Menu

18 Ayat-ayat Alkitab Tentang Pernikahan -Membuat pernikahan Anda lebih bahagia

Navigasi cepat
1.Kitab Suci Tentang Asal Mula Perkawinan
2.Pernikahan membutuhkan toleransi, pengampunan, dorongan, dan bantuan
3.Pernikahan harus menghilangkan kecurigaan, harus saling mencintai, dan percaya
4.Bergantung pada Tuhan untuk mengatasi godaan Setan sehingga setia pada pernikahan

Pernikahan adalah bagian penting dalam hidup kita. Tahukah Anda bagaimana Tuhan mengatur pernikahan manusia? Ketika Anda memiliki konflik dengan pasangan Anda, atau ketika pasangan Anda melakukan sesuatu yang menyakiti Anda, bagaimana Anda mencari kebenaran untuk menyelesaikan konflik dan memaafkannya? Ketika hidup dalam kesulitan, bagaimana seharusnya pasangan itu bisa saling mendorong untuk keluar dari masalah ini? Bagaimana dengan pasangan tidak bisa saling percaya untuk menjaga rasa saling percaya dan harmoni? Berikut ini adalah pilihan dari empat ayat suci dan artikel terkait dengan pernikahan, untuk membantu kita memahami bagaimana Tuhan mengatur pernikahan kita dan bagaimana mencari kebenaran untuk mengelola pernikahan kita dalam kehidupan pernikahan kita.

1. Kitab Suci Tentang Asal Mula Perkawinan

Markus 10:8-9

Dan mereka keduanya akan menjadi satu daging, jadi mereka tidak lagi menjadi dua orang, melainkan satu.Oleh karena itu apa yang telah dipersatukan Tuhan, janganlah manusia memisahkan.

Kejadian 2:18

Dan Tuhan Yahweh berfirman, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja; Aku akan menjadikannya seorang penolong yang sepadan baginya."

Kejadian 2:24

Karena itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, dan akan bersatu dengan istrinya: dan mereka akan menjadi satu daging.

Firman Tuhan yang relevan:

1. Orang Tidak Punya Pilihan Atas Pernikahan

Pernikahan merupakan peristiwa kunci dalam kehidupan siapa pun; inilah saat ketika seseorang mulai benar-benar memikul berbagai macam tanggung jawab, dan secara bertahap mulai memenuhi berbagai macam misi. Orang pada umumnya punya banyak bayangan tentang pernikahan sebelum mereka mengalaminya sendiri, dan semua bayangan ini nampak indah. Wanita biasanya membayangkan pasangan mereka kelak adalah Pangeran Tampan, dan para pria membayangkan akan menikahi Putri Salju. Fantasi-fantasi seperti ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki persyaratan yang berbeda akan pernikahan, sejumlah tuntutan dan standar mereka sendiri. Walaupun di zaman kejahatan ini orang-orang makin sering dibombardir dengan ide-ide yang keliru tentang pernikahan, yang menciptakan lebih banyak persyaratan tambahan, dan menimbulkan beban, serta perilaku ganjil, siapa pun yang sudah mengalami pernikahan tahu sehingga tidak peduli bagaimana seseorang memandang pernikahan dan bagaimana sikapnya terhadap pernikahan, pernikahan tidak bergantung pada pilihan pribadi.

Setiap orang berkenalan dengan begitu banyak orang semasa hidupnya, tetapi tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi pasangannya kelak saat menikah. Walaupun setiap orang punya pemikiran dan sudut pandang pribadi terhadap topik pernikahan, tidak satu pun dari mereka dapat meramalkan siapa yang akan menjadi belahan jiwa mereka yang sejati; cara pikir mereka terhadap pernikahan tidak akan berpengaruh banyak. Setelah bertemu dengan orang yang engkau sukai, engkau dapat mengejar orang tersebut; tetapi apakah orang tersebut juga tertarik denganmu, apakah ia dapat menjadi pasanganmu, semua ini bukanlah hal yang dapat engkau putuskan. Objek kasih sayangmu tidak mesti menjadi orang yang akan berbagi hidup denganmu; sementara itu, orang yang tidak pernah engkau sangka bisa saja masuk diam-diam ke dalam hidupmu dan menjadi pasanganmu, menjadi unsur paling penting dari nasibmu, menjadi belahan jiwa yang nasibnya terjalin erat denganmu. Dengan demikian, walaupun ada berjuta-juta pernikahan di dunia, semuanya berbeda satu dengan yang lain: ada pernikahan yang tidak memuaskan, ada yang bahagia; ada yang dari timur ke barat, ada yang dari utara ke selatan; ada yang pasangan sempurna, ada yang kedudukannya setara; ada yang harmonis dan bahagia, ada yang pedih dan sedih; ada yang membuat orang lain iri, ada juga yang disalahpahami dan dicemooh; ada yang dipenuhi sukacita, ada yang dipenuhi air mata dan duka. … Dalam berbagai jenis pernikahan ini, manusia menunjukkan kesetiaan dan komitmen seumur hidup atas pernikahan, atau atas cinta, kasih sayang, ketidakterpisahan, atau atas kepasrahan dan ketidakpahaman, atau pengkhianatan, bahkan kebencian. Entah pernikahan itu sendiri mendatangkan kebahagiaan atau kepedihan, misi seseorang dalam pernikahan telah ditentukan sejak semula oleh Sang Pencipta dan tidak akan berubah; setiap orang harus memenuhinya. Dan nasib masing-masing yang ada di balik setiap pernikahan tidak akan berubah; semuanya telah diatur terlebih dahulu oleh Sang Pencipta.

2. Pernikahan Lahir dari Nasib Sepasang Manusia

Pernikahan adalah titik peristiwa penting dalam hidup seseorang. Peristiwa ini merupakan produk dari nasib seseorang, mata rantai penting dalam nasibnya, tidak dibangun di atas kemauan atau pilihan pribadi seseorang, dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, melainkan sepenuhnya ditentukan oleh nasib kedua belah pihak, oleh pengaturan Sang Pencipta dan penentuan nasib pasangan tersebut. Pada permukaannya, tujuan pernikahan adalah keberlangsungan umat manusia, tetapi pada kenyataannya pernikahan tidak lebih dari ritual yang dilalui seseorang dalam proses pemenuhan misinya. Peran-peran yang dimainkan orang dalam pernikahan tidak hanya untuk membesarkan generasi selanjutnya; yang mereka mainkan adalah berbagai peran yang dipikul seseorang beserta misi-misi yang harus dipenuhinya selama proses merawat pernikahan. Karena kelahiran seseorang memengaruhi perubahan terhadap orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarnya, pernikahannya juga pasti akan memengaruhi dan mengubah semua hal itu dengan cara-cara yang berbeda.

Ketika seseorang menjadi mandiri, ia memulai perjalanan hidupnya sendiri, yang lalu membawanya langkah demi langkah kepada orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang terkait dengan pernikahannya; pada saat yang sama, pihak lain yang kelak akan membangun pernikahan bersamanya juga berjalan mendekat, langkah demi langkah, kepada orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang sama. Di bawah kedaulatan Sang Pencipta, dua orang tanpa hubungan yang nasibnya saling berkaitan secara bertahap memasuki pernikahan dan secara ajaib menjadi sebuah keluarga, bagaikan "dua belalang yang berpegang erat pada tali yang sama". Jadi, ketika seseorang memasuki pernikahan, perjalanan hidupnya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidup belahan jiwanya. Begitu juga sebaliknya, perjalanan hidup pasangannya akan memengaruhi dan bersentuhan dengan perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, nasib manusia saling berkaitan, dan tidak seorang pun yang mampu memenuhi misinya atau perannya secara terpisah dari orang lain. Kelahiran seseorang terjadi di atas sebuah rantai pertalian yang sangat besar; proses pertumbuhan seseorang juga melibatkan sebuah rantai pertalian yang sangat kompleks; demikian juga pernikahan tentu hadir dan mempertahankan jejaring hubungan manusia yang kompleks dan luas, melibatkan setiap anggota dan memengaruhi nasib siapa pun yang menjadi bagian di dalamnya. Sebuah pernikahan bukanlah produk dari keluarga kedua pihak, ataupun keadaan tempat mereka bertumbuh, penampilan mereka, usia, sifat, bakat mereka, atau faktor-faktor lain; pernikahan lahir dari misi bersama dan nasib yang saling berkaitan. Inilah asal-usul pernikahan, sebuah produk dari nasib manusia yang diatur dan ditata oleh Sang Pencipta.

