berliku inilah kita dengan teguh percaya pada janji Tuhan dan belajar memercayai kesetiaan Tuhan. Di tengah liku-liku kehidupan, kesetiaan Tuhan menjadi penopang kita yang paling kokoh, yang dapat memantapkan langkah kita dalam perjalanan iman, dan memampukan kita untuk melangkah menuju masa depan yang lebih teguh.
Semoga kita tetap teguh dalam menghadapi badai kehidupan dan tidak membiarkan harapan batin kita tergoyahkan. Karena Tuhan yang memberi kita pengharapan dan janji kepada kita memiliki otoritas dan kuasa, dan kesetiaan-Nya adalah sumber kekuatan bagi kita untuk tetap teguh dalam iman kita.
7. "Engkau akan menjaga orang yang hatinya teguh dengan kedamaian yang sempurna, karena dia percaya kepada-Mu. Percayalah kepada Tuhan untuk selama-lamanya, sebab Tuhan Yahweh adalah gunung batu yang kekal." (Yesaya 26:3-4)
Ayat ini memungkinkan kita melihat janji-janji Tuhan yang indah bagi mereka yang dengan teguh bersandar kepada-Nya. Di dunia yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian ini, sering kali kita merasa tidak berdaya, dan tidak dapat menemukan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa kita, namun ayat Alkitab ini memberi tahu kita bahwa ketika kita menyerahkan segala kesusahan dan kekhawatiran kita kepada Tuhan, dan dengan teguh bersandar kepada-Nya, Dia akan melindungi kita dan memberi kita kedamaian yang sempurna. Ini adalah kedamaian yang melampaui dunia, dan adalah semacam kedamaian batin yang mendalam dan keteguhan iman. Atas dasar iman ini, kita memiliki iman dan kekuatan untuk menghadapi naik turunnya kehidupan dan menghadapi berbagai tantangan, karena yang kita andalkan adalah gunung batu yang kekal—Tuhan. Sebagaimana firman Tuhan katakan: “Tenanglah di dalam diri-Ku, karena Akulah Tuhanmu, satu-satunya Penebusmu. Engkau harus selalu menenangkan hatimu dan hidup di dalam-Ku; Akulah batu karangmu, penopangmu. Jangan memikirkan yang lain, tetapi andalkanlah diri-Ku dengan segenap hatimu dan Aku pasti akan menampakkan diri kepadamu—Akulah Tuhanmu!” (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, Perkataan Kristus Pada Mulanya, Bab 26)
Semoga kita selalu dengan teguh bersandar kepada Tuhan dalam perjalanan hidup. Dia akan melindungi kita, sehingga kita menemukan stabilitas dan kedamaian yang sejati dalam iman kita, dan melewati semua kesulitan.
8. “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri; dalam segala jalanmu akuilah Dia, dan Dia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)
Dari ayat Alkitab ini, kita mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga, yaitu percaya kepada Tuhan dengan segenap hati dan tidak bersandar pada pengertian sendiri. Ini adalah panggilan untuk beriman kepada Tuhan dan sepenuhnya bersandar kepada-Nya. Hidup di dunia yang jahat dan gelap ini, ketika kita menghadapi tantangan dan masalah seperti kesulitan hidup, pengkhianatan dalam pernikahan, pekerjaan yang tidak berjalan lancar, dan siksaan penyakit, kita mungkin akan mencoba menggunakan kebijaksanaan dan strategi kita sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun ayat Alkitab ini mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan kita terbatas, sementara hikmat Tuhan tidak terbatas. Ketika kita percaya kepada Tuhan dengan segenap hati kita, kita akan dapat merasakan bimbingan dan hikmat-Nya. Tidak lagi mengandalkan kebijaksanaan kita yang terbatas, namun dengan rendah hati menerima tuntunan Tuhan dalam iman kita dan mencari pencerahan hikmat-Nya. Dengan cara ini, Tuhan akan membimbing kita untuk menemukan cara menyelesaikan kesulitan-kesulitan kita. Seperti yang Tuhan katakan: "Sangat sederhana sekarang: pandanglah diri-Ku dengan hatimu, dan rohmu akan segera tumbuh dengan kuat. Engkau akan memiliki jalan untuk kauterapkan, dan Aku akan memandu setiap langkahmu. Firman-Ku akan diungkapkan kepadamu sepanjang waktu dan di semua tempat. Di mana pun atau kapan pun, atau seburuk apa pun lingkungannya, Aku akan membuatmu mengerti dengan jelas, dan hati-Ku akan diungkapkan kepadamu jika engkau memandang-Ku dengan hatimu; dengan cara inilah, engkau akan menempuh jalan ke depan dan tidak pernah tersesat.” (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, Perkataan Kristus Pada Mulanya, Bab 13)
Semoga kita belajar memandang Tuhan dengan hati kita dalam setiap langkah yang kita ambil, mengandalkan kuasa-Nya sebagai ketergantungan kita, dan mengandalkan hikmat-Nya sebagai penuntun kita, sehingga hidup kita bisa menjadi lebih terarah dan memiliki tujuan. Dengan iman, kita bisa merasakan bimbingan Tuhan dan menghargai perbuatan ajaib-Nya dalam hidup kita.
