100. Kedatangan Tuhan dalam daging terutama dimaksudkan untuk memampukan manusia melihat perbuatan sejati Tuhan, untuk memberikan wujud daging bagi Roh yang tak berwujud, dan untuk memungkinkan manusia melihat dan menyentuh-Nya. Dengan demikian, mereka yang dilengkapi oleh-Nya akan hidup dalam-Nya, didapatkan oleh-Nya, dan juga berkenan di hati-Nya. Jika Tuhan hanya berbicara di surga, dan tidak benar-benar turun ke bumi, orang-orang tetap tidak akan mampu mengenal Tuhan; mereka hanya akan dapat memberitakan perbuatan Tuhan dengan teori kosong, dan tidak memiliki firman Tuhan sebagai kenyataan. Tuhan telah turun ke bumi terutama untuk bertindak sebagai teladan dan contoh bagi mereka yang akan didapatkan oleh-Nya; hanya dengan beginilah manusia dapat benar-benar mengenal Tuhan, menyentuh Tuhan, dan melihat-Nya, dan barulah setelah itu mereka bisa sungguh-sungguh didapatkan oleh Tuhan.
Dikutip dari "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
101. Hanya setelah Tuhan merendahkan diri-Nya sampai pada titik tertentu, artinya, setelah Tuhan menjadi daging, barulah manusia dapat menjadi sahabat karib dan orang kepercayaan-Nya. Tuhan adalah Roh: bagaimana manusia memenuhi syarat untuk menjadi sahabat karib Roh ini, yang maha mulia dan tak dapat dipahami? Setelah Roh Tuhan turun menjadi daging, dan menjadi makhluk dengan bentuk lahiriah yang sama seperti manusia, barulah manusia dapat memahami kehendak-Nya dan benar-benar didapatkan oleh-Nya. Dia berbicara dan bekerja di dalam daging, turut mengalami sukacita, dukacita, dan kesengsaraan manusia, hidup di dunia yang sama dengan manusia, melindungi manusia, dan membimbing mereka, dan melalui semua ini, Dia mentahirkan manusia dan memungkinkan mereka untuk memperoleh penyelamatan dan berkat-Nya. Setelah memperoleh hal-hal ini, manusia benar-benar memahami kehendak Tuhan, dan setelah itu, barulah mereka dapat menjadi sahabat karib Tuhan. Hanya inilah yang praktis. Jika Tuhan tak kelihatan dan tidak berwujud bagi manusia, lalu bagaimana mungkin manusia bisa menjadi sahabat karib-Nya? Bukankah ini adalah doktrin kosong?
Dikutip dari "Hanya Orang yang Mengenal Tuhan dan Pekerjaan-Nya yang Dapat Memuaskan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
102. Bagi mereka yang hidup dalam daging, untuk mengubah watak mereka, haruslah ada tujuan untuk dikejar, dan untuk mengenal Tuhan, mereka haruslah menyaksikan perbuatan nyata dan wajah nyata Tuhan. Keduanya hanya dapat dicapai oleh daging Tuhan yang berinkarnasi, dan keduanya hanya dapat diraih oleh daging yang normal dan nyata. Inilah mengapa inkarnasi itu perlu, dan mengapa itu dibutuhkan oleh semua manusia yang rusak. Karena manusia wajib mengenal Tuhan, gambar tuhan-tuhan yang samar dan supranatural harus dihapuskan dari hati mereka, dan karena manusia wajib membuang watak rusak mereka, mereka harus terlebih dahulu mengenal watak rusak mereka. Jika hanya manusia yang berupaya untuk menghapus gambar tuhan-tuhan yang samar dari hati orang, ia akan gagal memperoleh dampak yang semestinya. Gambar tuhan-tuhan yang samar di hati manusia tidak dapat disingkapkan, dibuang, atau benar-benar dihapus oleh firman saja. Dengan melakukan ini, pada akhirnya tetaplah tidak mungkin untuk menghapus hal-hal yang telah sangat berakar ini dari diri manusia. Hanya dengan mengganti hal-hal samar dan supranatural ini dengan Tuhan yang nyata dan gambar sejati Tuhan, dan membuat manusia perlahan-lahan memahaminya, barulah dampak yang diinginkan dapat dicapai. Manusia menyadari bahwa Tuhan yang ia cari di masa lalu adalah Tuhan yang samar dan supranatural. Yang dapat mencapai dampak ini bukanlah kepemimpinan langsung Roh, apalagi ajaran individu tertentu, melainkan Tuhan yang berinkarnasi. Pemahaman manusia disingkapkan saat Tuhan yang berinkarnasi secara resmi