Dalam hidup, kita semua akan menemui hal-hal yang tidak menyenangkan dan konflik antarpribadi. Namun, ketika kita belajar untuk memaafkan orang, kita tidak hanya membebaskan orang lain, tetapi kita juga membebaskan diri kita sendiri. Bacalah ayat-ayat Alkitab tentang pengampunan berikut ini. Mari kita menjelajahi kekuatan pengampunan, melepaskan beban di dalam hati kita, dan mengejar kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup.
1. Tuhan Yesus berfirman: “Karena jika engkau mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu yang di surga juga akan mengampunimu. Tetapi jika engkau tidak mengampuni orang lain, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”(Matius 6:14-15)
Di dunia yang serba cepat dan kompleks ini, kita sering terganggu oleh berbagai tantangan dan konflik. Dalam gangguan tersebut, hal yang paling sulit untuk dihilangkan mungkin adalah kemarahan, kebencian dan dendam yang timbul di dalam hati ketika dilukai dan dikhianati oleh orang lain. Namun Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni pelanggaran orang lain, karena pengampunan adalah semacam kekuatan yang melepaskan belenggu batin, dan memampukan kita mendapatkan kembali kedamaian dan kebebasan batin. Mengampuni bukan berarti meremehkan atau melupakan kesalahan orang lain, namun merupakan kekuatan yang keluar dari hati. Ketika kita memilih untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita, sebenarnya kita membuka pintu menuju kebebasan batin bagi diri kita sendiri. Pengampunan membebaskan kita dari belenggu hati dan memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan mudah. Namun, memaafkan bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita merasa sudah tersakiti terlalu dalam dan tidak dapat merasa lepas, namun di masa-masa sulit inilah kita perlu lebih banyak mendengarkan ajaran Tuhan Yesus. Tindakan pengampunan-Nya di kayu salib adalah teladan pengampunan kita. Dia memberikan teladan bagi kita dengan mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia. Kasih dan pengampunan-Nya menunjukkan kepada kita jalan yang penuh dengan pengharapan dan penebusan.
Semoga kita menjadikan firman Tuhan Yesus sebagai tolok ukur kita, belajar mengampuni sesama, mematahkan belenggu hati, menjadikan kasih dan toleransi menjadi tuntunan abadi hati kita, menghadapi segala tantangan hidup dengan sikap yang memaafkan, dan dengan demikian bergerak menuju masa depan yang lebih baik dan penuh harapan.
2. Lalu datanglah Petrus kepada-Nya dan berkata: "Tuhan, berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia bersalah kepadaku dan aku mengampuninya? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, tapi tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18:21-22).
Ketika kita berbicara tentang pengampunan, kita pasti dihadapkan pada pertanyaan penting: Berapa kali kita harus memaafkan orang? Ketika Petrus bertanya kepada Tuhan Yesus apakah dia mau mengampuni sebanyak tujuh kali, jawaban Tuhan Yesus mengejutkan kita—bukan tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali. Namun Tuhan Yesus tidak memecahkan masalah secara matematis, tetapi mengajarkan kita mentalitas dan cara hidup. Perumpamaan tujuh puluh kali tujuh kali adalah angka yang tidak terhingga, artinya kita harus terus-menerus mengampuni orang lain. Hal ini membutuhkan kemauan dan ketekunan kita, dan kita harus terus berusaha melepaskan kebencian dan kemarahan kita, serta bertoleransi dan menerima orang lain. Sebagaimana firman Tuhan katakan: “Tujuan yang dicapai oleh angka dalam kiasan ini adalah untuk memungkinkan orang memahami maksud Tuhan Yesus pada saat Dia mengatakan ini. Maksud Tuhan adalah bahwa orang seharusnya mengampuni sesamanya—tidak hanya sekali dua kali, bahkan tidak hanya tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali. Gagasan macam yang terkandung dalam "tujuh puluh kali tujuh" ini? Ini bertujuan untuk membuat orang menjadikan pengampunan sebagai tanggung jawab mereka sendiri, sesuatu yang harus mereka pelajari, dan sebuah "cara" yang harus mereka patuhi. Meskipun hanya sebuah kiasan, ini berfungsi menyoroti sebuah poin yang sangat penting. Kiasan ini membantu orang untuk secara mendalam menghargai apa yang Dia maksudkan dan menemukan cara-cara penerapan dan prinsip serta standar penerapan yang tepat. Kiasan ini membantu orang untuk memahami dengan jelas dan memberi kepada mereka konsep yang tepat—yaitu bahwa mereka harus belajar tentang pengampunan dan mengampuni orang lain berapa kali pun itu tanpa syarat apa pun, melainkan dengan sikap penuh toleransi dan pengertian terhadap sesama." (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III”)
Saat menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, marilah kita mengingat ajaran Tuhan, melampaui angka-angka, belajar untuk sepenuhnya memaafkan sesama, dan memperlakukan pengampunan sebagai jalan Tuhan untuk ditaati. Ini bukan hanya anugerah untuk orang lain, tetapi juga adalah pelepasan dan berkat bagi roh kita sendiri. Semoga hati kita dipenuhi dengan kasih dan pengampunan Tuhan, dan semoga hidup kita menjadi kesaksian tentang kemurahan dan belas kasih-Nya.
