Pada Mei 2018, terdorong oleh seorang teman, aku menemukan iman Kristen untuk pertama kalinya. Dengan membaca Alkitab, aku mengetahui bahwa langit, bumi, dan segala sesuatu semuanya diciptakan oleh Tuhan dengan firman-Nya, dan kita manusia secara langsung diciptakan oleh Tuhan dari debu. Kita sama sekali tidak berevolusi dari primata. Bahwa kita dapat terus hidup adalah sepenuhnya karena makanan dari napas Tuhan sendiri. Aku terkejut, dan hatiku menjadi sangat menghormati dan bersyukur kepada Tuhan.
Sejak saat itu aku membaca Alkitab setiap hari dan menghadiri kebaktian dengan antusias, tetapi ada cukup banyak hal dari Alkitab yang masih belum aku pahami, terutama tentang Trinitas Bapa, Anak, dan Roh Kudus dari Tuhan yang satu dan satu-satunya, yang disampaikan oleh pendeta. Ini benar-benar membingungkan bagiku. Karena Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanyalah Tuhan yang satu, mengapa kita mengatakan bahwa ada Bapa dan Anak? Aku benar-benar ingin memahami hal ini, jadi aku mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada pendeta.
Pendeta itu berkata, "Bapa adalah Tuhan Yahweh. Dia perkasa dan sangat berwibawa. Anak adalah Tuhan Yesus, dan Roh Kudus adalah tubuh rohani. Mereka adalah tiga pribadi yang berbeda dan bersama-sama mereka disebut Trinitas dari satu Tuhan yang benar." Aku masih merasa sedikit bingung setelah mendengar penjelasan dari pendeta, tetapi aku tahu bahwa pasti hanya ada satu Tuhan. Kemudian aku beralih ke pekerjaan baru, yang terlalu jauh dari gereja, jadi aku tidak bisa menghadiri kebaktian lagi. Aku tidak pernah bertanya kepada pendeta tentang hal itu lagi, tetapi Tuhan yang merupakan Trinitas, dan hubungan antara Bapa dan Anak, tetap menjadi misteri bagiku.
Aku mulai merasa cemas karena tidak bisa selalu menghadiri kebaktian pada hari Tuhan, jadi seorang saudari dari gereja lamaku merekomendasikan kebaktian kelompok kecil secara online kepadaku. Aku sangat senang. Meskipun Saudari Keke yang memimpin kelompok itu masih sangat muda, persekutuannya tentang Alkitab benar-benar penuh dengan terang. Setelah kami bertemu beberapa kali, aku memahami kehendak Tuhan dalam menciptakan umat manusia, perumpamaan tentang sepuluh gadis, dan perbedaan antara hamba yang setia dan yang jahat, serta akar penyebab kegagalan orang-orang Farisi dalam iman mereka. Ditambah lagi, Saudari Keke memiliki penjelasan yang sangat gamblang untuk setiap pertanyaan yang aku ajukan, dan aku selalu mendapatkan sesuatu. Jadi, aku bertanya kepadanya tentang kebingungan yang ada di dalam hatiku ini. Aku berkata, "Saudari, ada pertanyaan yang selama ini membingungkanku. Pendeta mengatakan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Tuhan Trinitas. Tetapi aku tidak mengerti, karena hanya ada satu Tuhan, bagaimana mungkin ada Bapa dan Anak? Bisakah engkau menjelaskan hal ini kepadaku?"
Saudari Keke menjawab: "Syukur kepada Tuhan! Saudari, engkau telah mengajukan pertanyaan yang bagus. Untuk memahami Tuhan Trinitas, engkau harus terlebih dahulu mengetahui akar dari ungkapan ini. Dalam Konsili Nicaea pada tahun 300-an M, para pemimpin agama dari sejumlah negara mulai memperdebatkan tentang kesatuan dan keserbaragaman Tuhan. Mereka akhirnya mengusulkan bahwa Tuhan adalah Trinitas—ini didasarkan pada gagasan, imajinasi, dan logika manusia. Sejak saat itu, orang-orang percaya bahwa Tuhan terdiri dari tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tetapi pada kenyataannya, gagasan tentang Trinitas tidak muncul dalam Alkitab. Tuhan tidak pernah menyebutkannya, begitu pula para nabi atau para murid, dan Roh Kudus secara khusus tidak memberikan kesaksian tentang hal itu. Jadi, kita dapat yakin bahwa gagasan Trinitas adalah buatan manusia, dan itu adalah sesuatu yang diimpikan oleh orang-orang dalam kepala mereka sendiri, sesuatu yang mereka pikirkan dengan logika mereka sendiri. Itu tidak sejalan dengan kebenaran.
