Selalu ada berbagai keresahan dan penderitaan dalam hidup kita. Beberapa orang sering merasa pusing saat mendidik anak-anaknya, dan beberapa orang terjebak semakin dalam menghadapi tren buruk di tempat kerja sampai tersesat; ada juga beberapa orang yang bekerja keras untuk menghasilkan uang sampai kelelahan dan menderita penyakit, hidup dalam penderitaan dll., apakah akar dari penderitaan dalam hidup? Bagaimana kita menemukan tujuan pengejaran yang benar dalam hidup dan menjalani kehidupan yang bermakna? 6 film keluarga Kristen pilihan, tonton pengalaman Kristen yang benar, dan Anda akan menemukan jawabannya.
Cinta Seorang Ibu adalah film keluarga Kristen yang membahas masalah cara membesarkan anak.
"Pengetahuan dapat mengubah nasibmu" dan "Putranya menjadi naga, putrinya menjadi phoenix" adalah harapan yang dimiliki hampir semua orang tua untuk anak-anak mereka. Untuk memastikan putrinya, Jiarui, dapat lulus tes dan ujian masuk universitas yang bagus, Xu Wenhui memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai direktur penjualan untuk menemani Jiarui belajar untuk mengikuti tes ulang. Metode pengajaran tekanan tinggi Xu Wenhui dan tekanan kompetitif ujian masuk perguruan tinggi membuat putrinya runtuh, dan hampir putus asa. Xu Wenhui merasa sangat menyesal karenanya: Dia pikir semua yang dia lakukan adalah demi keuntungan putrinya, tetapi sebaliknya, dia hanya menyebabkan putrinya sakit dan terluka…. Di saat inilah teman sekelasnya, Fang Xinping memberitakan Injil Tuhan kepadanya. Dengan membaca firman Tuhan, Xu Wenhui akhirnya memahami mengapa mengejar cita-cita seperti "Pengetahuan dapat mengubah nasib Anda" hanya akan melukai dirinya sendiri dan anaknya, dan memahami bagaimana mendidik putrinya dengan cara yang mengungkapkan cinta sejati ...
Orang tua Wenya berpisah ketika dia berusia 2 tahun, setelah itu dia tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya tidak tahan dengannya dan selalu bertengkar dengan ayahnya. Sang ayah hanya memiliki sedikit pilihan–dia harus mengirim Wenya ke rumah ibunya, tetapi ibunya sedang fokus sepenuhnya pada menjalankan bisnisnya dan tidak punya waktu untuk mengasuh Wenya, jadi dia seringkali dititipkan di rumah sanak saudara dan rumah teman-temannya untuk diasuh. Setelah bertahun-tahun hidup dalam pengasuhan, Wenya muda merasa kesepian dan tidak berdaya dan rindu kehangatan sebuah keluarga. Hanya ketika ayahnya dan ibu tirinya bercerai dia pulang ke sisi ayahnya, dan sejak itu dia memiliki sebuah keluarga, dalam keadaan baik maupun buruk.
Ketika Wenya dewasa, dia menjadi pribadi yang sangat hati-hati dan patuh, dia belajar dengan keras. Tetapi sementara dia sedang bekerja keras untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, kemalangan menimpanya: Ibunya mengalami pendarahan otak dan menjadi lumpuh serta terbaring di tempat tidur. Ayah tirinya mencampakkan ibunya dan bahkan menguasai semua kekayaannya dan lalu ayahnya dirawat di rumah sakit karena kanker-hati .... Wenya tidak mungkin menanggung beban rumah tangga, jadi satu-satunya yang dia bisa lakukan adalah memohon pertolongan dari sanak saudara dan teman, tetapi dia ditolak ....
Sementara Wenya sedang menderita dan tanpa jalan keluar, dua saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa bersaksi kepada Wenya, ibunya, dan adiknya tentang pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman. Mereka menjadi mengerti akar kesakitan di dalam kehidupan manusia dari firman Tuhan Yang Mahakuasa, dan mengerti bahwa hanya jika manusia datang di hadirat Tuhan mereka dapat memperoleh perlindungan Tuhan dan hidup dalam kebahagiaan. Hanya melalui penghiburan firman Tuhan, ibu dan anak mampu keluar dari kesakitan dan ketidakberdayaan mereka. Wenya sungguh mengalami kasih dan belas kasihan Tuhan; dia akhirnya merasakan kehangatan sebuah keluarga, dan masuk ke dalam sebuah keluarga yang sempurna ....