3. Tuhan Yesus berkata: “Begitu jugalah yang akan dilakukan oleh Bapa-Ku yang di surga kepadamu, jika engkau tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Matius 18:35)
Dalam hidup, ketika kita bergaul dengan saudara-saudari, kita sering menghadapi hal-hal yang membuat kita merasa dirugikan atau marah. Mungkin karena kesalahan mereka yang tidak disengaja, atau mungkin perkataan dan perbuatan mereka yang tidak pantas, membuat kita disakiti. Dan ketika emosi ini memenuhi hati kita, dapatkah kita memilih untuk mengampuni saudara-saudari kita? Ajaran Tuhan Yesus memberi kita pencerahan dan membuat kita memahami arti pengampunan yang sebenarnya. Dia memberitahu kita bahwa pengampunan bukan hanya semacam tindakan, namun semacam mentalitas dan pilihan. Ketika kita menolak untuk mengampuni orang lain, sebenarnya kita sedang memenjarakan diri kita sendiri dalam penderitaan masa lalu, membiarkan kepahitan dan kebencian mengikis hati kita, sehingga kita tidak dapat benar-benar merasakan kedamaian dan sukacita di dalam batin kita. Mengampuni sesama dari hati menuntut kita untuk berani menghadapi penderitaan dan kemarahan di dalam hati kita, dan kita harus rela melepaskan kebencian yang memenjarakan kita, sehingga kita benar-benar dapat mencapai kebebasan batin. Namun, mengampuni sesama bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita mungkin merasa tidak bisa melepaskan dan memaafkan kesalahan orang lain, namun kita harus ingat bahwa Tuhan tidak meminta kita melakukannya dalam semalam, tetapi memberi kita waktu yang cukup dan kesempatan untuk belajar memaafkan sesama. Kasih dan belas kasihan-Nya selalu bersama kita, membimbing kita di jalan menuju pengampunan. Hanya ketika kita benar-benar dapat menghargai kekuatan dari pengampunan, kita dapat memahami firman Tuhan Yesus. Karena hanya dengan memaafkan orang lain dari hati, kita bisa benar-benar memperoleh kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati kita. Semoga kita belajar memaafkan sesama, menggunakan firman Tuhan Yesus sebagai panduan, dan membiarkan cahaya dari kasih dan pengampunan menerangi jalan kita ke depan, mengarahkan kita ke jalan menuju kebebasan sejati.
