Tidak Takut Akan Tuhan dan Tidak Menjauhi Kejahatan Adalah Menentang Tuhan
Mari mulai dengan membahas dari manakah pernyataan "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" ini berasal. (Kitab Ayub.) Karena engkau semua telah menyebut Ayub, mari kita membahas dirinya. Dalam masa Ayub, apakah Tuhan bekerja untuk penaklukan dan penyelamatan manusia? Dia tidak melakukannya, bukan? Dan sejauh menyangkut Ayub, seberapa banyak pengetahuankah yang dia miliki tentang Tuhan pada waktu itu? (Tidak banyak pengetahuan.) Dan bagaimanakah pengetahuan akan Tuhan tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang engkau semua miliki saat ini? Bagaimana mungkin engkau semua tidak berani menjawab ini? Apakah pengetahuan Ayub lebih atau kurang dari pengetahuan yang engkau semua miliki saat ini? (Kurang.) Ini sebuah pertanyaan sangat mudah untuk dijawab. Kurang! Tentu saja! Engkau semua sekarang berhadapan langsung dengan Tuhan, dan berhadapan langsung dengan firman Tuhan. Pengetahuanmu akan Tuhan jauh lebih banyak dari Ayub. Mengapa Aku mengemukakan hal ini? Mengapa Aku berbicara seperti ini? Aku mau menjelaskan sebuah fakta kepadamu, namun sebelum melakukannya, Aku ingin mengajukan kepadamu sebuah pertanyaan: Ayub hanya tahu sedikit sekali tentang Tuhan, namun dia bisa takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jadi mengapa orang zaman sekarang gagal melakukan yang demikian? (Kerusakan yang dalam.) Kerusakan yang dalam—itu adalah permukaan dari pertanyaan, namun Aku tidak pernah memandangnya seperti demikian. Engkau semua sering menggunakan doktrin dan huruf-huruf tertulis yang biasa engkau semua bicarakan seperti "kerusakan yang dalam," "memberontak melawan Tuhan," "ketidaksetiaan terhadap Tuhan," "ketidaktaatan," "tidak menyukai kebenaran," dan engkau semua menggunakan semua frasa ini untuk menjelaskan esensi dari setiap pertanyaan. Ini cara yang salah dalam melakukan tindakan nyata. Menggunakan jawaban sama untuk menjelaskan pertanyaan dengan sifat tidak serupa pada akhirnya akan menimbulkan kecurigaan menghujat kebenaran dan Tuhan. Aku tidak suka mendengarkan jawaban semacam ini. Pikirkan itu! Tidak seorang pun dari antaramu memikirkan tentang perkara ini, namun setiap hari Aku dapat melihatnya, dan setiap hari Aku dapat merasakannya. Jadi, engkau semua melakukannya, dan Aku menyaksikannya. Ketika melakukannya, engkau semua tidak dapat merasakan esensi perkara ini. Namun, ketika Aku melihatnya, Aku bisa melihat esensinya, dan Aku bisa merasakan esensinya juga. Jadi apakah esensi ini? Mengapa orang zaman sekarang tidak takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Jawaban-jawabanmu masih belum mampu menjelaskan esensi pertanyaan ini, dan semuanya tidak dapat menyelesaikan esensi dari pertanyaan ini. Itu karena ada sebuah sumber di sini yang tidak engkau semua ketahui. Apakah sumber ini? Aku tahu engkau semua ingin mendengarnya, jadi Aku akan memberitahukan kepadamu tentang sumber dari pertanyaan ini.