Kenyataannya adalah bahwa hanya ada satu Tuhan—Sang Pencipta, Tuhan yang satu dan satu-satunya Tuhan yang benar—yang menciptakan langit, bumi, dan segalanya. Tidak ada pribadi Tuhan yang terpisah. Kejadian 1:2 memberi tahu kita bahwa pada mulanya, Roh Tuhan melayang-layang di atas air. Kita dapat melihat bahwa Tuhan pada mulanya adalah Roh dan Dia juga disebut Roh Kudus, Roh, dan Roh yang berlipat tujuh, tanpa bentuk atau wujud tetapi mencakup segalanya, alam semesta dan dunia sepenuhnya. Di surga, Tuhan adalah Roh tanpa bentuk atau wujud, tetapi Dia juga bisa menjadi daging untuk menjadi Anak manusia dengan bentuk dan wujud, untuk hidup di antara kita. Roh Tuhan ada di mana-mana dan tidak ada yang tidak bisa Dia lakukan. Ada bagian firman yang menjelaskan hal ini dengan sangat gamblang. Aku akan mengirimkannya kepadamu—tolong bacakan untuk kami!"
Aku membaca: "Hanya ada satu Tuhan, hanya ada satu pribadi dalam diri Tuhan, dan hanya ada satu Roh Tuhan, sama seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa 'hanya ada satu Roh Kudus dan hanya ada satu Tuhan.' Terlepas dari apakah Bapa dan Anak yang engkau katakan itu ada, bagaimanapun juga, hanya ada satu Tuhan, dan hakikat Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang engkau semua percayai adalah hakikat dari Roh Kudus. Dengan kata lain, Tuhan adalah Roh, tetapi Dia mampu menjadi manusia dan hidup di antara manusia, serta berada di atas segalanya. Roh-Nya mencakup segalanya dan maha hadir. Dia bisa secara bersamaan berada di dalam daging sekaligus berada di dalam dan di seluruh alam semesta. Karena semua orang mengatakan bahwa Tuhan adalah satu-satunya Tuhan yang benar, maka ada satu Tuhan, yang tidak dapat dibagi sesuka hati oleh siapa pun! Tuhan adalah hanya satu Roh, dan hanya satu pribadi; dan itu adalah Roh Tuhan" (Apakah Tritunggal Itu Ada?).Setelah membacanya, aku berpikir, "Jadi, ternyata gagasan tentang Tuhan Trinitas tidak berasal dari Tuhan. Tuhan adalah Roh dan hanya satu pribadi! Jadi, mengapa pendeta mengatakan bahwa ada tiga?"
Saudari Keke melanjutkan persekutuannya, "Kita dapat belajar dari firman ini bahwa hanya ada satu Tuhan, bahwa hanya ada satu pribadi, yaitu Roh. Roh Tuhan melampaui segala hal dan ada di semua tempat. Dia dapat berada di surga, muncul untuk umat manusia dalam bentuk seperti kilat, guntur, dan api. Dia juga dapat berinkarnasi di bumi dan menjadi manusia biasa, seperti yang dilakukan Tuhan Yesus. Meskipun Dia tampak seperti kita, seperti orang biasa secara lahiriah, Dia mampu melakukan pekerjaan menebus semua umat manusia karena Dia adalah inkarnasi dari Roh Tuhan, jadi pada dasarnya itu tetap Tuhan yang bekerja. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada Filipus: 'Aku sudah begitu lama bersamamu, tetapi engkau belum mengenal Aku, Filipus? Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa; lalu bagaimana engkau berkata, tunjukkan kepada kami Bapa itu? Tidakkah engkau percaya bahwa Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku? Firman yang Aku katakan kepadamu bukanlah Kukatakan dari diri-Ku sendiri: tetapi Bapa yang ada di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan itu. Percayalah kepada-Ku bahwa Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku: atau jika tidak, percayalah kepada-Ku karena pekerjaan-pekerjaan itu’ (Yohanes 14:9–11). Tuhan menyatakannya dengan jelas: 'Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa;' 'Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku'. Dan dalam Yohanes 10:30, Tuhan berfirman, 'Aku dan Bapaku adalah satu.' Kita dapat melihat dari sini bahwa Tuhan Yahweh dan Tuhan Yesus yang berinkarnasi pada dasarnya adalah Satu—apakah Tuhan bekerja melalui Roh ataupun melalui daging, pada dasarnya Roh Tuhanlah yang melakukan pekerjaan-Nya sendiri. Alasan dunia agama membagi-bagi Tuhan menjadi tiga pribadi yang terpisah adalah karena mereka percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak terkasih dari Bapa surgawi; ini karena mereka tidak memahami kebenaran seputar inkarnasi. Jika kita memahami aspek kebenaran ini dan mengetahui apa itu inkarnasi, maka kita dapat memahami hubungan antara Bapa dan Anak. Mari kita baca beberapa bagian lagi."
