Menu

Apakah Artinya Pertobatan Sejati? Bagaimana Mencapai Pertobatan Sejati

Navigasi cepat
1.Apakah artinya pertobatan sejati
2.Apakah perilaku baik berarti pertobatan sejati?
3.Apa itu pertobatan sejati
4.Bagaimana mencapai pertobatan sejati

Apakah artinya pertobatan sejati

Tuhan Yesus berkata: "Bertobatlah engkau: karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 4:17). Tuhan mengajar kita untuk benar-benar bertobat. Ini adalah syarat untuk memasuki kerajaan surga. Tanpa pertobatan sejati, saat bencana melanda, kita akan jatuh ke dalam bencana dan menangis serta menggertakkan gigi. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus: "Dan, lihatlah, Aku segera datang; dan upah-Ku akan Kubawa bersama-Ku, untuk Kuberikan kepada setiap orang sesuai perbuatannya" (Wahyu 22:12). Dari sini, dapat dilihat bahwa apakah kita mencapai pertobatan sejati atau tidak berkaitan secara langsung dengan apakah kita bisa masuk kerajaan surga! Jadi apakah artinya pertobatan sejati? Bagaimana mencapai pertobatan sejati?

Apakah Artinya Pertobatan Sejati? Bagaimana Mencapai Pertobatan Sejati

Apakah perilaku baik berarti pertobatan sejati?

Banyak orang berpikir bahwa selama mereka berdoa dan mengakui dosa-dosa mereka kepada Tuhan; selama mereka menerapkan toleransi, kerendahan hati, dan kesabaran menurut firman Tuhan Yesus; selama mereka menanggung penderitaan, memikul salib, memberitakan injil dengan banyak, serta memiliki banyak perilaku baik, maka ini disebut sebagai pertobatan sejati. Tetapi apakah ini benar-benar kenyataannya? Setelah mengikuti Tuhan, kita memang memiliki beberapa perubahan dalam perilaku kita. Kita dapat menjadi rendah hati, toleran, sabar, meninggalkan sesuatu dan mengorbankan diri, serta mengkhotbahkan injil untuk menyaksikan Tuhan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa kita masih sering berbohong, menipu, mengejar uang, mendorong terjadinya kejahatan, hidup dalam watak iblis seperti kesombongan dan keangkuhan, serta keegoisan dan ketamakan. Ketika Tuhan memberkati kita sehingga keluarga kita aman dan semua hal berjalan dengan lancar, kita memuji dan bersyukur kepada Tuhan dalam hati kita. Tetapi ketika kita menghadapi pekerjaan yang tidak lancar, pernikahan yang tidak bahagia, dan kemiskinan dalam hidup, kita akan menyalahkan Tuhan. Ketika kita berdoa kepada Tuhan tapi tidak dapat melihat berkat Tuhan, kita bahkan menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Tuhan menuntut kita untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, serta bersikap toleran dan sabar terhadap orang lain. Ketika tidak menyangkut kepentingan pribadi kita, kita masih dapat melakukan ajaran Tuhan Yesus, tetapi ketika kepentingan kita yang lebih besar dirugikan, kita akan merebut dengan orang lain tanpa sadar demi kepentingan kita dan menyakiti orang lain. Kita bahkan gagal mempraktikkan perilaku yang baik. Ambil diri saya sebagai contoh, sebelum saya percaya kepada Tuhan, hubungan saya dengan keluarga sangat buruk, saya sering marah dan berperang dingin dengan keluarga saya. Setelah percaya kepada Tuhan, saya tahu bahwa Tuhan meminta kita untuk mengasihi orang lain, jadi saya mulai mempraktikkan toleransi dan kesabaran sesuai dengan firman Tuhan. Kemudian saya juga dapat membaca Alkitab, berdoa, mengikuti kebaktian, dan melakukan pekerjaan untuk Tuhan. Dari luar, tampaknya saya berbeda dari sebelum saya percaya kepada Tuhan, tapi dalam kehidupan nyata, saya masih meminta anggota keluarga saya untuk mendengarkan kata-kata saya. Ketika mereka tidak mendengarkan, saya akan marah dengan anggota keluarga saya. Kemudian, saya menyadari bahwa perwujudan saya di masa lalu hanya sekadar mengekang diri dan itu bukan benar-benar dapat menerapkan firman Tuhan. Meskipun kita bisa datang kepada Tuhan untuk mengaku dan bertobat setelah berbuat dosa, kita akan berbuat dosa lagi nanti. Jika kita mengatakan bahwa memiliki perilaku baik berarti orang-orang benar-benar bertobat dan tidak akan hidup lagi dalam dosa, lalu mengapa kita sering berbuat dosa dan menentang Tuhan? Mengapa kita masih melakukan dosa di siang hari dan kemudian mengakui dosa di malam hari, terus begitu dalam siklus yang terus menerus berputar. Dari sini, dapat dilihat bahwa hanya mengikuti aturan, memiliki beberapa perbuatan baik dari penampilan lahiriah, dan memiliki beberapa perubahan dalam perilaku tidak mewakili pertobatan yang sejati. Sama seperti orang Farisi, ahli Taurat, dan imam, penampilan luar mereka sangat saleh, mereka bisa menghafalkan hukum-hukum dengan baik, membaca kitab suci, berkhotbah, dan memberitakan injil sepanjang tahun, dan sering mempersembahkan korban kepada Tuhan untuk mengakui kesalahan mereka. Menurut pandangan kita, mereka seharusnya adalah orang yang paling bisa diterima oleh Tuhan, tapi mengapa mereka masih bisa menyalibkan Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu oleh mereka? Ini membuktikan apa? Membuktikan bahwa hanya memiliki perilaku lahiriah yang baik dan mematuhi aturan lahiriah tidak berarti bahwa kita tidak akan melakukan dosa lagi, tidak berarti bahwa kita tidak akan menentang Tuhan lagi. Selama kita tidak benar-benar bertobat, kita masih akan melakukan dosa. Tuhan Yesus berkata: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa saja yang melakukan dosa adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tinggal di rumah selamanya: tetapi Anak tetap tinggal selama-lamanya" (Yohanes 8:34-35). Diukur dengan firman Tuhan, hanya dengan mengakui dosa-dosa sendiri dan memiliki beberapa perilaku lahiriah yang baik, kita masih belum mencapai efek dari pertobatan sejati dan tidak dapat memasuki kerajaan surga.

