Menu

Pengalamanku Mengajarkan Injil (I)

Menemukan Sumber Air Kehidupan yang Hidup

Ketika aku muda, karena orangtuaku sering kali bepergian ke tempat-tempat lain untuk bisnis, kakak perempuanku menjadi penyokong rohaniku. Pada usia 15 tahun, bibiku yang sudah berusia lanjut mengajarkan injil kepada kakakku dan aku dan kemudian kami mulai percaya kepada Tuhan. Setelah menikah, suamiku menjadi pencandu narkoba, sehingga aku tidak punya pilihan lain kecuali menceraikannya. Aku mengungsi, dengan dua anakku yang masih kecil, ke rumah kakakku, dan aku mulai bekerja melayani Tuhan di gereja yang dipimpin oleh kakak iparku.

Sepuluh tahun berlalu. Tahun ini, aku mulai melihat bahwa semangatku memudar: aku tidak memperoleh penerangan dari pembacaanku atas Alkitab, dan aku merasa tidak memperoleh sesuatu ketika mendengarkan khotbah dari gembala. Secara khusus, aku tidak mampu mengerti niat Tuhan. Walaupun aku meraih beberapa pencapaian dalam melayani Tuhan selama bertahun-tahun, hal tersebut tidak dapat memuaskan dahaga rohku. Ketika aku merasa amat tak berdaya dalam kegelapan ini, aku berkenalan dengan Saudara Zhao. Lewat perbincangan dengannya, aku jadi memahami bahwa alasan mengapa rohku dahaga dan mengapa gereja terlantar adalah karena Tuhan telah melakukan pekerjaan baru dan pekerjaan Roh Kudus telah berpindah, dan hanya dengan menyesuaikan diri dengan pekerjaan Tuhan yang barulah aku dapat menerima persediaan air kehidupan yang hidup. Melalui persekutuan dengan Saudara Zhao yang berkali-kali serta membaca lebih banyak firman Tuhan, rohku secara perlahan-lahan menjadi semakin kuat dan aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah penampakan dari Tuhan Yesus.

