Ketika aku masih sekolah, banyak orang di desaku pindah ke bangunan apartemen dan membeli mobil, sedangkan keluargaku tinggal di sebuah rumah tua berlantai satu. Oleh sebab itu, aku bertekad untuk bekerja keras agar menjadi kaya saat dewasa. Ketika saat itu tiba, kukemasi barang bawaanku, naik kereta ke tempat lain, dan mulai berjuang demi masa depanku ...
"Cepat! Cepat!" Mandor terus berteriak di tempat kerja. Semua staf bekerja secepat mungkin. Kuseka keringat di wajahku dengan satu tangan sambil memegang bor dengan tangan satunya lagi. Kemudian aku membungkuk untuk memijat punggung bawahku sebelum memulai tugas selanjutnya.
"Jie, cepat! Cepat! Jangan membuang waktu! Apa kau tak ingin pulang?" Seruan mandor datang dari tempat pengepakan. Aku baru saja menyelesaikan senampan kotak kardus ketika staf pemasok bahan mengirim setumpuk bahan setinggi kepalaku. Aku berjinjit untuk menurunkan selusin kotak. Aku merasa kelelahan. Namun setiap kali aku melambat untuk menarik napas, aku mendengar suara mandor yang mendesakku untuk bekerja lebih keras lagi. Dengan 3.000 kotak yang harus diselesaikan, aku menundukkan kepala dan enggan melanjutkan pekerjaan. Di malam hari, jari-jariku sering terasa sakit. Aku berkata kepada diri sendiri bahwa orang yang dapat bertahan dalam penderitaan terburuk adalah yang terbaik. Jadi, aku harus bertahan. Semuanya akan baik-baik saja ketika aku kaya ...
Suatu hari, ketika aku mau pulang setelah mengikuti rapat kerja, tiba-tiba segalanya menjadi gelap dan aku jatuh meringkuk di lantai. Mandor melihatku dan berteriak, "Jie, ada apa denganmu? Ada apa denganmu?" Kepalaku terasa sangat berat dan aku merasa tubuhku sangat tidak enak. Aku butuh waktu cukup lama untuk memulihkan diri sedikit. Namun demikian, aku tidak menganggap itu serius, karena kupikir aku seorang dewasa muda yang penuh energi.
Demi mendapatkan bayaran yang lebih tinggi, aku mencari pekerjaan baru di sebuah perusahaan mesin dengan bekerja sebagai penjaga gudang. Aku bertugas menerima, mengirim, dan menyimpan ribuan barang. Di samping gaji pokok, aku juga mendapat uang lembur. Demi mendapat lebih banyak uang, aku bekerja lembur hampir setiap malam memperbarui laporan.
Seiring dengan semakin banyaknya jumlah produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan, gang-gang di gudang dengan cepat terisi dengan barang-barang. Akibatnya, jam kerjaku berubah dari delapan jam menjadi sepuluh jam kemudian dua belas jam, dan terkadang bahkan lebih dari dua belas jam. Dalam perjalanan pulang kerja, aku selalu berjalan sendirian hanya ditemani oleh malam yang sunyi. Namun pikiran tentang meningkatnya tabungan di rekening gajiku membuatku melupakan rasa letih dan lelah. Aku membayangkan suatu hari dalam waktu dekat ketika aku memiliki rumah dan mobil sendiri ...
Suatu hari, ketika sedang menarik beberapa bahan berat, aku tiba-tiba tercekik dan merasa jantungku berdebar dan nyeri dada. Aku pergi ke dokter dan didiagnosis terkena aritmia. Dokter memberitahuku: "Anak muda, beristirahatlah dengan baik dan hiduplah dengan lebih teratur. Jika tidak, engkau akan mengalami komplikasi jika ini menjadi serius." Itu menjadi sebuah teguran akan kesehatanku yang buruk. Akan tetapi, aku tidak mendengarkan saran dokter dan memutuskan untuk tidak memikirkannya sampai benar-benar terjadi. Jadi, aku terus bekerja keras demi uang dan agar dapat memiliki rumah, dan mobil ...
Suatu hari di tempat kerja, seorang kolega, Pak Xia, ambruk terkena serangan jantung ketika sedang bekerja dan segera dilarikan ke rumah sakit. Dia sakit karena terlalu banyak bekerja dan hampir kehilangan nyawanya. Melihat ini, aku mulai merasa khawatir hal yang sama akan terjadi padaku. Aku bertanya pada diri sendiri: "Apakah uang benar-benar lebih penting daripada hidup? Jika aku kehilangan kesehatanku, apa gunanya punya uang?" Setiap hari, dalam perjalanan pulang setelah kerja, aku akan berbelok di persimpangan gang menuju ke akomodasiku. Namun, arah mana yang harus kupilih sekarang ketika aku berada di persimpangan jalan dalam kehidupan? Untuk pertama kalinya, aku merasa kesepian, tidak berdaya, dan kebingungan. Aku merasa kelelahan secara fisik dan mental. Akankah aku hidup seperti ini di sepanjang sisa hidupku?