Pada awal pekerjaan Tuhan, bagaimana Dia menganggap manusia? Tuhan menyelamatkan manusia; Dia menganggap manusia sebagai anggota keluarga-Nya, sebagai target pekerjaan-Nya, sebagai objek yang ingin Dia taklukkan serta selamatkan, dan yang ingin Dia sempurnakan. Ini adalah sikap Tuhan terhadap manusia di awal pekerjaan-Nya. Namun bagaimanakah sikap manusia terhadap Tuhan pada waktu itu? Tuhan asing bagi manusia, dan manusia menganggap Tuhan sebagai orang asing. Dapat dikatakan bahwa sikap mereka terhadap Tuhan tidak menuai buah yang benar, dan manusia tidak jelas tentang bagaimana dia seharusnya memperlakukan Tuhan. Jadi, dia memperlakukan-Nya sesuka dia, dan melakukan apa pun yang dia suka. Apakah manusia memiliki sudut pandang tentang Tuhan? Pada mulanya, manusia tidak memiliki pandangan apa pun tentang Tuhan. Apa yang disebut dengan sudut pandang manusia hanyalah beberapa konsepsi dan imajinasi mengenai Tuhan. Apa yang sesuai dengan konsepsi manusia diterima; apa yang tidak sesuai ditaati di permukaan saja, namun dalam hatinya orang sangat menolak dan menentangnya. Ini adalah hubungan manusia dan Tuhan pada mulanya: Tuhan memandang manusia sebagai anggota keluarga, namun manusia memperlakukan Tuhan sebagai orang asing. Tetapi setelah suatu periode pekerjaan Tuhan, manusia mulai mengerti apa yang coba Tuhan capai. Orang mulai mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang sejati, dan mereka mulai mengetahui apa yang dapat manusia peroleh dari Tuhan. Sebagai apakah manusia menganggap Tuhan pada waktu ini? Manusia menganggap Tuhan sebagai penyelamat, berharap mendapatkan anugerah, memperoleh berkat, mendapatkan janji. Dan sebagai apakah Tuhan menganggap manusia pada titik ini? Tuhan menganggap manusia sebagai target penaklukan-Nya. Tuhan ingin menggunakan firman untuk menghakimi manusia, menguji manusia, memberi manusia ujian. Namun sejauh menyangkut umat manusia sampai waktu ini, Tuhan adalah objek yang bisa dia gunakan untuk mencapai tujuannya sendiri. Orang melihat bahwa kebenaran yang dikeluarkan oleh Tuhan bisa menaklukkan dan menyelamatkan mereka, dan bahwa mereka memiliki suatu kesempatan untuk memperoleh sejumlah hal yang mereka inginkan dari Tuhan, tempat tujuan yang mereka inginkan. Karena hal ini, sedikit ketulusan terbentuk dalam hati mereka, dan mereka bersedia mengikuti Tuhan ini. Waktu berlalu, dan orang memiliki pengetahuan akan Tuhan yang bersifat dangkal dan doktrinal. Bisa dikatakan bahwa mereka semakin "familier" dengan Tuhan. Dengan firman yang diucapkan oleh Tuhan, khotbah-Nya, kebenaran yang telah Dia tunjukkan, dan pekerjaan-Nya—orang semakin lama semakin "familier." Jadi, orang secara keliru mengira bahwa Tuhan tidak lagi asing, dan bahwa mereka sudah berjalan di jalur kesesuaian dengan Tuhan. Hingga saat ini, orang telah mendengarkan banyak khotbah tentang kebenaran, dan telah mengalami banyak pekerjaan Tuhan. Namun di bawah gangguan dan halangan dari banyak faktor dan berbagai keadaan, kebanyakan orang tidak dapat melakukan kebenaran secara nyata, dan tidak dapat memuaskan Tuhan. Orang semakin malas, semakin kurang kepercayaan diri. Mereka semakin merasa bahwa kesudahan mereka sendiri tidak diketahui. Mereka tidak berani memiliki gagasan luar biasa, dan tidak berusaha untuk membuat kemajuan apa pun; mereka hanya enggan mengikuti, maju selangkah demi selangkah. Berkenaan dengan keadaan manusia saat ini, seperti apakah sikap Tuhan terhadap manusia? Satu-satunya hasrat Tuhan adalah memberikan