Mengabarkan Injil dan Menjadi Saksi bagi Tuhan

Setelah aku menerima pekerjaan baru Tuhan, aku membaca bagian firman Tuhan berikut: "Mereka miskin, patut dikasihani, buta, dan kebingungan, meratap dalam kegelapan, 'Di manakah jalan itu?' Betapa mereka merindukan terang, seperti bintang jatuh, yang tiba-tiba turun dan melenyapkan kekuatan kegelapan yang telah menindas manusia bertahun-tahun lamanya. Siapakah yang memahami betapa resahnya mereka berharap, dan betapa mereka mendambakannya siang dan malam? Orang-orang yang sangat menderita ini tetap terkurung di penjara bawah tanah yang gelap, tanpa harapan kebebasan, bahkan pada siang hari saat ada sinar cahaya. Kapankah mereka akan berhenti menangis? Jiwa-jiwa rapuh ini yang tidak pernah mendapat istirahat sungguh-sungguh menderita ketidakberuntungan. Sudah lama mereka terjerat tali kekejaman dan sejarah yang membeku di tempat. Siapakah yang pernah mendengar suara ratapan mereka? Siapa yang pernah melihat wajah sengsara mereka? Pernahkah engkau berpikir betapa sedih dan cemasnya hati Tuhan? Bagaimana mungkin Dia sanggup menyaksikan manusia lugu yang telah Ia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri menanggung derita seperti itu? Bagaimanapun juga, manusia adalah mahkluk malang yang telah teracuni. Walaupun mereka tetap bertahan hingga kini, siapa pernah mengira bahwa mereka sudah lama diracuni oleh si jahat? Lupakah engkau bahwa engkau pun salah satu korbannya? Demi kasihmu kepada Tuhan, apakah engkau tidak mau berjuang untuk menyelamatkan mereka yang telah bertahan? Tidakkah engkau mau bersedia melakukan segala upaya untuk membalas kebaikan Tuhan yang mengasihi umat manusia seperti darah dan daging-Nya sendiri?" ("Bagaimana Seharusnya Engkau Mengelola Misimu yang akan Datang?"). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa hati Tuhan begitu sedih dan cemas ketika Dia melihat umat manusia yang telah diciptakan-Nya hidup dalam perbudakan dan penganiayaan Iblis. Tuhan berharap bahwa orang-orang yang masih berada di gereja yang terlantar serta haus dan lapar secara rohaniah dapat segera mengikuti jejak-Nya. Aku berpikir bagaimana aku juga pernah hidup dalam ketidakberdayaan dan penderitaan dan Tuhanlah yang menyelamatkanku dari kecemaran. Jadi, pada waktu itu ketika menghadapi keinginan Tuhan yang besar, bagaimana aku dapat menutup mata dan bersikap masa bodoh? Karenanya, aku memutuskan untuk menjalankan tugasku sebagai salah satu ciptaan-Nya dan membawa orang yang sedang menantikan kedatangan kembali Tuhan ke hadapan-Nya untuk menyenangkan hati-Nya dan membalas kasih-Nya. Aku pertama-tama teringat pada seorang saudari yang sangat saleh—Saudari Du. Maka, aku mulai berdoa baginya, memohon kepada Tuhan untuk memberiku kesempatan guna berbagi dengannya injil kerajaan dari Tuhan. Tidak lama setelah aku berdoa, aku mendapat telepon secara tiba-tiba darinya. Pada waktu itu, aku begitu gembira karena dia tengah belajar di tempat lain dan kami jarang berhubungan satu sama lain selama dua tahun. Tuhan pasti sudah mendengar doa saya, sehingga dia tiba-tiba meneleponku. Dalam percakapan kami, aku mengetahui bahwa secara rohaniah dia lemah dan dia tidak mampu untuk membangkitkan cukup antusiasme bagi devosi rohaniah. Karenanya, aku ingin memberi kesaksian bagi pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadanya, tetapi aku khawatir. Aku pikir: "Jika dia tidak menerima, apakah akan timbul rasa kikuk di antara kami?" Setelahnya, aku ingat bagian dari firman Tuhan yang pernah dipersekutukan kepadaku oleh seorang saudari: "Jika engkau tidak memusatkan perhatian pada hubunganmu dengan orang lain, tetapi lebih mempertahankan hubungan yang tepat dengan Tuhan; jika engkau bersedia memberi hatimu kepada Tuhan dan belajar untuk mematuhinya, wajar sekali, engkau akan memiliki hubungan yang tepat dengan semua orang. Dengan demikian, hubungan ini tidak dibangun atas dasar keinginan daging, tetapi berlandaskan kasih Tuhan. Dalam keinginan daging hampir tidak terdapat interaksi...." ("Membangun Hubungan yang Tepat Dengan Tuhan Sangat Penting"). Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa menyampaikan firman dan menganugerahkan kepada kita kebenaran untuk memecahkan berbagai kesulitan dan masalah dalam kehidupan rohani kita, membuat kita memperoleh pengetahuan akan Tuhan, dan akhirnya menerima perkenan-Nya dan diselamatkan oleh-Nya. Jika aku benar-benar bertanggung jawab terhadap kehidupan Saudari Du, dan jika aku memiliki kasih yang tulus kepadanya dalam hatiku, aku mestinya menceritakan kepadanya kabar baik bahwa Tuhan telah kembali, dan dengan demikian membuatnya mampu untuk menyambut penampakan Tuhan. Lebih jauh lagi, membawa Saudari Du ke hadapan Tuhan adalah kehendak mendesak Tuhan. Aku harus mempertimbangkan niat Tuhan dan aku tidak dapat mundur demi melindungi wajahku sendiri. Bahkan jika dia tidak menerima, setidak-tidaknya aku telah melakukan tanggung jawab pribadiku.

Karena itu, aku menghubungi Saudari Du dan mengatakan kepadanya bahwa ada seorang saudara dalam Tuhan yang khotbah-khotbahnya begitu memberi penerangan dan persekutuannya benar-benar membuatku mencapai kemajuan rohaniah dan manfaat dalam hidupku. Syukur kepada Tuhan! Saudari Du memutuskan untuk bersekutu dengan kami bersama. Melalui persekutuan yang berkali-kali dengan Saudara Zhao, Saudari Du juga menerima injil kerajaan Tuhan, yang membuatku merasa bahwa Tuhan telah mendengar doaku. Setelah menyaksikan kesetiaan Tuhan, aku merasakan antusiasme yang jauh lebih besar untuk mengajarkan injil.