Apa itu pertobatan sejati

Kitab Wahyu pasal 22 ayat 14 mengatakan, "Berbahagialah mereka yang melakukan perintah-perintah-Nya, sehingga mereka dapat memperoleh hak atas pohon kehidupan dan dapat masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu." Matius pasal 3 ayat 8 mengatakan, "Menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan." Imamat pasal 11 ayat 45 mengatakan: "Karena itu jadilah kudus, sebab Aku ini kudus." Tuhan itu kudus, dan Tuhan membenci dosa manusia, jadi kita dapat yakin bahwa standar pertobatan sejati adalah perubahan sifat berdosa kita, yaitu kita tidak lagi membuat dosa, tidak lagi melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Artinya, keegoisan, tipu daya, kesombongan dan watak rusak lain dalam diri kita telah disucikan dan diubah, dan dilahirkan kembali menjadi manusia yang baru. Tidak peduli lingkungan apapun yang kita hadapi, kita dapat menaati Tuhan, kita tidak akan lagi melakukan dosa dan menentang Tuhan. Tidak peduli bagaimana iblis mencobai kita, kita dapat melihat dengan jelas tipu muslihat iblis dan berdiri teguh dalam kesaksian. Hanya mereka yang memiliki sikap dan perwujudan dari pertobatan adalah orang yang benar-benar bertobat dan memenuhi syarat untuk masuk kerajaan surga.

Seperti Daud yang dicatat di dalam Alkitab, pada awalnya dia mengambil istri Uria dan telah melakukan dosa perzinaan. Jadi, hukuman Tuhan menimpanya. Daud tahu bahwa dosa yang dia lakukan telah menyinggung Tuhan, maka dia berdoa kepada Tuhan dan mengaku bahwa dia telah melakukan dosa. Dia bersedia menaati serta menerima hukuman Tuhan. Daud menyesali apa yang telah dia lakukan, dan meneteskan air mata setiap kali dia memikirkannya, seperti "Sepanjang malam aku membasahi peraduanku; aku menggenangi petiduranku dengan air mataku" yang dicatat di dalam Mazmur pasal 6 ayat 6, yang menunjukkan seberapa jauh Daud menyesal. Daud merasa kedinginan di usia tuanya, para menteri mengirim gadis cantik ke dalam pelukannya dan dia tidak menyentuhnya. Ini adalah perwujudan dari pertobatan sejati Daud. Jika kita mengatakan bahwa kita telah bertobat, tetapi kita masih menjalani keserupaan manusia yang lama, masih melakukan dosa dan mengakui dosa kita, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai pertobatan. Karena pertobatan mencakup memiliki pemahaman yang benar tentang kebenaran bahwa diri sendiri dirusak oleh Iblis, mengembangkan kebencian akan kerusakan diri sendiri, sehingga mencapai perubahan sejati, dan tidak akan lagi menentang atau memberontak terhadap Tuhan. Ini adalah pertobatan sejati.

Bagaimana mencapai pertobatan sejati

Jika kita ingin mencapai pertobatan sejati, kita harus menerima pekerjaan keselamatan Tuhan selanjutnya. Tuhan Yesus bernubuat: "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu" (Yohanes 16:12-13). "Dan ketika Dia datang, Dia akan menegur dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman" (Yohanes 16:8). "Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman" (Yohanes 12:48). Selain itu, Alkitab juga bernubuat, "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" (1 Petrus 4:17). Dapat dilihat bahwa pada akhir zaman, Tuhan akan melakukan satu tahap pekerjaan, yaitu pekerjaan penghakiman yang dimulai dari rumah Tuhan, Tuhan berfirman untuk mengungkapkan semua kebenaran yang tidak kita mengerti sebelumnya, dengan demikian menghakimi dan mentahirkan dosa-dosa kita. Ketika kita menerima firman-firman penghakiman Tuhan, kita akan benar-benar memahami dan membenci watak rusak iblis kita, mencapai pertobatan sejati, dan diangkat ke dalam kerajaan-Nya oleh Tuhan.

Catatan Editor

setelah Anda mendengarkan ini, saya percaya Anda sudah memahami arti dari pertobatan sejati dan cara-cara mencapai pertobatan sejati. Lalu, apa prioritas utama kita sekarang? Kita semua telah melihat bahwa berbagai bencana melanda secara terus-menerus. Wabah, kebakaran, banjir, dan gempa bumi ada di mana-mana. Nubuat kedatangan Tuhan telah digenapi. Pada saat ini, hal yang paling penting adalah mencari jejak langkah Tuhan, menerima pekerjaan penghakiman yang Tuhan lakukan selama kedatangan kembali-Nya, dan menyingkirkan watak rusak kita. Inilah pelaksanaan yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen.

Tinggalkan komentar