Menu

12 Ayat Alkitab Tentang Kemarahan - Bagaimana Mengendalikan Kemarahanmu?

Teman, apakah engkau sering menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena marah dan menyakiti orang lain? Apakah engkau ingin mengendalikan kemarahanmu agar tidak menjadi marah, tetapi tidak dapat menahan diri ketika sesuatu terjadi? Apakah engkau ingin menemukan cara untuk sepenuhnya menyelesaikan masalah kemarahan? Baca ayat-ayat Alkitab berikut dan konten terkait tentang kemarahan dan temukan cara untuk mengatasinya.

Ayat Alkitab untuk Referensi:

Jangan berbuat dosa dalam kemarahanmu. Jangan biarkan matahari terbenam dalam kemarahan, dan jangan berikan kesempatan kepada iblis. (Efesus 4:26-27)

Orang yang cepat marah bertindak bodoh, dan orang yang memiliki niat jahat dibenci. (Amsal 14:17)

Berhenti marah! Tinggalkan kemarahanmu! Jangan marah—itu hanya akan membawa celaka. (Mazmur 37:8)

Saudara-saudaraku yang terkasih, perhatikanlah hal ini: Setiap orang hendaknya cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat marah, karena kemarahan manusia tidak menghasilkan kebenaran Tuhan. (Yakobus 1:19-20)

Jangan cepat marah dalam hatimu, karena kemarahan berdiam dalam dada orang bodoh. (Pengkhotbah 7:9)

Tetapi sekarang engkau juga harus melepaskan diri dari semua hal seperti ini: kemarahan, kegeraman, kedengkian, fitnah, dan kata-kata kotor dari bibirmu. (Kolose 3:8)

Orang yang pemarah menimbulkan pertengkaran, tetapi dia yang lambat untuk marah menenangkan perselisihan. (Amsal 15:18)

Orang bodoh melampiaskan amarahnya, tetapi orang bijak pada akhirnya diam-diam menahannya. (Amsal 29:11)

Kebijaksanaan seseorang membuatnya lambat untuk marah, dan kemuliaannya adalah mengampuni pelanggaran. (Amsal 19:11)

Tuhan Yesus berfirman: “Tetapi Aku berkata kepadamu, bahwa siapa pun yang marah dengan saudaranya, tanpa sebab akan ada dalam bahaya penghakiman: dan siapa yang menyumpahi saudaranya pantas dihadapkan ke Mahkamah Agama: tetapi siapa yang mengatakan, Engkau bodoh, akan pantas berada dalam bahaya api neraka(Matius 5:22).

Ia menanggung segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7)

Jawaban yang lembut meredakan kemarahan, tetapi perkataan yang kasar membangkitkan kemarahan. (Amsal 15:1)

Firman Tuhan yang Relevan:

Begitu seorang manusia memiliki status, ia akan sering kesulitan mengendalikan suasana hatinya, jadi, ia akan menikmati menggunakan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasannya dan melampiaskan emosinya; ia akan sering terbakar amarah tanpa alasan jelas, untuk menunjukkan kemampuannya dan membiarkan orang lain tahu bahwa status dan identitasnya berbeda dengan orang biasa. Tentu saja, orang yang rusak tanpa status apa pun juga sering kehilangan kendali. Amarah mereka sering kali disebabkan oleh rusaknya kepentingan pribadi mereka. Untuk melindungi status dan martabatnya, mereka akan sering kali melampiaskan emosi mereka dan menyingkapkan natur mereka yang congkak. Manusia akan terbakar amarah dan melampiaskan emosinya untuk mempertahankan dan menegakkan keberadaan dosa, dan tindakan-tindakan ini adalah cara manusia mengungkapkan ketidakpuasannya; mereka penuh dengan kenajisan, dengan rencana licik dan intrik, dengan kerusakan dan kejahatan manusia, dan lebih dari semuanya, mereka penuh dengan ambisi dan keinginan liar manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II”

Terlepas dari apakah seseorang menjadi marah di hadapan orang lain atau di belakang mereka, semua orang memiliki niat dan tujuan yang berbeda dengan kemarahan mereka. Mungkin mereka membangun prestise mereka, atau mungkin mereka mempertahankan kepentingan mereka sendiri, menjaga citra atau menjaga muka mereka. Sebagian orang berlatih menahan amarah mereka, sementara sebagian lainnya lebih gegabah dan membiarkan amarah mereka berkobar kapan pun mereka mau tanpa berusaha menahannya sedikit pun. Singkatnya, kemarahan manusia berasal dari wataknya yang rusak. Tidak peduli apa pun tujuan kemarahan itu, asalnya dari daging dan natur; kemarahan itu tidak ada hubungannya dengan keadilan atau ketidakadilan karena tidak ada sesuatu pun dalam natur dan esensi manusia yang selaras dengan kebenaran.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II”

Catatan Editor

Sebenarnya, seringkali kita semua tahu bahwa menjadi marah itu tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, tetapi demi kepentingan kita sendiri, kita seringkali tidak bisa berhenti menjadi marah. Ketika kita ingin marah, kita bisa banyak memikirkan mengapa kita menjadi marah, konsekuensi dari menjadi marah, dll. Ini akan dapat secara efektif membantu kita mengendalikan kemarahan dan mengurangi kemarahan, dan sering berdoa untuk masalah ini untuk memohon bantuan dan bimbingan Tuhan. Perlahan-lahan, kita pasti akan berubah!

Saudara dan saudari yang terkasih, jika Anda memiliki pengalaman tentang cara mengendalikan kemarahan atau memiliki kebingungan, jangan ragu untuk menghubungi kami dengan mengklik tombol di sudut kanan bawah layar. Semoga kita saling membantu dan mendukung dalam kasih Kristus dan memasuki kebenaran bersama.

Tinggalkan komentar