Aku mendengarnya dan kemudian berpikir, "‘Inkarnasi’ adalah kata baru bagiku. Apa artinya?" Aku melihat teleponku dan menemukan teks yang telah dia kirim, lalu dengan sungguh-sungguh membacanya: "'Inkarnasi' adalah penampakan Tuhan dalam daging; Tuhan bekerja di antara manusia ciptaan-Nya dalam rupa manusia. Jadi, agar Tuhan berinkarnasi, pertama-tama Dia harus menjadi daging, daging dengan kemanusiaan yang normal; ini adalah prasyarat paling mendasar. Faktanya, implikasi dari inkarnasi Tuhan adalah bahwa Tuhan hidup dan bekerja dalam daging, Tuhan di dalam esensi-Nya menjadi daging, menjadi seorang manusia." "Kristus dengan kemanusiaan yang normal adalah daging yang di dalamnya Roh diwujudkan, dan memiliki kemanusiaan yang normal, akal sehat, serta pikiran manusia. 'Diwujudkan' artinya Tuhan menjadi manusia, Roh menjadi daging; atau secara gamblang, artinya adalah ketika Tuhan itu sendiri mendiami daging dengan kemanusiaan yang normal, dan melaluinya, Dia mengungkapkan pekerjaan ilahi-Nya—inilah yang dimaksud dengan diwujudkan, atau berinkarnasi."
Saudari Keke membagikan persekutuan ini: "Bagian-bagian ini menjelaskan misteri inkarnasi. Itu adalah Roh Tuhan yang terbungkus daging manusia biasa untuk muncul dan bekerja. Sederhananya, itu Tuhan yang menjadi manusia, Roh menjadi daging. Secara lahiriah, tubuh berdaging itu tidak berbeda dari orang biasa—Dia makan, berpakaian, hidup, dan berjalan dengan normal dan memiliki semua emosi—tetapi Roh Tuhan ada di dalam diri-Nya. Dia dapat mengungkapkan watak Tuhan sendiri dan melakukan pekerjaan Tuhan sendiri. Ambil contoh Tuhan Yesus. Secara lahiriah Dia tampak seperti orang rata-rata, tetapi Dia mengungkapkan banyak kebenaran, Dia memberi manusia jalan pertobatan, Dia mengampuni dosa-dosa manusia, dan menyatakan watak kasih dan ampunan. Dia juga memperlihatkan banyak mukjizat seperti menenangkan badai, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, dan membangkitkan orang mati. Dia sepenuhnya mengungkapkan otoritas dan kuasa Tuhan, dan akhirnya dipakukan di atas salib demi umat manusia. Hal ini menyelesaikan pekerjaan penebusan. Dari semua itu kita dapat melihat bahwa pekerjaan dan firman Tuhan Yesus adalah pekerjaan dan firman Tuhan itu sendiri, dan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi menjadi diri-Nya sendiri. Dia menyatu dengan Tuhan Yahweh."
Persekutuan Saudari Keke benar-benar mencerahkan bagiku. Aku menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Roh Tuhan Yahweh dalam daging, dan pada dasarnya tetap Roh Tuhan, Tuhan yang sama. Aku berkata dengan gembira, "Saudari Keke, akhirnya aku mengerti. Esensi Tuhan adalah Roh dan ketika Dia berinkarnasi, Dia menjadi seseorang dengan Roh-Nya tersembunyi di dalam tubuh manusia. Sama seperti Tuhan Yesus yang tampak seperti manusia secara lahiriah, tetapi Dia adalah Roh Tuhan yang terbungkus daging dengan esensi Tuhan, dan Dia dapat melakukan pekerjaan ketuhanan. Tuhan dalam daging sebenarnya adalah Roh yang sama, hanya saja Dia tampak bagi manusia dengan cara yang berbeda."
Saudari Keke menanggapi dengan gembira, "Syukur kepada Tuhan! Inilah aspek kebenaran yang cukup mendalam. Kemampuanmu untuk memahaminya tentu saja merupakan pencerahan dan bimbingan dari Tuhan!"
Bersambung ...