Ada begitu banyak jenis orang percaya kepada Tuhan Yesus, hanya orang kristen saja memiliki ribuan aliran. Saya tidak mengerti: Mereka semua percaya kepada Tuhan Yesus dan membaca Alkitab yang sama, tetapi mengapa mereka dibagi menjadi begitu banyak aliran?

Firman Tuhan yang Relevan:

Sejak adanya Alkitab, kepercayaan orang kepada Tuhan adalah kepercayaan kepada Alkitab. Alih-alih mengatakan bahwa orang percaya kepada Tuhan, lebih tepat mengatakan bahwa mereka percaya kepada Alkitab; daripada mengatakan bahwa mereka telah mulai membaca Alkitab, akan lebih tepat mengatakan mereka telah mulai percaya pada Alkitab; dan daripada mengatakan mereka telah kembali ke hadirat Tuhan, akan lebih tepat mengatakan mereka telah kembali ke hadirat Alkitab. Dengan cara ini, orang memuja Alkitab seakan-akan Alkitab adalah Tuhan, seakan-akan Alkitab itulah inti kehidupannya, dan kehilangan Alkitab sama artinya dengan kehilangan hidupnya. Orang menganggap Alkitab sama tingginya dengan Tuhan, bahkan ada orang yang menganggapnya lebih tinggi daripada Tuhan. Jika orang tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus, jika orang tidak bisa merasakan Tuhan, mereka tetap bisa hidup—tetapi begitu mereka kehilangan Alkitab, atau kehilangan pasal dan kata-kata terkenal dari Alkitab, mereka merasa seperti kehilangan hidup. Jadi, begitu orang mulai percaya kepada Tuhan, mereka mulai membaca Alkitab, dan menghafalkannya, dan semakin banyak mereka bisa menghafalkannya, semakin ini membuktikan bahwa mereka mengasihi Tuhan dan memiliki iman yang besar. Mereka yang telah membaca Alkitab dan bisa membicarakannya dengan orang lain akan dianggap sebagai saudara-saudari yang baik. Selama bertahun-tahun, iman dan kesetiaan orang kepada Tuhan diukur seturut tingkat pemahaman mereka terhadap Alkitab. Sebagian besar orang tidak mengerti mengapa mereka harus percaya kepada Tuhan, atau bagaimana cara percaya kepada Tuhan, dan mereka tidak berbuat apa pun selain mencari petunjuk untuk mengartikan pasal-pasal Alkitab dengan membabi buta. Orang tidak pernah mengejar petunjuk dari pekerjaan Roh Kudus; sejak dahulu, mereka tidak berbuat apa pun selain mati-matian mempelajari dan meneliti Alkitab, dan tidak ada yang pernah menemukan pekerjaan Roh Kudus yang lebih baru di luar Alkitab. Tak ada yang pernah meninggalkan Alkitab, ataupun berani melakukannya. Orang telah mempelajari Alkitab selama bertahun-tahun, mereka telah menghasilkan begitu banyak penjelasan, serta mencurahkan begitu banyak upaya; mereka juga memiliki banyak perbedaan pendapat tentang Alkitab, yang mereka perdebatkan tanpa akhir, sehingga sekarang ini telah terbentuk lebih dari dua ribu denominasi yang berbeda.

Lihatlah para pemimpin setiap denominasi. Mereka semua congkak dan merasa benar sendiri, dan mereka menafsirkan Alkitab di luar konteks dan sesuai dengan imajinasi mereka sendiri. Mereka semua bergantung pada karunia dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan mereka. Jika mereka tidak mampu berkhotbah, akankah orang-orang itu mengikuti mereka? Bagaimanapun, mereka memang memiliki suatu pengetahuan dan dapat berbicara sedikit tentang doktrin, atau tahu bagaimana merebut hati orang lain dan bagaimana menggunakan beberapa kelicikan, yang melaluinya mereka telah membawa orang ke hadapan mereka sendiri dan menipu mereka. Secara teori, orang-orang itu percaya kepada Tuhan—tetapi pada kenyataannya mereka mengikuti para pemimpin mereka. Jika mereka bertemu dengan seseorang yang mengkhotbahkan jalan yang benar, sebagian dari mereka akan berkata: "Kita harus berkonsultasi dengan pemimpin kita tentang iman kita." Iman mereka membutuhkan persetujuan manusia; bukankah itu masalah? Kalau begitu, menjadi apakah para pemimpin itu? Tidakkah mereka menjadi orang Farisi, gembala palsu, antikristus, dan batu sandungan bagi penerimaan orang akan jalan yang benar? Orang-orang semacam ini memiliki tipe yang sama dengan Paulus. Mengapa mengatakan hal ini? Surat-surat Paulus hampir berumur dua ribu tahun dan tersebar di sepanjang Zaman Kasih Karunia. Semua orang membaca perkataannya ini dan menganggapnya sebagai standar, perkataan tentang penderitaan, melatih tubuh seseorang, dan menerima mahkota kebenaran terakhir…. Orang percaya kepada Tuhan sesuai dengan perkataan dan doktrin Paulus. Bukankah ini penyimpangan? Seberapa besar kehendak Tuhan yang bisa dipahami orang selama Zaman Kasih Karunia? Lagipula, orang yang mengikut Yesus pada waktu itu adalah minoritas dan orang yang mengenal Dia bahkan jauh lebih sedikit—bahkan murid-murid-Nya itu tidak benar-benar mengenal Dia. Jika orang melihat sedikit terang di dalam Alkitab, itu seharusnya tidak bisa dianggap mewakili kehendak Tuhan, dan terlebih lagi, sedikit pencerahan tidak bisa dianggap sebagai pengetahuan akan Tuhan. Manusia itu congkak dan sombong serta tidak memiliki Tuhan di dalam hati mereka. Dengan sedikit pemahaman yang bersifat doktrin, mereka memulai sesuatu secara independen, yang membawa pada pembentukan banyak denominasi.

Share
Read more!
Read more!