kebenaran ini kepada manusia, dan menginspirasikan jalan-Nya kepada manusia, dan kemudian mengatur berbagai keadaan untuk menguji manusia dengan berbagai cara. Tujuan-Nya adalah menggunakan firman ini, kebenaran ini, dan pekerjaan-Nya, dan membuahkan hasil akhir yakni manusia dapat takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Kebanyakan orang telah Kulihat hanya menerima firman Tuhan dan menganggapnya sebagai doktrin, menganggapnya sebagai huruf-huruf yang tertulis, menganggapnya sebagai peraturan yang harus ditaati. Ketika mereka melakukan sejumlah hal dan berbicara, atau menghadapi ujian, mereka tidak menganggap jalan Tuhan sebagai jalan yang harus mereka taati. Ini khususnya benar ketika orang dihadapkan pada ujian-ujian besar; Aku belum melihat seorang pun yang melakukan tindakan nyata menuju ke arah sikap takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Karena ini, sikap Tuhan terhadap manusia penuh dengan rasa muak dan ketidaksukaan yang ekstrem. Setelah Tuhan berulang kali memberikan ujian kepada orang, bahkan ratusan kali, mereka tetap tidak memiliki sikap yang jelas untuk menunjukkan tekad mereka, yakni aku ingin takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan! Karena orang tidak memiliki tekad ini, dan mereka tidak membuat tampilan seperti ini, sikap Tuhan sekarang terhadap mereka tidak lagi sama seperti di masa lalu, ketika Dia mengulurkan belas kasih, memberikan toleransi, menunjukkan sikap menahan diri dan kesabaran. Sebaliknya, Dia sangat kecewa dengan manusia. Siapa menyebabkan kekecewaan ini? Sikap Tuhan terhadap manusia semacam ini, tergantung siapakah sikap ini? Tergantung pada setiap orang yang mengikuti Tuhan. Selama bertahun-tahun melakukan pekerjaan-Nya, Tuhan telah membuat banyak tuntutan kepada manusia, dan mengatur banyak keadaan untuk manusia. Namun tidak peduli bagaimana manusia melakukannya, dan tidak peduli apa sikap manusia terhadap Tuhan, manusia tidak dapat melakukan tindakan nyata sesuai dengan tujuan berupa takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jadi, Aku merangkumnya dalam satu pernyataan, dan menggunakan pernyataan ini untuk menjelaskan semua yang baru saja kita bicarakan tentang mengapa orang tidak bisa berjalan dalam jalan Tuhan, yakni takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Apakah pernyataan ini? Pernyataan ini adalah: Tuhan menganggap manusia sebagai objek penyelamatan-Nya, objek pekerjaan-Nya; manusia menganggap Tuhan sebagai musuhnya, sebagai antitesisnya. Apakah engkau jelas mengenai perkara ini sekarang? Seperti apa sikap manusia; seperti apa sikap Tuhan; seperti apakah hubungan antara manusia dan Tuhan—semua ini sangat jelas. Tidak peduli seberapa banyak khotbah yang engkau semua sudah dengar, semua hal yang engkau semua simpulkan untuk dirimu sendiri—seperti bersikap setia kepada Tuhan, taat kepada Tuhan, mencari jalan kesesuaian dengan Tuhan, ingin menghabiskan sepanjang hidup untuk Tuhan, hidup untuk Tuhan—bagi-Ku semua hal tersebut bukanlah secara sadar berjalan dalam jalan Tuhan, yaitu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Sebaliknya, semua itu adalah saluran yang melaluinya engkau semua bisa mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan ini, engkau semua dengan enggan mengikuti beberapa peraturan. Dan justru semua peraturan inilah yang membuat orang semakin jauh dari jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan menempatkan Tuhan berseberangan dengan manusia sekali lagi.