2. Pernikahan membutuhkan toleransi, pengampunan, dorongan, dan bantuan

Seperti hubungan intim lainnya, pernikahan membutuhkan pengampunan baru dapat berkembang. Tetapi ingat, kita dirusak oleh Setan, semua orang dapat membuat kesalahan, ada kalanya kita menjadi pemarah, atau kita terjebak dalam beberapa godaan untuk menyakiti pasangan dan menyebabkan pasangan tidak dapat bergaul secara harmonis. Oleh karena itu, pernikahan mengharuskan pasangan untuk saling memahami, mempertimbangkan perspektif satu sama lain, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan semua masalah dalam pernikahan.Hanya ketika kita berlatih dengan cara ini kita dapat menyelesaikan semua konflik dalam pernikahan.

Matius 6:14

Sebab jika engkau mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu yang di surga juga akan mengampuni engkau.

Matius 7:3

Dan mengapa kamu melihat selumbar yang ada di mata saudaramu, tetapi bukanlah balok yang ada di matamu sendiri?

1 Yohanes 4:7

Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita mengasihi satu sama lain; sebab kasih datang dari Tuhan; dan setiap orang yang mengasihi dilahirkan dari Tuhan, dan mengenal Tuhan.

Matius 11:29

Pikullah kuk-Ku atasmu, dan belajarlah dari-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati, dan engkau akan mendapatkan kelegaan bagi jiwamu.

Efesus 4:29

Janganlah ada perkataan buruk yang keluar dari mulutmu, tetapi hanya perkataan yang baik untuk membangun, supaya dapat mendatangkan kasih karunia bagi orang-orang yang mendengarnya.

Pengkhotbah 4:9-12

Dua lebih baik daripada satu, karena mereka menerima upah yang baik dari jerih lelah mereka. Sebab jika mereka jatuh, yang seorang akan mengangkat temannya, tetapi celakalah orang yang jatuh seorang diri dan tidak memiliki orang lain yang mengangkatnya. Demikian pula, apabila dua orang berbaring bersama, maka mereka menjadi hangat, tetapi bagaimana seorang diri bisa menjadi hangat? Dan bila seorang dapat dikalahkan, dua orang akan bertahan menghadapinya, dan tali tiga lembar tidak mudah diputuskan.

Efesus 4:2

Dengan segala kerendahan hati dan kelemahlembutan, dengan kesabaran, hendaklah engkau saling membantu dalam kasih.

Amsal 18:22

Orang yang mendapat istri menemukan hal yang baik, dan memperoleh perkenanan TUHAN.

3. Pernikahan harus menghilangkan kecurigaan, harus saling mencintai, dan percaya

Jika tidak ada cinta sejati antara suami dan istri, kecurigaan dan kewaspadaan bersama akan timbul, dan hubungan akan menjadi asing, dan parahnya, pernikahan akan gagal. Tuhan menyukai orang-orang jujur ​​yang tidak memiliki kecurigaan tentang orang lain, jadi kita juga harus menjadi orang yang jujur ​​dalam pernikahan, dan berbicara dengan pasangan kita untuk saling memahami, sehingga kita tidak akan melukai perasaan pasangan karena kecurigaan.

Amos 3:3

Bisakah dua orang berjalan bersama, jika mereka tidak bersepakat?

Mazmur 85:10

Belas kasih dan kebenaran bertemu; keadilan dan damai sejahtera telah saling berciuman.