Keterlibatan Langsung dengan Gembala yang Menghalangi

Pada suatu hari di bulan Agustus, Saudara Zhao dan aku mengabarkan injil kepada Saudari Chen di gereja kami. Setelah pertemuan, Saudari Chen mengatakan bahwa persekutuan Saudara Zhao amat bagus dan dia sangat menyukainya, serta berharap bahwa kami dapat terus bersekutu dengannya. Setelah persekutuan kedua kami, seorang saudari di gereja kami mengatakan kepada Saudari Chen: "Jika engkau ingin bersekutu dengan anggota gereja lain, engkau harus meminta izin dari gembala kita." Ketika Saudari Chen mendengar hal ini, dia mengatakan kepada kami dia tidak ingin bersekutu lagi dengan kami. Persis setelah itu, saudariku yang lebih tua menemukan bahwa aku mengajarkan injil di gereja. Kemudian, dia membacakan materi propaganda negatif kepada Saudari Chen dan kepadaku dan memintaku untuk berhenti berkomunikasi dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah itu, Saudari Chen mulai menghindariku. Bahkan jika kami harus bertemu satu sama lain untuk sesuatu dia akan datang bersama saudarinya agar tidak harus berdua saja denganku. Tambahan pula, beberapa saudara-saudari juga mulai menjaga diri mereka terhadapku dan mengambil jarak dariku.

Pada suatu hari, sang gembala, yang juga adalah kakak iparku, memintaku untuk datang ke ruang pertemuan. Dengan segera, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, maka aku terus berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk melindungi hatiku sehingga aku dapat memberi kesaksian selama ujian ini. Demi melihatku, gembala itu berkata dengan murka: "Mengapa engkau tidak mau mendengarkan saran kami dalam dua bulan terhitung sejak engkau mendengar pengajaran tentang Halilintar Timur?" Aku menjawab: "Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Belum lama ini, dengan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku telah melihat bahwa firman yang disampaikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa adalah perkataan Roh Kudus dan merupakan suara Tuhan." Wajahnya berkobar oleh amarah dan dia berkata dengan suara nyaring: "Jika Halilintar Timur benar-benar merupakan jalan sejati, lalu mengapa semua komunitas religius mengutuk Halilintar Timur? Apakah ada yang salah dengan sikapku untuk mengikuti seluruh komunitas religius? Jika pada akhirnya aku salah, dengan senang hati aku rela dihancurkan bersama dengan semua orang percaya lain dalam lima denominasi besar!" Aku berkata: "Anda terlalu congkak dan egois. Anda menentang Tuhan! Persis karena orang-orang Farisi dan para ahli kitab saat itu tidak mengakui Tuhan Yesus sebagai Mesias yang mereka nantikanlah mereka memaku-Nya di kayu salib. Mereka menderita kekalahan bangsanya, dan bahkan keturunan mereka dihukum. Tidakkah pelajaran historis ini sebuah peringatan bagi Anda? Sebagai seorang gembala, ketika Anda mendengar kabar tentang kedatangan Tuhan, Anda mestinya memimpin kami untuk mencari dan menyelidiki, bukannya menentang Tuhan berdasarkan watak Anda sendiri yang congkak dan egois." Dia berteriak padaku dengan marah: "Aku beri engkau satu bulan untuk mempertimbangkan ulang apakah engkau akan berhenti berhubungan dengan orang Halilintar Timur dan tetap tinggal bersama gereja ini untuk melayani Tuhan atau tidak." Tanpa pertimbangan sedikit pun, aku menjawab: "Bapak gembala, saya tidak perlu berpikir selama satu bulan. Saya dapat pergi hari ini tetapi saya tidak akan berhenti mengikuti Tuhan." Setelah mendengar perkataanku, sang gembala tak bisa berkata-kata karena amarah sementara kakakku menangis sepanjang waktu itu. Sambil memandang kakakku itu, aku berkata dengan sedih: "Kakak, setelah membaca banyak firman dari Tuhan Yang Mahakuasalah aku yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa memang penampakan Tuhan Yesus. Mengapa kalian begitu keras kepala?"

Setelah selesai mengatakan apa yang harus kukatakan, aku mulai mengepak barang-barang di atas mejaku. Saat itu, air mata juga mulai menggenang di mataku. Aku menahan jatuhnya air mata dan memberikan kunci gereja kepada kakakku, dan pergi setelah mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Ketika berjalan keluar dari gerbang gereja, aku tidak kuasa menahan air mataku. Aku berpikir: "Sudah sepuluh tahun sejak aku mengungsi ke tempat kakakku dan suaminya. Mereka pernah membantuku melewati hari-hari yang berat dan menyesakkan, tetapi bila menyangkut soal kepercayaan kepada Tuhan, aku tidak dapat berkompromi." Setelah pulang malam itu, aku tidak dapat lagi mengendalikan emosiku, dan aku menangis terus-menerus sebab aku tidak pernah berpikir bahwa keluargaku dan aku akan mengalami hal ini karena pilihanku untuk percaya kepada Tuhan. Kemudian, seorang saudari berbagi banyak firman Tuhan denganku. Setelah mendengar persekutuannya, aku memahami bahwa pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman adalah untuk membeberkan orang dan kelompok menurut jenisnya. Mereka yang mencintai kebenaran akan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman ketika mendengar suara-Nya, sedangkan mereka yang tidak menerima, tetapi menolak dan mengutuk pekerjaan Tuhan ketika mendengar suara-Nya, adalah antikristus dan hamba yang jahat yang disingkapkan oleh pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku kemudian pelan-pelan merasa tenang.

Setelahnya, aku membaca bagian firman Tuhan yang lain: "Orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar mengutip Alkitab setiap hari, tetapi tidak satu pun yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Tuhan; bahkan, tidak ada seorang pun yang dapat selaras dengan hati Tuhan. Mereka semua tidak berharga, manusia hina, masing-masing meninggikan diri, ingin mengajar Tuhan. Walaupun mereka mengelu-elukan nama Tuhan, mereka dengan sengaja menentang-Nya. Walaupun mereka menyebut diri mereka orang yang percaya kepada Tuhan, merekalah orang-orang yang makan daging manusia dan minum darah manusia. Semua manusia seperti ini adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, para penghulu setan yang sengaja mengganggu orang-orang yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi jalan orang-orang yang mencari Tuhan. Meskipun mereka memiliki 'raga yang kuat', bagaimana pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah antikristus yang memimpin manusia menentang Tuhan? Bagaimana mereka bisa tahu bahwa merekalah setan-setan hidup yang mencari jiwa-jiwa untuk ditelan?" ("Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan"). Firman Tuhan memberiku sedikit pengertian menyangkut intisari sang gembala. Dia congkak dan merasa benar sendiri, serta membahayakan dirinya sendiri dengan mengandalkan pengetahuan alkitabiah dan teori teologis yang dipahaminya, berpikir bahwa dia sendiri adalah seorang yang membuat hati Tuhan berkenan. Wataknya yang congkak membuatnya hanya percaya pada penilaiannya sendiri, sehingga kini ketika Tuhan telah datang untuk melakukan pekerjaan, karena pekerjaan Tuhan itu tidak sesuai dengan kehendaknya, dia tidak akan menerimanya. Dari luar, di kelihatan sangat rohaniah. Namun, dia sama sekali tidak peduli dengan kehidupan rohaniah orang-orang yang percaya, dan bahkan menghalangi mereka untuk berpaling kepada Tuhan, dan dengan demikian menghancurkan kehidupan mereka. Dia benar-benar seorang antikristus yang memangsa jiwa manusia. Aku merasa bahwa tanggung jawabku jadi lebih besar untuk bekerja sama dengan Tuhan guna membantu lebih banyak orang melepaskan diri dari cengkeraman gembala itu dan tidak lagi tertipu olehnya. Aku percaya sungguh bahwa apa pun kesulitan yang akan kuhadapi, Tuhan pasti ada di sisiku.

Maka, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya, Tuhan Yang Mahakuasa! Terima kasih untuk peninggian dan penyelamatan-Mu. Walaupun gembala itu menghalangi orang-orang yang percaya untuk mencari dan menyelidiki jalan yang sejati, aku tahu Engkau adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Aku hanya ingin melakukan tugasku sebagai salah satu ciptaan-Mu. Aku memohon pada-Mu untuk memberiku iman dan kekuatan apa pun kesulitan yang akan kuhadapi sehingga aku dapat mengabarkan injil-Mu dan membantu mereka yang benar-benar mendambakan penampakan-Mu, menerima pekerjaan-Mu pada akhir zaman. Terima kasih, Tuhan! Amin!"

Bersambung ...

Artikel Selanjutnya
Pengalamanku Mengajarkan Injil (II)

Tinggalkan komentar