Li Xinguang adalah seorang siswa SMU. Sejak kecil, dia telah menjadi anak yang bijaksana dan berperilaku baik. Orang tua dan gurunya sangat menyukainya. Ketika masuk SMP, dia tergila-gila pada gim komputer internet. Dia sering bolos untuk pergi ke kafe internet. Orang tuanya telah melakukan segala cara untuk membantunya lepas dari kecanduan permainan tersebut. Sayangnya, kecanduan Li Xinguang semakin memburuk. Dia menjadi putus asa dan perlahan-lahan berubah menjadi anak yang nakal. Ketika Orang tua Li Xinguang merasa bahwa mereka sudah kehilangan akal, mereka mendengar bahwa Tuhan mampu menyelamatkan orang, membantu mereka lepas dari kecanduan main gim dan membebaskan diri dari kerusakan Iblis. Akibatnya, mereka memutuskan untuk percaya dan berharap kepada Tuhan untuk menyelamatkan putra mereka. Melalui firman Tuhan, mereka memahami sumber dari kerusakan dan kebobrokan umat manusia. Mereka melihat kebenaran tentang kegelapan dan kejahatan manusia dan mengerti bahwa hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan manusia dan membebaskan mereka dari kerusakan dan kesengsaraan Iblis. Yang harus dilakukan Xinguang hanyalah percaya kepada Tuhan dan memahami kebenaran, maka dia akan bisa menghentikan kecanduan main gim. Hasilnya, mereka mewartakan Injil kepada Xinguang dan membimbingnya untuk membaca firman Tuhan. Mereka berdoa kepada Tuhan dan meminta Dia untuk menyelamatkan putra mereka dan membantunya lepas dari kecanduan main gim.... Setelah bergelut, Xinguang mulai berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia. Di bawah tuntunan firman Tuhan, dia akhirnya lepas dari kecanduan main gim dan membebaskan dirinya dari kerusakan dan kesengsaraan Iblis. Anak yang tersesat dalam permainan internet dan kafe internet ini akhirnya pulang!
Wang Xinyu dan suaminya mengelola sebuah toko pakaian, dan walau awalnya mereka mencoba mengoperasikan toko mereka dengan integritas dan hati nurani, mereka tidak mendapatkan banyak uang, dan kehidupan mereka sangat sulit. Tetapi ketika mereka melihat rekan-rekan mereka yang mengandalkan kebohongan dan tipu daya untuk berbisnis membeli mobil dan rumah serta hidup mewah, mereka memutuskan tidak ingin ketinggalan. Dipandu oleh rekan-rekan mereka, mereka mengikuti tren sosial dan mulai berbisnis dengan kebohongan dan tipu daya. Beberapa tahun kemudian, meskipun mereka menghasilkan uang, hati nurani mereka sering gelisah dan hati mereka terasa hampa. Kemudian, mereka menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman, membaca firman Tuhan, dan dengan itu mereka menemukan bahwa Tuhan menyukai orang yang jujur dan memandang rendah orang yang menipu dan belajar bahwa orang jujur menerima berkat Tuhan. Namun, mereka juga melihat kejahatan dan kegelapan di dunia dan khawatir mereka tidak akan dapat menghasilkan uang dengan berbisnis dengan integritas, dan bahkan akan berisiko kehilangan uang, tetapi jika mereka terus menggunakan kebohongan dan tipu daya untuk menipu pelanggan, mereka tahu Tuhan akan membenci mereka karenanya. ... Setelah beberapa pergumulan dan kegagalan, mereka akhirnya memilih untuk menjadi orang jujur sesuai dengan firman Tuhan, dan terkejut karena menerima berkat Tuhan. Tidak hanya bisnis mereka berkembang, mereka juga menikmati kedamaian dan keamanan sebagai orang jujur.