1 Yohanes 3:18

Hai anak-anakku, janganlah kita mengasihi dengan perkataan atau dengan lidah, melainkan dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

1 Petrus 3:8

Akhirnya, hendaklah engkau sekalian sepikir, saling berbelas kasihan, mengasihi sesama saudara, penyayang, berbudi.

Firman Tuhan Yang Terkait:

Aku sangat menghargai orang-orang yang tidak menaruh curiga terhadap orang lain dan Aku juga sangat menyukai mereka yang siap menerima kebenaran. Kepada kedua jenis manusia ini, Aku menunjukkan perhatian yang besar, karena di mata-Ku mereka adalah orang-orang yang jujur. Jika engkau seorang yang sangat curang, maka engkau akan memiliki hati yang tidak mudah percaya dan pikiran yang penuh curiga mengenai semua hal dan semua orang.Karena alasan ini, imanmu terhadap-Ku dibangun di atas fondasi kecurigaan. Sikap beriman seperti ini tidak akan pernah Aku akui.

Jika seorang istri tidak pernah mengatakan isi hatinya kepada suaminya, apa mereka bisa dibilang saling percaya? Apa mereka percaya terhadap satu sama lain? Andaikan sepanjang hari mereka mengatakan, "Aku mencintaimu!" Mereka hanya mengatakan ini, tetapi tidak pernah membeberkan apa yang mereka pikirkan dalam hati, apa yang mereka inginkan dari satu sama lain, atau masalah apa yang mereka hadapi. Mereka tidak pernah bicara dengan satu sama lain mengenai hal-hal tersebut, maupun pernah mengungkapkan isi hati kepada satu sama lain—dan jika keduanya tak pernah saling membuka hati, lalu apakah mereka pasangan yang saling mencintai? Jika mereka sekadar mengucapkan kata-kata sanjungan belaka pada saat bersama-sama, apakah mereka benar-benar suami dan istri? Tentu saja bukan!

4. Bergantung pada Tuhan untuk mengatasi godaan Setan sehingga setia pada pernikahan

Syarat yang diperlukan dalam pernikahan adalah menghormati pasangannya, ini juga merupakan persyaratan dalam Alkitab, tetapi di dunia yang gelap dan jahat ini, orang mengikuti tren jahat dunia, mengejar kesenangan fisik, dan bersukacita dalam dosa, sering jatuh ke dalam godaan setan. Dalam godaan, banyak orang akan melukai pasangan mereka, menyebabkan defisit pernikahan yang tidak dapat diperbaiki dan menyebabkan banyak kesusahan. Menghadapi masalah seperti itu, bagaimana seharusnya mereka yang percaya pada Tuhan mendapatkan jalan penerapannya? Tulisan suci dan artikel berikut akan membantu kita dengan mengandalkan Tuhan untuk mengatasi godaan Setan dan mempertahankan pernikahan yang bahagia!

1 Petrus 3:7

Demikian juga, hai engkau para suami, hiduplah bersama mereka dengan kebijaksanaan, menghormati istri, sebagai kaum yang lebih lemah, dan sebagai sesama pewaris dari kasih karunia kehidupan, supaya doa-doamu tidak terhalang.

1 Korintus 7:2

Kendati demikian, untuk menghindari percabulan, hendaklah masing-masing pria memiliki istrinya sendiri, dan hendaklah masing-masing perrempuan memiliki suaminya sendiri.

Ibrani 13:4

Hendaklah perkawinan itu mulia dalam segala hal, dan tidak mencemarkan tempat tidur, tetapi Tuhan akan menghakimi orang-orang yang cabul dan berzina.

Catatan Editor

Setelah membaca ayat-ayat Alkitab tentang pernikahan, saya yakin Anda telah memahami dari mana datangnya pernikahan dan menemukan cara untuk memperlakukan pernikahan dengan benar. Jika Anda masih memiliki pertanyaan dan kebingungan tentang iman dan kehidupan Anda, Anda boleh menghubungi kami melalui WhatsApp atau Messenger. Kami memiliki orang yang khusus untuk menjawab Anda secara gratis.

Tinggalkan komentar