4. Tuhan Yesus berfirman: “Hati-hati! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia; jikalau dia menyesal, ampunilah dia.” (Lukas 17:3)
Ayat ini memberi kita semacam hikmat dalam menangani hubungan interpersonal. Dalam hidup, ketika kita disakiti oleh saudara-saudari, reaksi pertama kita sering kali adalah kemarahan dan kebencian, namun Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menghadapinya dengan sikap yang hati-hati, jangan mudah menjadi marah atau mengambil keputusan impulsif. Sikap yang hati-hati memberi kita waktu untuk menenangkan diri, berpikir rasional tentang cara menangani masalah ini, berkomunikasi dengan mereka dengan kasih dan kesabaran, memperingatkan mereka, dan memberi tahu mereka bagaimana perasaan kita di dalam hati. Jika orang lain menyadari kesalahannya dan menyatakan penyesalannya, kita harus memaafkan kesalahannya. Namun mengampuni bukan berarti kita mengabaikan kesalahan orang lain atau meremehkannya, melainkan semacam kelepasan dan kelegaan di dalam batin kita. Ketika kita dengan tulus memaafkan orang lain, sebenarnya kita menciptakan semacam keharmonisan dan kedamaian batin untuk diri kita sendiri dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bertumbuh dan berubah. Namun, hikmat ini tidak mudah untuk dipraktikkan. Kadang-kadang kita mungkin akan merasa sulit mengampuni kesalahan orang lain, terutama ketika disakiti oleh orang sangat dalam, namun Tuhan Yesus mengajarkan kita bahwa ketika kita melihat orang lain menyesal, kita harus mengesampingkan dendam kita dan memberi mereka kesempatan untuk memulai kembali. Hal ini membutuhkan keberanian dan tekad kita, serta iman kita kepada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan dapat memberi kita kekuatan dan keyakinan serta membawa perubahan nyata bagi kita.
Dapat dilihat bahwa peringatan yang hati-hati dan pengampunan yang tulus merupakan cara yang bijaksana untuk menjalin hubungan interpersonal yang sehat. Dengan menangani masalah dengan sikap yang hati-hati, kita dapat menghindari tindakan yang impulsif dan salah; melalui pengampunan yang tulus, kita dapat membebaskan diri sendiri dan orang lain, serta membangun hubungan yang lebih harmonis. Mari kita belajar untuk berhati-hati ketika bergaul dengan orang lain, menghadapi satu sama lain dengan kasih sayang dan toleransi, dan membiarkan pengampunan menjadi semacam hikmat dan kebajikan dalam hidup kita, memberi kita keharmonisan, kedamaian dan sukacita.
5. “Akal budi membuat seseorang tidak cepat marah, dan kemuliaannya adalah mengampunkan pelanggaran.” (Amsal 19:11)
Ayat Alkitab ini memberi tahu kita bahwa mengampuni tidak hanya suatu kebajikan, tetapi juga adalah perwujudan hikmat dan wawasan. Akal budi membuat seseorang tidak cepat marah, bukan berarti orang bijaksana tidak memiliki kemarahan, melainkan berarti dia bisa mengendalikan emosinya dan tidak dikendalikan oleh kemarahan. Ketika kita memiliki hikmat dan wawasan, kita akan memahami perilaku orang lain, dan mampu bertoleransi dan mengampuni kesalahan mereka, sehingga terhindar dari pertengkaran dan konflik yang tidak perlu. Pengampunan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan batin dan kemuliaan sejati. Ketika kita memilih untuk memaafkan kesalahan orang lain, sebenarnya kita sedang melepaskan beban dalam diri kita, membebaskan diri kita dari belenggu kemarahan dan kebencian, serta mencapai kedamaian dan kebebasan rohani. Cahaya dari pengampunan tidak hanya menerangi hati kita, tetapi juga menerangi hubungan kita dengan orang lain, memutus siklus kebencian dan konflik, serta membangun keharmonisan dan pengertian yang sejati antara sesama.
6. Kesimpulan:
Teman-teman, dengan membaca lima ayat Alkitab di atas dan penjelasan tentang mengampuni sesama, marilah kita menghadapi berbagai tantangan hidup dengan hati yang memaafkan, menggunakannya untuk menyelesaikan kebencian, dan mendapatkan kedamaian dan kepuasan batin. Ketika kita berjalan di jalan pengampunan, kita akan menemukan bahwa kita semakin kuat karena kita tidak lagi dihantui oleh luka masa lalu, namun memilih untuk melepaskan diri dan mengejar kedamaian dan keharmonisan batin. Semoga kita menemukan kebahagiaan sejati dalam cahaya pengampunan, dan mengisi setiap hari dengan keindahan dan keharmonisan.
Jika Anda ingin membaca lebih banyak ayat Alkitab dan penjelasan tentang pengampunan dan menjadikan pengampunan sebagai bagian dari hidup Anda, silakan hubungi kami melalui jendela obrolan online di bagian bawah situs web, kami akan membagikan firman Tuhan dan berkomunikasi dengan Anda secara online.