Untuk mendapatkan cukup uang untuk menjalani kehidupan yang baik, Ding Ruilin dan suaminya bekerja keras untuk membuka dan mengelola bisnis. Namun, lantaran eksploitasi dan kekejaman pemerintah PKT, mereka terus terbelit utang, dan tak punya pilihan selain pergi ke luar negeri untuk bekerja. Untuk menghasilkan lebih banyak uang, Ding Ruilin mengambil dua pekerjaan. Beban berat dari pekerjaan dan ketidakpedulian orang-orang di sekitarnya membuatnya menyadari kesengsaraan dan ketidakberdayaan hidup demi uang. Di tengah kesengsaraan dan kebingungannya, dia bertemu teman sekelasnya di SMU, Lin Zhixin. Dalam pembicaraan mereka, Ding Ruilin melihat Lin Zhixin telah memahami banyak hal karena imannya kepada Tuhan. Dengan kehadiran Tuhan, dia merasakan kedamaian rohani dan kebahagiaan, dan hidup dalam kondisi yang santai dan nyaman, yang membuat Ding Ruilin ingin percaya juga kepada Tuhan. Tak lama sesudahnya, untuk menghasilkan lebih banyak uang, Ding Ruilin dan suaminya mengambil alih sebuah restoran, tetapi kelelahan jangka panjang menyebabkan Ding Ruilin sakit parah, yang pada gilirannya membuatnya berisiko mengalami kelumpuhan. Siksaan penyakitnya membuat Ding Ruilin mulai merenungkan kehidupan. Untuk apa orang hidup? Apakah layak mengorbankan hidup demi kekayaan dan ketenaran? Bisakah uang membantu manusia keluar dari kehampaan dan kesengsaraan? Bisakah uang menyelamatkan manusia dari kematian? Melalui persekutuan saudari-saudarinya tentang firman Tuhan, Ding Ruilin dapat dengan jelas melihat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan ini, dia belajar tentang hal terpenting untuk dikejar dalam hidup, dan dia akhirnya menemukan kebebasan rohani. Melalui bimbingan dalam firman Tuhan, Ding Ruilin akhirnya menemukan kebahagiaan dalam hidup ...
Chen Zhi lahir dalam sebuah keluarga petani yang miskin. Di sekolah, "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu" dan "Takdir seseorang berada di tangannya sendiri" yang diajarkan sekolah menjadi motonya. Dia percaya kalau selama dia terus bekerja keras, dia bisa berada di atas orang lain, lalu menjadi sukses dan terkenal. Setelah lulus kuliah, Chen Zhi mendapat pekerjaan dengan gaji cukup besar dalam bidang perdagangan internasional. Namun dia tidak sepenuhnya puas dengan keadaannya sekarang. Untuk mencapai ambisinya menjadi berada di atas orang lain, dia berhenti dari pekerjaannya dan mendirikan perusahaannya sendiri. Namun masa-masa bahagia tidak berlangsung lama. Karena manajemen yang buruk, klien semakin berkurang, dan keuntungan perusahaan mulai mengecil.Pada akhirnya, perusahaan tidak bisa terus beroperasi. Setelah perusahaannya bangkrut, Chen Zhi sama sekali tidak mau menerima kegagalannya. Dia percaya dengan mengandalkan kepandaian dan kemampuannya sendiri, selama dia tetap berusaha, dia bisa kembali sukses. Setelah itu, Chen Zhi membuat sebuah situs pemasaran dan menjalankan bisnis Internet. Setelah sibuk selama beberapa tahun, pada akhirnya dia masih tetap merasakan kegagalan. Chen Zhi menjadi sangat tertekan dan merasa putus asa …
Pada tahun 2016, keluarga Chen Zhi pindah ke Amerika. Melalui pertolongan istrinya, dia menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman. Dari membaca firman Tuhan, Chen Zhi akhirnya memahami bahwa Tuhan mengendalikan nasib manusia, dan manusia tidak bisa mengubah nasib mereka dengan hanya mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Dia juga mengetahui sumber dari tekanan-tekanan yang dialami manusia sepanjang hidup mereka, dan bagaimana Iblis sudah merusak manusia. Akhirnya dia paham kalau manusia ingin memiliki kehidupan yang berarti, maka manusia harus datang ke hadapan Tuhan, menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan untuk disucikan, lalu hidup mengandalkan firman Tuhan, dan baru setelah itu mereka akan menerima pujian dari Tuhan. Chen Zhi memahami sedikit kebenaran di dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa, mendapatkan cara pandang kehidupan yang benar, menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, mematuhi pengendalian dan pengaturan Tuhan, dan akhirnya membuang kuk dalam jiwanya, yaitu "Nasib seseorang berada di tangannya sendiri," lalu menerima pelepasan dan kebebasan. Sejak itu dia berjalan menuju terang dan melangkah di jalan hidup yang benar.