Tepat ketika aku sedang kebingungan dan merasa tak berdaya, Injil Tuhan datang kepadaku. Aku membaca sebuah ayat firman Tuhan: "'Uang membuat dunia berputar' adalah salah satu falsafah Iblis, dan falsafah ini tersebar luas di tengah seluruh umat manusia, dalam setiap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah tren karena pepatah ini telah tertanam di dalam hati setiap orang. ... Terlepas dari seberapa banyak pengalaman yang dialami seseorang dengan pepatah ini, apa efek negatif yang dapat ditimbulkan pepatah ini dalam hati seseorang? Sesuatu terungkap melalui watak manusia dari orang-orang di dunia ini, termasuk dari setiap orang di antaramu. Bagaimana hal yang terungkap ini ditafsirkan? Sesuatu ini adalah pemujaan orang terhadap uang. Apakah sulit untuk mengeluarkan ini dari hati seseorang? Ini sangat sulit! Tampaknya perusakan manusia oleh Iblis sudah sedemikian dalamnya! Jadi, setelah Iblis menggunakan tren ini untuk merusak manusia, bagaimana hal ini terwujud dalam diri mereka? Apakah engkau semua merasa bahwa engkau tidak dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa uang, bahwa satu hari saja tanpa uang tak mungkin bagimu? Status orang didasarkan pada berapa banyak uang yang mereka miliki dan begitu pula kehormatan mereka. Punggung orang miskin membungkuk malu, sementara orang kaya menikmati status tinggi mereka. Mereka berdiri tegak dan bangga, berbicara keras-keras dan hidup dengan congkak. Apa yang ditimbulkan oleh pepatah dan tren ini terhadap manusia? Bukankah banyak orang mengorbankan apa pun demi mendapatkan uang?"
Lalu aku mengerti ini: "Uang membuat dunia berputar" dan "Uang adalah yang utama" adalah peraturan hidup Iblis yang telah merusak pandanganku tentang hidup dan menipuku untuk menjadikan kekayaan sebagai tujuan hidup. Di bawah pengaruh gagasan dan pandangan ini, aku percaya bahwa uang adalah segalanya dan dengan uang aku bisa lebih unggul daripada orang lain, membuat perbedaan, dan memuliakan keluargaku. Oleh karena itu, aku sering bekerja lembur dan banting tulang hanya untuk mendapatkan lebih banyak uang, dan aku tidak beristirahat bahkan ketika kelelahan dan menderita penyakit. Tuhan menggunakan kasus Pak Xia untuk memperingatkanku bahwa adalah bodoh mengorbankan kesehatan dan hidup demi uang. Tuhan Yesus berkata: "Karena apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Dibandingkan dengan kehidupan, uang tidak layak disebut sama sekali! Uang hanya memberiku kesenangan fisik sementara, tetapi tidak dapat membantuku mendapatkan kembali kesehatanku. Jadi, aku tidak boleh hidup hanya untuk uang.
Memahami ini, niatku untuk mengejar uang menjadi berkurang. Setelah itu, aku mulai menghadiri kebaktian gereja, membaca firman Tuhan, dan menyanyikan lagu pujian untuk memuji Tuhan, menjadikan hal-hal ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupku. Aku mendapatkan semacam keterjaminan dan kedamaian di dalam hatiku yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Aku mencoba untuk melepas hasratku akan kekayaan, dan tidak terlalu mementingkan kerja keras; di akhir pekan, aku mulai beristirahat. Hingga, aku sedikit demi sedikit pulih. Namun, aku kembali ragu ketika mendengar tentang kolegaku yang mendapat bayaran yang lebih tinggi untuk kerja lembur mereka. Aku tak tahu mana yang harus kupilih: bekerja lembur demi uang atau beristirahat dengan baik demi kesehatanku ...
Kemudian, aku membaca ayat firman Tuhan: "Ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua iu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan."
Ketika merenungkan firman Tuhan, aku berulang kali mengangguk: "Firman Tuhan sangat praktis. Di masa lalu, gagasan Iblis bahwa 'uang adalah yang utama' mengakar di dalam hatiku dan aku menggunakannya sebagai moto di dalam hidupku dan terus bekerja lembur. Aku mengorbankan waktu, kebebasan, dan kesehatanku hanya untuk mendapatkan lebih banyak uang. Setelah mulai percaya pada Tuhan, aku mulai memiliki kehidupan yang normal. Jadi, bukankah bodoh kembali ke cara lamaku? Tuhan berkuasa dan mengatur nasib manusia. Jadi, kekayaan bukan diperoleh melalui usaha manusia. Kehendak Tuhan adalah melepaskanku dari pandangan hidup demi uang sehingga aku bisa bekerja secara normal dan memiliki rutinitas harian. Aku akan belajar untuk mematuhi kedaulatan dan pengaturan Tuhan."
Setelah itu, aku bekerja dengan jadwal yang tetap dan beristirahat secara teratur. Perlahan-lahan, tubuhku menjadi lebih kuat dan aku terlihat semakin baik. Aku merasa gembira dan bekerja dengan lebih efisien. Hatiku terasa diperkaya dan damai, bukan khawatir dan panik. Kemudian, perusahaan menyesuaikan gaji di departemenku, meski mereka tidak memberi tahu alasannya. Aku bekerja lebih sedikit tetapi dibayar lebih banyak, yang meyakinkanku bahwa kekayaan tidak diperoleh melalui usaha manusia melainkan sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Adalah menyakitkan untuk hidup dengan pandangan hidup Iblis alih-alih tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Sebaliknya, mereka yang memilih mematuhi Tuhan dan hidup berdasarkan firman-Nya akan memiliki kedamaian dan sukacita yang sejati.
Syukur kepada Tuhan, karena telah menyelamatkanku dari hidup yang melelahkan dan mengorbankan kesehatan demi uang. Sahabat terkasih, demi kesehatan, istirahatlah!