Dalam kehidupan kita yang serba cepat, kita sering terjebak dalam membandingkan diri kita dengan orang lain. Media sosial dipenuhi dengan kisah sukses dan prestasi gemilang orang lain, yang mau tidak mau membangkitkan rasa cemas dan rendah diri dalam diri kita. Namun, dalam pergumulan dan penderitaan seperti itu barulah kita dapat memahami diri kita sendiri secara lebih mendalam dan menemukan kedamaian dan kepuasan batin. Yang di bawah ini adalah beberapa wawasan dan pengalamanku.
Ketika aku merasa iri dan rendah diri, aku sering terjebak dalam keadaan menyalahkan diri sendiri dan depresi. Aku merasa diriku tidak cukup baik, tidak cukup sukses, atau bahkan tidak cukup dihargai. Setiap kali aku melihat kesuksesan dan kecemerlangan orang lain, aku akan meragukan nilai dan kemampuanku sendiri, dan bahkan mulai bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak memberi aku kesempatan dan bakat yang sama. Aku merasa tertekan dan tidak berdaya, seolah-olah aku telah ditinggalkan oleh kehidupan. Namun, ketika aku menyadari dampak negatif dari emosi ini, aku mulai datang kepada Tuhan untuk mencari bimbingan, refleksi, dan jawaban. Aku mulai bertanya pada diri sendiri, mengapa aku merasa iri dan rendah diri ketika dihadapkan pada kesuksesan orang lain? Aku mulai menggali lebih dalam rasa tidak aman dan ketidakpuasan dalam diriku, dan menyadari bahwa hal itu terjadi karena aku membandingkan diriku dengan orang lain dan mengabaikan keunikan dan nilai diriku sendiri. Aku memahami bahwa Tuhan telah memberi kita masing-masing bakat dan nilai yang berbeda. Setiap orang adalah unik dan memiliki lintasan hidup dan misinya masing-masing. Kita tidak perlu meniru orang lain atau membandingkan diri kita dengan orang lain, tetapi kita harus menemukan dan menghargai keunikan diri kita sendiri. Dalam proses pemahaman ini, aku mulai belajar bersyukur dan menerima diri sendiri, dan aku mulai menyadari bahwa semua yang aku miliki adalah anugerah dari Tuhan, termasuk tantangan dan kesulitan yang aku alami. Pada saat yang sama, aku juga memahami bahwa setiap kegagalan dan kemunduran adalah kesempatan bagiku untuk bertumbuh dan belajar, dan merupakan kasih dan perhatian Tuhan yang tak ada habisnya bagiku. Aku mulai memandang segala sesuatu dalam hidup ini dengan hati yang bersyukur, entah itu baik atau buruk, semuanya telah diatur dengan cermat oleh Tuhan untukku.
Sekarang, aku telah belajar untuk melepaskan beban diri yang tidak perlu dan tidak lagi membiarkan perbandingan dan rendah diri memenjarakan hatiku. Aku mulai lebih mengandalkan Tuhan untuk mengembangkan bakatku, menaati tuntunan Tuhan, dan mengikuti jalan hidup yang Tuhan tetapkan untukku. Aku percaya: Setiap orang memiliki sinar masing-masing, dan selama kita berani menunjukkan dan mempergunakannya, kita akan dapat meninggalkan jejak unik kita sendiri di dunia ini!
Aku berharap semua orang dapat merasakan kelegaan ini dan menemukan serta menghargai keunikan diri sendiri. Jangan biarkan kesuksesan dan sinar orang lain menjadi belenggu di hatimu, tapi percayalah pada nilai dan kemampuan dirimu sendiri, dan dengan berani memulai jalan sinarmu sendiri. Karena masing-masing dari kita adalah harta di mata Tuhan, layak memiliki sinar kita sendiri, dan layak mengejar kedamaian dan kepuasan batin.
