Menu

berikutnya

Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 6

130 Mei 31, 2020

Keyakinan Orang Tidak Bisa Menggantikan Kebenaran

Ada beberapa orang yang bisa menanggung kesukaran; mereka bisa menerima konsekuensi; perilaku lahiriah mereka sangat bagus; mereka sangat dihormati dan dikagumi oleh yang lain. Bagaimana menurutmu: Bisakah perilaku lahiriah seperti ini dianggap melakukan kebenaran secara nyata? Bisakah engkau mengatakan bahwa orang ini memuaskan maksud Tuhan? Mengapa berulang kali ketika orang melihat individu semacam ini, selalu berpikir bahwa mereka sedang memuaskan hati Tuhan, berpikir bahwa mereka sedang berjalan di jalan melakukan kebenaran secara nyata, bahwa mereka sedang berjalan di jalan Tuhan? Mengapa beberapa orang berpikir seperti ini? Hanya ada satu penjelasan untuk itu. Dan penjelasan seperti apakah itu? Itu karena bagi banyak orang, pertanyaan seperti apakah maksud melakukan kebenaran secara nyata, apakah maksud memuaskan Tuhan, apakah maksud benar-benar memiliki kenyataan kebenaran—semua pertanyaan ini tidak begitu jelas. Jadi ada beberapa orang yang sering tertipu oleh mereka yang secara lahiriah tampak rohani, tampak mulia, tampak memiliki citra luhur. Terkait mereka yang fasih membicarakan huruf-huruf yang tertulis dan doktrin, dan yang ujaran serta tindakannya tampak layak dikagumi, orang-orang yang teperdaya oleh mereka tidak pernah melihat esensi dari tindakan mereka, prinsip yang melatarbelakangi perbuatan mereka, apa tujuan mereka. Mereka tidak pernah melihat apakah orang-orang ini sungguh taat kepada Tuhan, dan apakah mereka adalah orang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mereka tidak pernah mencerna hakikat kemanusiaan orang-orang ini. Dari sejak awal mulai berkenalan, sedikit demi sedikit, mereka malah mulai mengagumi orang-orang ini, menghormati mereka, dan pada akhirnya orang-orang ini menjadi idola mereka. Selain itu, dalam pikiran beberapa orang, idola yang mereka puja, yang mereka anggap sanggup meninggalkan keluarga serta pekerjaan mereka, dan menerima konsekuensi di permukaan—idola ini adalah mereka yang benar-benar memuaskan Tuhan, yang benar-benar dapat menerima kesudahan yang baik dan tempat tujuan yang baik. Dalam pikiran mereka, idola ini adalah orang yang dipuji Tuhan. Apa yang menyebabkan orang memiliki keyakinan semacam ini? Apa esensi dari persoalan ini? Apa konsekuensi yang dapat ditimbulkannya? Pertama mari kita bahas soal esensinya.

Semua persoalan ini yang menyangkut sudut pandang orang, tindakan nyata orang, prinsip mana yang orang pilih untuk lakukan, dan apa yang biasanya ditekankan oleh semua orang, pada dasarnya ini semua tidak ada hubungan dengan tuntutan Tuhan terhadap umat manusia. Terlepas dari apakah orang berfokus pada hal dangkal ataukah dalam, pada huruf-huruf yang tertulis dan doktrin ataukah pada kenyataan, orang tidak mematuhi apa yang seharusnya benar-benar mereka patuhi, dan mereka tidak tahu apa yang paling perlu mereka ketahui. Alasan untuk ini adalah karena orang sama sekali tidak menyukai kebenaran. Oleh karena itu, orang enggan mengerahkan waktu dan upaya untuk mencari dan melakukan prinsip dalam firman Tuhan. Mereka malah lebih memilih menggunakan jalan pintas, dan meringkas apa yang mereka pahami, apa yang mereka ketahui, sebagai tindakan nyata dan perilaku yang baik. Ringkasan ini kemudian menjadi tujuan mereka sendiri untuk dikejar, menjadi kebenaran untuk dilakukan. Konsekuensi langsung dari ini adalah orang menggunakan perilaku baik manusia sebagai pengganti untuk melakukan kebenaran secara nyata, yang juga memuaskan hasrat orang untuk menjilat kepada Tuhan. Ini memberi orang modal yang digunakannya untuk melawan kebenaran, yang juga mereka manfaatkan untuk berargumen dan bersaing dengan Tuhan. Pada saat yang sama, orang juga dengan licik menyingkirkan Tuhan, dan menempatkan idola pujaan hati mereka pada posisi Tuhan. Hanya ada satu akar penyebab yang membuat orang memiliki tindakan bodoh, sudut pandang bodoh, atau sudut pandang dan tindakan sepihak seperti ini, dan hari ini Aku akan memberitahukannya kepadamu. Alasannya adalah bahwa meski orang dapat mengikuti Tuhan, berdoa kepada-Nya setiap hari, dan membaca firman Tuhan setiap hari, mereka sebenarnya tidak memahami kehendak Tuhan. Inilah akar masalahnya. Jika seseorang memahami hati Tuhan, memahami apa yang disukai Tuhan, apa yang Tuhan benci, apa yang Tuhan inginkan, apa yang Tuhan tolak, orang macam apa yang Tuhan sukai, orang macam apa yang tidak disukai Tuhan, standar seperti apa yang Tuhan terapkan pada tuntutan-Nya kepada manusia, pendekatan seperti apa yang Dia ambil untuk menyempurnakan manusia, mungkinkah orang tersebut tetap memiliki gagasan pribadinya sendiri? Bisakah mereka pergi begitu saja dan memuja orang lain? Mungkinkah orang biasa menjadi idola mereka? Jika seseorang memahami kehendak Tuhan, sudut pandang mereka sedikit lebih rasional dari itu. Mereka tidak akan sembarangan mengidolakan manusia yang rusak, juga, sambil berjalan di jalan melakukan kebenaran secara nyata, mereka tidak akan percaya bahwa dengan sembarangan mengikuti beberapa aturan atau prinsip sederhana sama dengan melakukan kebenaran secara nyata.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya”

Tinggalkan komentar