Pertanyaan yang kita bahas hari ini sedikit berat, namun bagaimanapun, Aku masih berharap ketika engkau semua melewati pengalaman yang akan datang, dan di waktu yang akan datang, engkau semua bisa melakukan apa yang baru saja Aku katakan kepadamu. Jangan mengabaikan Tuhan dan menganggap-Nya seperti udara hampa, merasa bahwa Dia hadir pada waktu ketika Dia berguna bagimu, tetapi ketika Dia tidak berguna bagimu seakan-akan Dia tidak ada. Ketika engkau tanpa sadar memegang pemahaman semacam ini, engkau telah membuat Tuhan murka. Mungkin ada orang yang berkata: "Aku tidak menganggap Tuhan sebagai udara hampa, aku selalu berdoa kepada Tuhan, aku selalu memuaskan Tuhan, dan semua yang aku lakukan berada dalam ruang lingkup dan standar serta prinsip yang dituntut oleh Tuhan. Aku jelas tidak melakukan sesuatu menurut gagasanku sendiri." Ya, cara yang engkau pakai saat melakukan urusan itu benar. Namun bagaimana caramu berpikir ketika engkau berhadapan langsung dengan sebuah perkara? Bagaimana engkau melakukan tindakan nyata ketika engkau dihadapkan pada sebuah perkara? Beberapa orang merasa bahwa Tuhan ada ketika mereka berdoa kepada-Nya, dan memohon kepada-Nya. Tetapi ketika dihadapkan pada sebuah perkara, mereka muncul dengan gagasan mereka sendiri dan ingin mematuhinya. Ini adalah menganggap Tuhan sebagai udara hampa. Situasi semacam ini membuat Tuhan seperti tidak ada. Orang berpikir bahwa Tuhan harus ada ketika mereka membutuhkan-Nya, dan ketika mereka tidak membutuhkan Tuhan, Dia seharusnya tidak ada. Orang berpikir bahwa menggunakan gagasan mereka sendiri untuk melakukan tindakan nyata sudah cukup. Mereka percaya bahwa mereka dapat melakukan hal apa pun yang menyenangkan diri mereka. Mereka hanya berpikir bahwa mereka tidak perlu mencari jalan Tuhan. Orang yang saat ini berada dalam kondisi seperti ini, dalam keadaan seperti ini—bukankah mereka berada dalam bahaya? Beberapa orang berkata: "Terlepas dari apakah aku berada dalam bahaya atau tidak, aku telah percaya selama bertahun-tahun, dan aku percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkanku karena Dia tidak tega meninggalkan aku." Orang lain berkata: "Bahkan sejak aku berada dalam rahim ibuku, aku percaya kepada Tuhan, dari dahulu sampai sekarang, seluruhnya empat puluh atau lima puluh tahun. Dalam hal waktu, aku paling memenuhi syarat untuk diselamatkan oleh Tuhan; aku paling memenuhi syarat untuk bertahan hidup. Selama periode empat atau lima dekade ini, aku meninggalkan keluarga dan pekerjaanku. Aku menyerahkan semua yang aku punya, seperti uang, status, kesenangan, dan waktu bersama keluarga; aku tidak makan banyak makanan lezat; aku tidak menikmati banyak hal menyenangkan; aku tidak mengunjungi banyak tempat menarik; aku bahkan sudah mengalami penderitaan yang tidak dapat ditanggung orang biasa. Jika Tuhan tidak dapat menyelamatkanku karena semua ini, maka aku diperlakukan dengan tidak adil dan aku tidak percaya kepada Tuhan yang seperti ini." Apakah ada banyak orang dengan pandangan seperti ini? (Ada banyak orang seperti mereka.) Maka hari ini Aku akan membantu engkau semua memahami sebuah fakta: Masing-masing dan setiap orang yang memiliki pandangan semacam ini menimbulkan kesulitan bagi diri mereka sendiri. Ini karena mereka menggunakan imajinasi mereka sendiri untuk menutupi mata mereka. Justru imajinasi serta kesimpulan mereka sendirilah yang menggantikan standar yang Tuhan tuntut dari manusia, membuat mereka ragu menerima maksud Tuhan yang sebenarnya, sehingga mereka tidak dapat merasakan keberadaan Tuhan yang sejati, dan membuat mereka kehilangan kesempatan untuk disempurnakan Tuhan dan tidak memiliki bagian atau porsi dalam janji Tuhan.
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya”