Apakah pengertianmu akan kebenaran berintegrasi dengan keadaanmu sendiri? Dalam kehidupan nyata, engkau pertama-tama harus memikirkan kebenaran mana yang berkaitan dengan orang-orang, hal-hal, atau benda-benda yang pernah engkau temui. Di antara kebenaran-kebenaran inilah engkau dapat menemukan kehendak Tuhan dan menghubungkan apa yang telah engkau temui dengan kehendak-Nya. Apabila engkau tidak tahu aspek-aspek mana saja dari kebenaran yang berkaitan dengan hal-hal yang telah engkau temui, tetapi engkau langsung begitu saja mencari kehendak Tuhan, ini pendekatan yang buta yang tidak akan mendatangkan hasil. Apabila engkau ingin mencari kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, pertama-tama engkau perlu melihat hal-hal seperti apa yang telah datang kepadamu, lalu aspek-aspek kebenaran yang mana saja yang terkait dengan mereka, dan carilah kebenaran dalam firman Tuhan yang terkait dengan pengalamanmu. Kemudian carilah jalan tindakan nyata yang tepat bagimu di dalam kebenaran itu; dengan cara ini engkau akan memperoleh pengertian tidak langsung akan kehendak Tuhan. Mencari dan melakukan kebenaran bukanlah menerapkan sebuah doktrin secara mekanis ataupun mengikuti sebuah rumus. Kebenaran bukanlah hal yang bersifat terumuskan, juga bukan sebuah hukum. Kebenaran tidak mati—tetapi hidup. Itu adalah sesuatu yang hidup, dan merupakan aturan yang harus diikuti makhluk ciptaan dan aturan yang harus dimiliki seorang manusia dalam hidupnya. Ini merupakan hal yang harus lebih engkau pahami melalui pengalaman. Tidak peduli berada pada tahapan mana pengalamanmu, engkau tidak bisa dipisahkan dari firman Tuhan atau kebenaran, dan apa yang engkau pahami akan watak Tuhan dan apa yang engkau ketahui tentang apa yang Ia punya dan siapa Ia, semuanya itu dinyatakan dalam firman Tuhan. Semua itu terkait erat dengan kebenaran. dan terhubung dengan kebenaran. Watak Tuhan, lalu apa yang Ia punya dan siapa Ia dengan sendirinya adalah kebenaran. Kebenaran merupakan perwujudan yang autentik dari watak Tuhan juga apa yang Ia punya dan siapa Ia. Ini menjadikan apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu suatu hal yang konkret dan secara terbuka menyatakannya. Secara langsung hal itu memberitahukan kepadamu tentang apa yang Tuhan sukai, apa yang tidak Ia sukai, apa yang Ia ingin engkau lakukan dan apa yang tidak Ia izinkan untuk engkau lakukan, orang-orang seperti apa yang Ia benci dan orang-orang seperti apa yang Ia kasihi. Di balik kebenaran yang Tuhan ungkapkan orang dapat melihat kesenangan-Nya, kemarahan-Nya, kesedihan-Nya, dan kebahagiaan-Nya, juga esensi-Nya—ini adalah pengungkapan dari watak-Nya. Selain mengetahui apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, dan selain memahami watak-Nya dari firman-Nya, yang paling penting adalah perlunya mencapai pemahaman ini melalui pengalaman nyata. Jika seseorang menjauhkan diri mereka dari kehidupan nyata supaya mengenal Tuhan, mereka tidak akan bisa mencapai hal itu. Bahkan jika ada orang-orang yang dapat memperoleh sebagian pemahaman dari firman Tuhan, pengertian ini terbatas pada teori dan ucapan, dan akan berbeda dengan seperti apakah Tuhan itu sebenarnya.
Apa yang sedang kami sampaikan sekarang semuanya berada dalam cakupan kisah-kisah yang tercatat dalam Alkitab. Melalui kisah-kisah ini, dan dengan menganalisis hal-hal yang terjadi, orang dapat mengerti watak-Nya, dan apa yang Ia punya dan siapa Ia yang telah Ia ungkapkan, memungkinkan mereka untuk mengenal setiap aspek dari Tuhan dengan lebih luas, lebih mendalam, lebih lengkap, dan lebih menyeluruh. Jadi, apakah jalan satu-satunya untuk mengenal setiap aspek Tuhan adalah melalui kisah-kisah ini? Tidak, tentu saja tidak! Karena apa yang Tuhan katakan dan pekerjaan Tuhan pada Zaman Kerajaan dapat membantu orang mengenal watak-Nya dan mengetahui tentang hal itu secara lebih menyeluruh. Akan tetapi, menurut-Ku lebih mudah untuk mengenal watak Tuhan dan memahami apa yang Ia punya dan siapa Ia melalui contoh-contoh atau kisah-kisah yang tercatat dalam Alkitab yang sudah dikenal orang-orang. Apabila Aku mengambil kata-kata penghakiman dan hajaran dan kebenaran yang dinyatakan Tuhan di masa sekarang untuk membuatmu mengenal-Nya kata demi kata, engkau akan merasa itu terlalu membosankan dan bertele-tele, dan sebagian orang bahkan akan merasa bahwa perkataan Tuhan nampak terlalu terumuskan. Akan tetapi, apabila kita mengambil kisah-kisah Alkitab ini sebagai contoh agar orang lebih mudah mengenal watak Tuhan, mereka tidak akan menganggapnya membosankan. Dapat dikatakan bahwa sepanjang menjelaskan contoh-contoh ini, rincian-rincian mengenai apa yang ada di hati Tuhan pada saat itu—suasana hati dan perasaan, atau pemikiran dan gagasan-Nya—telah disampaikan kepada manusia dalam bahasa manusia, dan tujuan dari semua ini adalah agar mereka menghargai, merasakan bahwa apa yang Tuhan punya dan siapa Tuhan itu bukanlah sebuah rumusan. Itu bukanlah sebuah legenda, atau suatu hal yang tidak dapat dilihat dan disentuh orang-orang. Itu merupakan hal yang benar-benar ada, yang bisa orang rasakan dan hargai. Inilah tujuan utamanya. Engkau dapat mengatakan bahwa orang-orang yang tinggal di zaman ini adalah orang-orang yang diberkati. Mereka dapat belajar dari kisah-kisah Alkitab untuk memperoleh pengertian yang lebih luas tentang pekerjaan Tuhan sebelumnya. Mereka dapat melihat watak-Nya melalui pekerjaan yang telah Ia lakukan. Mereka dapat memahami kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui watak-watak yang telah Ia ungkapkan ini, lalu memahami manifestasi nyata dari kekudusan dan kepedulian-Nya terhadap umat manusia demi mencapai pengenalan yang lebih mendetail dan lebih mendalam akan watak Tuhan. Aku pecaya bahwa engkau semua dapat merasakan hal ini!
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III”