melaksanakan pekerjaan-Nya, karena kenormalan dan kenyataan Tuhan yang berinkarnasi adalah antitesis dari Tuhan yang samar dan supranatural dalam imajinasi manusia. Pemahaman manusia yang semula hanya dapat disingkapkan ketika dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi. Tanpa dikontraskan dengan Tuhan yang berinkarnasi, pemahaman manusia tak dapat disingkapkan; dengan kata lain, tanpa adanya kenyataan sebagai kontras, hal-hal yang samar tidak akan dapat disingkapkan. Tak seorang pun yang mampu menggunakan kata-kata untuk melakukan pekerjaan ini, dan tak seorang pun yang mampu mengartikan pekerjaan ini dengan menggunakan kata-kata. Hanya Tuhan sendirilah yang dapat melakukan pekerjaan-Nya sendiri, dan tak ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan ini atas nama-Nya. Betapapun kayanya bahasa manusia, ia tak mampu mengartikan kenyataan dan kenormalan Tuhan. Manusia hanya dapat mengenal Tuhan secara lebih nyata, dan hanya dapat melihat Dia dengan lebih jelas, bila Tuhan secara pribadi bekerja di antara manusia dan benar-benar menunjukkan gambar dan wujud-Nya. Dampak ini tak dapat dicapai oleh manusia mana pun yang berasal dari daging. Tentu saja, Roh Tuhan juga tak mampu mencapai dampak ini. Tuhan dapat menyelamatkan manusia yang rusak dari pengaruh Iblis, tetapi pekerjaan ini tak dapat secara langsung dirampungkan oleh Roh Tuhan; sebaliknya, pekerjaan itu hanya dapat dilaksanakan oleh daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan, oleh daging Tuhan yang berinkarnasi. Daging ini adalah manusia dan juga Tuhan, manusia dengan kemanusiaan yang normal dan juga Tuhan dengan keilahian yang penuh. Maka, meskipun daging ini bukanlah Roh Tuhan, dan berbeda sekali dari Roh, daging ini tetap adalah Tuhan sendiri yang berinkarnasi yang menyelamatkan manusia, yang adalah Roh dan juga daging. Bagaimanapun Dia disebut, pada akhirnya tetaplah Tuhan itu sendiri yang menyelamatkan umat manusia. Karena Roh Tuhan tak terpisahkan dari daging, dan pekerjaan daging juga adalah pekerjaan Roh Tuhan; hanya saja pekerjaan ini tak dilakukan dengan menggunakan identitas Roh, melainkan identitas daging. Pekerjaan yang harus dilakukan langsung oleh Roh tidak memerlukan inkarnasi, dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh daging tidak dapat dilakukan langsung oleh Roh, dan hanya bisa dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi. Inilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, dan yang dibutuhkan oleh umat manusia yang rusak. Dalam tiga tahap pekerjaan Tuhan, hanya satu tahap yang langsung dilakukan oleh Roh, dan dua tahap lainnya dilaksanakan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan tidak langsung oleh Roh. Pekerjaan Zaman Hukum Taurat yang dilakukan oleh Roh tidak melibatkan mengubah watak manusia yang rusak, dan tak ada kaitannya dengan pengetahuan manusia akan Tuhan. Namun, pekerjaan daging Tuhan di Zaman Kasih Karunia dan Zaman Kerajaan, melibatkan watak manusia yang rusak dan pengetahuannya akan Tuhan, dan merupakan bagian yang penting dan sangat dibutuhkan dalam pekerjaan penyelamatan. Oleh karena itu, manusia yang rusak lebih membutuhkan penyelamatan dari Tuhan yang berinkarnasi, dan lebih membutuhkan pekerjaan langsung dari Tuhan yang berinkarnasi. Umat manusia membutuhkan Tuhan yang berinkarnasi untuk menggembalakan, mendukung, menyirami, memberi makan, menghakimi, dan menghajarnya, dan manusia membutuhkan lebih banyak kasih karunia dan penebusan yang lebih besar dari Tuhan yang berinkarnasi. Hanya Tuhan dalam daging yang bisa menjadi Pribadi yang dipercaya manusia, gembala manusia, pertolongan nyata saat dibutuhkan oleh manusia, dan semua inilah alasan mengapa inkarnasi itu perlu, baik di masa kini dan di masa lalu.
Dikutip dari "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"