9. “Saudara-saudari yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Tuhan, tetapi belum jelas bagaimana akan jadinya kita kelak. Namun kita tahu bahwa ketika Kristus muncul, kita akan menjadi seperti Dia, karena kita akan melihat Dia sebagaimana adanya.” (1 Yohanes 3:2 )
Ayat ini menyampaikan sebuah pesan dan penyingkapan yang penting kepada kita. Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus mungkin akan berpikir bahwa karena kita percaya kepada Tuhan Yesus, dosa-dosa kita sudah diampuni, kita menikmati kasih karunia Tuhan yang berlimpah, dan kita sudah menjadi anak-anak Tuhan, jadi ketika Tuhan datang, Dia akan membawa kita ke dalam kerajaan surga untuk melihat wujud Tuhan yang sebenarnya. Namun ayat ini memberi tahu kita bahwa meskipun kita adalah anak-anak Tuhan sekarang, namun belum dapat dipastikan apakah kita akan menjadi anak-anak di kemudian hari, karena anak-anak Tuhan yang sejati adalah mereka yang sudah lepas dari dosa dan tidak berbuat dosa lagi serta sudah disucikan. Hanya orang seperti ini yang dapat masuk ke dalam kerajaan surga dan melihat Tuhan, seperti yang dikatakan dalam Alkitab, “Karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Melihat diri kita saat ini, meskipun dosa-dosa kita sudah diampuni karena percaya kepada Tuhan, kita masih sering berbuat dosa, dan masih hidup dalam keadaan melakukan dosa dan kemudian mengakui dosa. Hal ini menunjukkan bahwa diampuni dari dosa karena percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti manusia telah bebas dari belenggu dan kendali dosa, terlebih lagi bukan berarti manusia sudah mencapai kesucian. Oleh karena itu, mereka yang terus menerus berbuat dosa bukanlah anak-anak Tuhan yang sejati. Jadi bagaimana kita bisa menyingkirkan dosa, mencapai penyucian, dan menjadi anak Tuhan yang sejati? Tuhan berfirman: "Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Dia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia; Dia tidak membebaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menjadi korban penghapus dosa dan menanggung dosa manusia, tetapi juga membuat Tuhan harus melakukan pekerjaan yang jauh lebih besar untuk membebaskan manusia sepenuhnya dari wataknya yang telah dirusak oleh Iblis. Jadi, sekarang setelah manusia diampuni dari dosa-dosanya, Tuhan telah datang kembali menjadi daging untuk membawa manusia memasuki zaman yang baru, dan memulai pekerjaan hajaran dan penghakiman. Pekerjaan ini telah membawa manusia ke dalam alam yang lebih tinggi. Semua orang yang tunduk di bawah kekuasaan-Nya akan menikmati kebenaran yang lebih tinggi dan menerima berkat yang lebih besar. Mereka akan benar-benar hidup dalam terang, dan mereka akan mendapatkan jalan, kebenaran, dan hidup.” (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, Kata Pengantar)
Firman Tuhan mengatakannya dengan sangat jelas. Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan dan Dia hanya mengampuni dosa-dosa manusia. Namun, setelah dosa-dosa manusia diampuni, manusia masih sering berbuat dosa tanpa terkendali dan tidak sepenuhnya terbebas dari belenggu dosa. Tidak peduli berapa tahun orang percaya kepada Tuhan Yesus, tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari dosa dan mencapai kesucian. Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan benar. Tanpa kekudusan, manusia tidak dapat melihat Tuhan. Bagaimana orang yang hidup dalam dosa bisa memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan dan melihat wujud Tuhan yang sebenarnya? Oleh karena itu, Tuhan Yesus datang kembali di akhir zaman untuk mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman dan hajaran untuk sepenuhnya menyucikan manusia, menyelamatkan manusia dari dosa dan pengaruh Iblis, serta membawa manusia ke dalam kerajaan Tuhan. Dapat dilihat bahwa hanya dengan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, barulah kita bisa bebas dari dosa dan disucikan, dan memenuhi syarat untuk menjadi anak-anak Tuhan dan memasuki kerajaan Tuhan.
Jika Anda ingin mengetahui tentang pekerjaan penghakiman dan penyucian yang dilakukan Tuhan ketika Dia datang kembali untuk mengungkapkan kebenaran, dan segera melepaskan diri dari dosa dan menjadi anak Tuhan, serta memasuki kerajaan surga, silakan hubungi kami melalui jendela obrolan online di bagian bawah situs web. Mari kita pelajari firman Tuhan bersama dan berkomunikasi secara online.
Semoga ayat Alkitab tentang masa depan di atas dapat membantu Anda. Saya berharap kita dapat mempercayai Tuhan dengan segenap hati dan pikiran, dan mencari pertolongan Tuhan dalam perjalanan hidup yang tidak dapat diprediksi ini. Karena Tuhan itu benar, dapat diandalkan, dan memiliki kuasa yang sangat besar; Dia memiliki hikmat yang lebih tinggi dan rencana yang lebih baik. Di dalam Tuhan, kita dapat menemukan keyakinan dan jalan untuk mengatasi kesulitan, memungkinkan kita berjalan bersama Tuhan di setiap langkah dan mendapatkan kekuatan serta harapan dari Tuhan.
Jika Anda ingin benar-benar mengandalkan Tuhan untuk mendapatkan pertolongan-Nya dan berani menghadapi masa depan yang tidak diketahui, silakan hubungi kami melalui jendela obrolan online di bagian bawah situs web. Mari kita pelajari firman Tuhan bersama dan berkomunikasi secara online.