Sebagai penutup, aku ingin berbagi dengan kalian satu bagian firman kebenaran: “Situasi apa pun yang menyebabkan perasaan rendah dirimu muncul atau siapa pun atau peristiwa apa pun yang menyebabkannya muncul, engkau harus memiliki pemahaman yang benar tentang kualitasmu sendiri, kelebihanmu, bakatmu, dan kualitas kemanusiaanmu sendiri. Tidaklah benar untuk merasa rendah diri, juga tidaklah benar untuk merasa paling unggul—keduanya adalah emosi negatif. Perasaan rendah diri dapat mengikat tindakanmu, mengikat pemikiranmu, dan memengaruhi pandangan dan sudut pandangmu. Demikian pula, perasaan unggul juga memiliki dampak negatif ini. Oleh karena itu, entah perasaan rendah diri atau emosi negatif lainnya, engkau harus memiliki pemahaman yang benar tentang pendapat-pendapat yang menyebabkan munculnya emosi ini. Engkau harus terlebih dahulu memahami bahwa pendapat itu tidak benar, dan entah itu adalah tentang kualitasmu, bakatmu, atau kualitas kemanusiaanmu, penilaian dan kesimpulan yang mereka buat tentangmu selalu keliru. Jadi, bagaimana engkau dapat secara akurat menilai dan mengenal dirimu sendiri, dan melepaskan diri dari perasaan rendah diri? Engkau harus menjadikan firman Tuhan sebagai landasan untuk memperoleh pengenalan akan dirimu sendiri, untuk mengetahui seperti apa kemanusiaan, kualitas dan bakatmu, dan apa kelebihan yang kaumiliki. Sebagai contoh, engkau sebelumnya senang menyanyi dan melakukannya dengan baik, tetapi ada orang-orang tertentu yang terus mengkritikmu dan merendahkanmu, berkata bahwa engkau buta nada dan nyanyianmu sumbang, jadi sekarang engkau merasa engkau tak mampu menyanyi dengan baik dan tidak berani lagi melakukannya di depan orang lain. Karena orang-orang berkemampuan rata-rata yang kacau dan duniawi itu membuat evaluasi dan penilaian yang tidak akurat tentangmu, hak asasi kemanusiaanmu telah dibatasi, dan bakatmu telah dilumpuhkan. Akibatnya, engkau tidak berani menyanyi bahkan satu lagu pun, dan engkau hanya cukup berani melepaskan diri dan menyanyi dengan bersuara saat tak seorang pun berada di sekitarmu atau saat engkau seorang diri. Karena engkau biasanya merasa sangat tertekan, ketika engkau tidak sendirian, engkau tidak berani menyanyi; engkau berani menyanyi hanya ketika engkau sendirian, menikmati waktu saat engkau dapat menyanyi dengan suara lantang dan jernih, merasakan betapa indah dan membebaskannya waktu tersebut, bukankah benar demikian? Karena kejahatan yang orang lakukan terhadapmu, engkau tidak tahu atau tak mampu melihat dengan jelas apa yang sebenarnya mampu kaulakukan, apa yang mahir kaulakukan, dan apa yang kurang mahir kaulakukan. Dalam situasi seperti ini, engkau harus membuat penilaian yang benar dan mengukur dirimu dengan benar berdasarkan firman Tuhan. Engkau harus memastikan apa yang telah kaupelajari dan di mana letak kelebihanmu, dan lakukanlah apa pun yang mampu kaulakukan; sedangkan mengenai hal-hal yang tak mampu kaulakukan, kekurangan dan kelemahanmu, engkau harus merenungkannya dan mengenalinya, dan engkau harus menilai dan mengetahui secara tepat seperti apa kualitasmu, dan apakah kualitasmu itu baik atau buruk. Jika engkau tak mampu memahami atau memperoleh pengetahuan yang jelas tentang masalahmu sendiri, bertanyalah kepada orang-orang yang berpengertian di sekitarmu untuk menilai dirimu. Entah yang mereka katakan itu tepat atau tidak, setidaknya itu akan memberimu sesuatu untuk kaujadikan acuan dan pertimbangan dan itu akan memampukanmu untuk menilai atau menggolongkan dirimu sendiri. Dengan cara demikian, engkau akan mampu membereskan masalah esensial emosi negatif seperti perasaan rendah diri, dan secara berangsur melepaskan dirimu darinya. Perasaan rendah diri mudah dibereskan jika orang mampu mengenalinya, menyadarinya, dan mencari kebenaran.” (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, Cara Mengejar Kebenaran (1))