1-
2Lalu berkatalah Bildad, “Berapa lama lagi kaubicara begitu? Kata-katamu seperti angin yang menderu.
3Allah tidak pernah membengkokkan keadilan; tidak pernah gagal menegakkan kebenaran.
4Mungkin anak-anakmu berdosa terhadap Dia, maka sepantasnyalah mereka dihukum oleh-Nya.
5Tetapi jika kepada-Nya engkau bernaung, meminta belas kasihan dan memohon ampun,
6jika hatimu jujur, tanpa cela, Allah akan menolongmu dengan segera; dan sebagai imbalan, rumah tanggamu akan dipulihkan.
7Kekayaanmu yang hilang itu tidak berarti dibandingkan dengan apa yang kaudapat nanti.
8Orang arif di zaman dahulu hendaknya kauperhatikan, dan kaurenungkan pengalaman para nenek moyang.
9Hidup kita pendek, kita tak tahu apa-apa; hari-hari kita seperti bayangan belaka.
10Dengarkan perkataan orang arif itu dahulu, mereka memberi pelajaran ini kepadamu,
11‘Di tempat berair saja tumbuh gelagah; pandan hanya terdapat di tanah bencah.
12Jika airnya kering, gelagah itu merana, lebih cepat daripada tumbuhan lainnya. Padahal masih segar dan belum saatnya, ia dipotong dan diambil manfaatnya.
13Begitulah orang yang tidak bertuhan. Ia lupa pada Allah, maka hilanglah harapan.
14Seutas benang yang lembut menjadi andalannya; sarang laba-laba menjadi kepercayaannya.
15Kuatkah sarang itu jika dijadikan sandaran? Tahankah benang itu jika dijadikan pegangan?’
16Seperti ilalang, segarlah orang yang tidak bertuhan; jika disinari surya, ia tumbuh subur dan memenuhi taman.
17Akarnya membelit batu-batu di tanah; melilit kuat, ia tak mudah goyah.
18Tetapi, coba, cabutlah sekarang ilalang itu, maka seolah-olah tak pernah ia ada di situ.
19Ya, kesenangan orang jahat cuma itu saja; orang lain datang dan menggantikan dia.
20Tapi Allah tak pernah meninggalkan orang setia, dan tak pernah pula Ia menolong orang durhaka.
21Mulutmu akan dibuat-Nya tertawa, bibirmu akan bersorak-sorak ria.
22Pembencimu akan malu dan merasa rendah, dan rumah penjahat akan dirusak hingga musnah.”